Sukses

Tanpa Bantuan Pemerintah, Muaythai Siap Populer di Indonesia

Sebanyak 42 petarung profesional ambil bagian dalam kejuaraan Siam Super Fight.

Liputan6.com, Jakarta - Penggemar olahraga Muaythai mendapat tontonan menarik di Pasar Festival Kuningan, Jakarta pada Minggu (31/5/2015). Sebanyak 42 petarung profesional ambil bagian dalam kejuaraan Siam Super Fight.

Kejuaraan ini diikuti oleh empat negara, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia dan Prancis. Serie pertama yang baru digelar di Indonesia bertujuan memperkenalkan muaythai ke masyarakat luas.

"Saya ingin menyampaikan kepada masyarakat kalau muaythai bukan olahraga kekerasan," ucap promotor Siam Producitons, Yoko Arthi Budiman kepada Liputan6.com.

Pihak Siam Productions mengadakan even bela diri internasional ini tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Mereka hanya bekerja sama dengan komunitas kaum muda, 234 SC. Meski demikian, mereka punya tujuan mulia untuk Tanah Air.

"Kami ingin menciptakan atlet-atlet muathai yang bisa berkiprah di pentas internasional. Kami juga akan membentuk bibit-bibit atlet Muaythai yang nantinya bisa digunakan untuk negara," jelas Yoko.

http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/medias/889680/original/096760800_1433076569-Muay_Thai_Siam_6.jpg

Sementara itu, Wakil Ketua Umum 234 SC, Ade Widya menjelaskan, pihaknya memilih muaythai untuk membantu pemuda Indonesia dalam menciptakan prestasi.

"Sesuai dengan visi kami, yakni komunitas kaum muda yang bergerak di bidang kesenian dan olahraga. Jadi kami ingin fokuskan agar pemuda Indonesia tidak melakukan hal yang buruk," paparnya.

"Kenapa Muatthai? Karena olahraga ini lagi naik daun. Para pemuda juga lagi mencari jati diri. Ketimbang mereka berantam di jalan, lebih baik kami siapkan sasana agar bisa meraih prestasi," Ade Widya menutup.

Baca juga:

Model Seksi Italia Jadi Kekasih Baru Cristiano Ronaldo?

Alves Sudah Muak Makan 'Angin Surga' Barcelona

6 Penyebab Real Madrid Hancur Lebur Musim Ini

4 Bintang Bidikan MU, 1 di Antaranya Keturunan Indonesia

Indonesia Disanksi FIFA, RD: Inikah Revolusi Mental?