Sukses

Sindiran Media Belanda Soal Nasib 'Messi Indonesia'

Ajax Showtime menuliskan bahwa di tanah airnya, Tristan Alif tak benar-benar dianggap Messi Indonesia.

Liputan6.com, Amsterdam - Masih ingat Tristan Alif Naufal? Bocah yang memiliki kesempatan masuk gratis akademi sepak bola Ajax Amsterdam. Nasib Tristan Alif untuk bergabung dengan Ajax kini menjadi tak jelas menyusul persyaratan yang sulit dipenuhi.

Ajax Showtime, salah satu media olahraga yang memberitakan De Amsterdammers, ikut menyoroti permasalahan Alif yang tak kunjung gabung ke Ajax. Mereka menuliskan fakta-fakta yang membuat bocah berusia 10 tahun itu belum bisa masuk akademi Ajax.

Alif memang tak bisa langsung masuk akademi Ajax atau Feyenoord Rotterdam, yang juga menawarinya bergabung. Sebab, terdapat peraturan FIFA yang melarangnya, bila diperbolehkan, orang tua Alif harus mendampingi sang anak di Belanda dan memiliki pekerjaan yang menjamin kehidupan di Negeri Kincir Angin tersebut. 

 Tristan Alif (tristanalif.com)

"Kami mencoba untuk mengajukan permohonan izin tinggal untuk Tristan di Belanda sehingga dia dapat bergabung ke Ajax atau Feyenoord," kata Ivan Trianto, seperti dilansir Ajax Showtime.

"Permohonan izin itu masih belum berhasil didapat sampai saat ini. Juga, kita sebagai orang tua harus mencari pekerjaan di Belanda, tapi kami juga belum menemukannya," sambungnya. 

Bersambung ke halaman berikutnya>>>

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Saat ini, orang tua Tristan Alif sibuk berusaha mendapatkan bantuan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Luar Negeri. Hal ini dilakukan agar persyaratan menetap di Belanda untuk mendampingi Alif bisa terwujud.

Ajax Showtime, yang menyebut Alif sebagai Messi Indonesia ini kemudian seolah menyindir pemerintah Indonesia yang dinilai kurang menyambut bakat bocah kelahiran Jakarta itu. Mereka menulis: "Di tanah airnya, Tristan Alif tidak benar-benar dianggap Messi Indonesia."

Peraturan FIFA menyebut bahwa pemain yang berusia di bawah 18 tahun dari negara lain tidak bisa langsung pindah ke klub profesional. Orang tua harus mendampingi sang pemain dan mereka juga harus memiliki pekerjaan yang menjamin kehidupan selama tinggal di negara tersebut.

Ajax dan Feyenoord tampaknya belajar dari Barcelona, yang dikenai sanksi larangan aktivitas transfer oleh FIFA akibat mengambil beberapa pemain asing di bawah 18 tahun. Oleh karena itu, Ajax dan Feyenoord memilih menunggu Alif dan orang tuanya mendapat kepastian. 

Baca juga: 

La Nyalla Restui 16 Tim Penuhi Undangan Kemenpora, Asalkan...

Anggota ISIS Dicambuk 80 Kali Jika Pakai Jersey MU

CEO Persebaya Bingung dengan Nasibnya Sebagai Manajer Timnas

Rapor Borneo FC: Okto Sumber Masalah