Liputan6.com, Bandung - Pelatih Timnas U-23 Indonesia, Aji Santoso menerapkan standar tinggi bagi para pemain jelang berlaga di gelaran multievent 2 tahunan itu. Aji mematok VO2Max (kemampuan paru-paru menyerap oksigen) tidak boleh di bawah 55.
Bila di bawa angka itu, pemain harus siap-siap meninggalkan tim. Menurut Aji, tinggi atau rendah kualitas VO2Max ikut mempengaruhi performa pemain. Senin Malam, Manahati Lestusen dan kawan-kawan menjalani tes VO2Max tahap akhir di lapangan progresif, Bandung.
"Bila ada pemain yang kadar VO2Max di bawah 55, itu berarti dia harus siap-siap meninggalkan tim," kata Aji Santoso.
Advertisement
Aji sengaja mematok VO2Max di angka 55 sebagai batas minimal. Mantan pelatih Persebaya Surabaya itu beralasan, pertandingan di multi-event itu diprediksi bakal berlangsung dalam tempo tinggi.
Mantan pelatih Persebaya Surabaya itu menilai, sebagus apapun pemain bila VO2Max rendah membuat performa bakal menurun drastis. "Itu membuat kami harus benar-benar selektif untuk hal itu."
Guna menentukan kualitas VO2Max, tim pelatih masih menggunakan cara konvensional dengan teknik bleep test. Pemain diminta berlari tanpa henti di antara jarak dua garis hingga terdengar bunyi sensor. "Dari situ, pelatih bisa mengukur seberapa kuat ketahanan seorang pemain."
Dari data yang diperoleh, VO2Max pemain paling tinggi masih berkisar 61,6, sementara terendah masih dikisaran 56,00. Sementara Evan Dimas yang tercatat memiliki VO2Max tertinggi, masih sekitar 57,6. Nilai itu didapat pada tes yang dilakukan pada Februari lalu.
Total, 24 pemain yang saat ini mengikuti training center di Bandung, Jawa Barat, hanya 20 pemain yang akan diboyong ke Singapura. Pencoretan pemain dilakukan empat hari sebelum berangkat.