Liputan6.com, Jakarta - Juventus kembali berlaga di final liga Champions lagi setelah terakhir kali di tahun 2003. Musim ini I Bianconeri akan mendapat ujian dari Barcelona untuk bisa mengangkat trofi Liga Champions.
Berbeda dengan tahun 2003, tim asuhan Massimiliano Allegri kali ini tidak terlalu diunggulkan. Barcelona sangat difavoritkan bisa menjadi juara.
Meski tak terlalu diunggulkan bukan tidak mungkin Juve bisa membuat kejutan dengan mengalahkan Barcelona di Berlin, Minggu 7 Juni 2015 dini hari WIB.
Juventus puya beberapa faktor yang bisa membuat mereka menjadi raja Eropa musim ini. Apa saja? Simak ulasannya di halaman berikutnya:
1
1. Mitos Juara Bertahan
Dalam satu dekade terakhir tim yang mengalahkan juara bertahan di fase akhir (semifinal atau final) selalu berhasil menjadi juara. Sejak musim 2007-2008, sudah ada 4 klub yang mampu melakukannya.
Barcelona yang mengawalinya saat jadi juara di musim 2007-2008 setelah mengalahkan juara bertahan Manchester United di final. Semusim kemudian, giliran Inter yang juara setelah menyingkirkan Barcelona di semifinal.
Chelsea mengangkat trofi Liga Champions untuk kali pertama di musim 2010-2011 setelah mengeliminasi sang juara bertahan Barcelona di empat besar. Musim lalu, Real Madrid berjaya usai mendepak Bayern Muenchen di semifinal.
Nah, di musim ini Juventus juga sukses menyingkirkan juara bertahan Madrid di semifinal.
Advertisement
2
2. Buffon
Juventus punya salah satu kiper terbaik di dunia Gianluigi Buffon. Mantan suami Alena Seredova itu berperan penting dalam sukses Juve melaju ke final.
Buffon kerap jadi penyelamat I Bianconeri di Liga Champions musim ini. Persentase penyelamatan Buffon termasuk salah satu yang terbaik di musim ini dengan 81,6 persen. Dia hanya kalah dari kiper Monaco Danijel Subasic denga 85,3 persen.
3
3. Rekor Pertemuan dengan Enrique
Pelatih Barcelona Luis Enrique punya rekor buruk bila bertemu dengan Juventus. Sewaktu melatih AS Roma, Enrique sempat tiga kali berhadapan dengan Juventus.
Hasilnya, Enrique tidak pernah berhasil meraih kemenangan. Tim asuhannya hanya mencetak satu gol dan kemasukkan delapan gol. Enrique juga selalu kalah dalam dua kali kesempatan bertemu Allegri, yang saat itu masih memoles AC Milan.
Advertisement
4
4. Pertahanan Kokoh
Juventus termasuk tim dengan pertahanan terbaik di Eropa. Juve cuma kemasukkan tiga gol dari delapan laga Liga Champions terakhir.
Sayangnya kekuatan pertahanan Juve akan berkurang drastis di final. Giorgio Chiellini tidak bisa turun karena cedera saat sesi latihan tengah pekan ini.
5
5. Punya Banyak Alternatif Formasi
Juventus di era Allegri tidak terpaku pada satu formasi saja. Bila Conte dulu hanya mengandalkan 3-5-2, Allegri kini bisa memakai 4-4-2, 4-3-1-2, 4-3-3 atau 3-5-2.
Di tengah pertandingan, Allegri tidak segan mengganti formasi bila menemui jalan buntu. (Tho/Ary)
Advertisement