Liputan6.com, Las Vegas - Manny Pacquiao mungkin memang terlahir dan ditakdirkan untuk menjadi seorang petarung. Bukan hanya di atas ring tinju, tapi juga ketika dia harus bertarung melawan kemiskinan yang dialami keluarganya sejak Pacquiao masih kecil.
Pada usia 14 tahun, ia memilih kabur dari kawasan miskin tempat dia dilahirkan. Kemiskinan membuat sang ayah terpaksa memakan anjing peliharaan Pacquiao. Keputusannya kabur juga tak lain demi mengurangi beban ibunya yang kemudian sendirian membesarkan enam anaknya di General Santos, sebuah kota di sebelah selatan Pulau Mindanao, Filipina.
Sejak itu, Pacquiao bekerja di gudang dan tempat konstruksi untuk menghidupi dirinya. Di waktu yang sama, Pacquiao remaja mulai mengenal tinju. Ia jatuh hati kepada olahraga ini. Tinju adalah cinta pertamanya.
Advertisement
Pacquiao begitu giat berlatih di sebuah gedung tua. Ia menjadi petinju profesional pada 1995, ketika usianya baru menginjak 16 tahun. Kala itu, dia masuk kelas terbang ringan dengan berat 48 kg. Lawan pertamanya adalah Edmund Ignacio, dan Pacquiao menang KO pada ronde keempat dalam pertarungan yang berlangsung 22 Januari 1995 itu.
Bersambung ke halaman selanjutnya>>>
2
Setelah itu, kemenangan demi kemenangan diraih petinju kelahiran Kibawe, Filipina pada 13 Desember 1978 ini. Pada 1998, Pacquiao merebut sabuk juara pertamanya di kelas terbang WBC dengan mengalahkan petinju Thailand, Chatchai Sasakul.
Nama petinju berjuluk The Pacman ini kian berkibar usai mengalahkan petinju terkenal Meksiko, Marco Antonio Barrera pada 15 November 2003. Lalu, giliran Oscar De La Hoya yang dia taklukkan pada 2008 dalam duel yang menghasilkan hampir USD 70 juta dari pelanggan bayar per tayang ini.
Uang melimpah yang dikantongi Pacquiao membuat dia membeli gedung tua tempatnya berlatih dulu. Dia merubuhkan gedung itu dan mendirikan kompleks tinju modern berlantai tujuh, yang memiliki gym, studio rekaman, ruang biliar, dan asrama.
Pacquiao pun kemudian mulai dianggap pahlawan oleh negaranya. Dia adalah ikon bagi para pemuda Filipina dan menjadi representasi harapan bagi banyak orang. "Ketika dia bertarung, tidak ada kriminal di Filipina, karena semua orang menyaksikannya bertarung," ucap pelatih Pacquiao, Freddie Roach, seperti dilansir Euro Sport.
Kehidupan pribadi Pacquiao bersama keluarganya juga bahagia, terutama dengan sang istri, Maria Geraldine "Jinke" Jamora, wanita yang dinikahi Pacquiao pada 2000. Jinke bertemu Pacquiao saat bekerja sebagai konsultan kecantikan. Pasangan ini dikaruniai lima orang anak. Jinke saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur Provinsi Sarangani di Filipina.
Pada Mei 2010, Pacquiao menang telak dalam pemilihan anggota legislatif Kongres ke-15 Filipina. Selain itu, Pacquiao diketahui juga merupakan anggota pasukan cadangan militer dan saat ini berpangkat Letnan Kolonel I komando cadangan angkatan bersenjata Filipina.
Bersambung ke halaman selanjutnya>>>
Advertisement
3
Tahun 2012 boleh jadi merupakan tahun keterpurukan Pacquiao di dunia olahraga adu pukul ini. Pacquiao menderita dua kekalahan. Yang pertama dari petinju Amerika Serikat, Timothy Bradley dalam sebuah duel yang kontroversial. Lalu, Pacquiao kalah KO pada Desember di tahun yang sama, kali ini dari Juan Manuel Marquez dari Meksiko.
Perlahan, Pacquiao mulai bangkit dengan memenangi pertarungan demi pertarungan berikutnya. Berdasarkan peringkat The Ring, Pacquiao menempati peringkat ketiga petinju pound-for-pound terbaik di dunia. Petinju berusia 36 tahun ini juga tercatat sebagai petinju yang juara di delapan kelas berbeda.
Pada Sabtu malam 2 Mei 2015 atau Minggu malam WIB 3 Mei 2015, petinju kebanggaan rakyat Filipina ini bakal berhadapan dengan Floyd Mayweather Jr. dari AS, dalam duel bertajuk Fight of the Century. Pertarungan yang berlangsung di MGM Grand Arena, Las Vegas, Nevada ini digadang-gadang sebagai yang termahal sepanjang sejarah tinju.
Setelah tertunda bertahun-tahun, duel yang paling dinantikan pecinta tinju seluruh dunia ini akhirnya terwujud. Pacquiao, si anak miskin yang kabur dari rumah ini siap bertarung lagi. Demi rakyat Filipina, demi masa lalunya, dan mungkin demi akhir manis pada penghujung kariernya.
Baca juga:
5 Pemain Musiman 'Membusuk' dengan Cepat
MU dan Liverpool Rebutan Pemain Keturunan Indonesia
Sabuk Juara Floyd Mayweather vs Manny Pacquiao Bertabur Emas