Liputan6.com, Pagi itu, Minggu 24 Desember 2004 menjadi hari yang tidak terlupakan bagi bocah 6 tahun dari Desa Tibang, Kecamtan Syiah Kuala, Banda Aceh. Siapa sangka, di balik bencana Maha Dahsyat itu terselip karunia besar baginya.
Martunis, nama bocah itu seperti biasa mengawali akhir pekan dengan bermain sepakbola. Martunis mengenakan jersey Timnas Portugal bernomor punggung 10, milik Rui Costa.
Dia pergi bersama kakak laki-lakinya, Nurul A'la dan adiknya Annisa bersama sang Ibu, Salwa. Sedangkan, sang Ayah bekerja di tambak. Tidak ada yang aneh di hari itu. Namun, tiba-tiba bumi berguncang hebat. Kekuatannya mencapai 9,3 skala ritcher.
Baca Juga
Air pasang laut langsung naik ke permukaan pesisir pantai Bumi Serambi Mekah. Seluruh masyarakat lari tunggang langgang menyelamatkan diri; tidak terkecuali Martunis dan keluarga. Mereka naik mobil pick-up menjauh dari kejaran air bah yang menerjang daratan. Sayang, mereka tidak mampu mengelak dari gulungan gelombang air laut. Mobil yang ditumpangi pun tersapu.
Advertisement
Martunis sempat meraih tangan sang adik. Apa daya, tangan mungilnya tidak kuat menahan arus sehingga terlepas. Hari itu, menjadi perpisahan Martunis dan seluruh keluarganya.
21 Hari
Peristiwa itu tidak kurang menelan korban jiwa 500 ribu orang. Dalam sekejap, Aceh berubah menjadi kota mati. Perhatian dunia tertuju ke Indonesia. Mayat-mayat bergelimpangan di tengah jalan. Isak tangis korban yang masih hidup terdengar di setiap posko dan tenda-tenda darurat.
Martunis, yang saat itu belum diketahui nasibnya terombang-ambing di laut lepas. Dia bersandar pada sebuah balok kayu. Martunis yang ketika itu berusia 6 tahun sudah lemas tidak berdaya. 21 hari sudah, Martunis hanyut.
Sampai, harapannya hidup diselamatkan oleh relawan pada 15 Januari 2005. Martunis yang tersangkut di rawa-rawa dekat makam Teuku Syiah Kuala memudahkan relawan mengevakuasinya.
Dia dibopong ke bibir pantai dalam keadaan memprihatinkan. Karena selama itu, Martunis hanya meminum air laut. Kebetulan, media televisi asing yang meliput peristiwa itu berhasil meliput detik-detik Martunis diselamatkan. Ketika di sorot kamera, Martunis masih mengenakan pakaian pertama kali dia terseret ombak.
Kisah memilukannya lainnya, Martunis bahkan tidak mengenali Ayahnya sendiri, Sarbini ketika mendapat perawatan di Rumah Sakit. Menurut tim medis, Martunis kelelahan.
Ketika sang ayah memasuki kamar Martunis di rumah sakit, hanya menatap dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Seorang staf medis mengungkapkan,"Saya berkata kepada Martunis: Apakah kamu kenal dengan dia? Dia Ayahmu." ucap Hatta, petugas medis itu. "Kemudian Ayahnya berjalan dan Martunis mulai menangis."
Menurut Hatta, ketika berhasil diselamatkan, Martunis sudah kehabisan tenaga. "Bila telat, mungkin dia sudah meninggal."
Advertisement
Ditemui Cristiano Ronaldo
Kisah heroik sekaligus mengharukan Martunis tersiar ke se-antero Eropa. Cristiano Ronaldo yang ketika itu memperkuat Manchester United iba. Hingga sang megabintang memutuskan terbang ke Aceh untuk menemui bocah yang mengenakan jersey Timnas Portugal.
Dalam sekejap, Martunis pun mendunia. Ketika mengunjungi Aceh 10 tahun silam, pemain yang kini merumput di Real Madrid itu mendklarasikan diri sebagai anak angkatnya. Dengan muka polos, Martunis masih tidak percaya, orang yang berada di depannya merupakan calon pemain terbaik dan pemain termahal di dunia.
Ternyata pertemuan Martunis dan Ronaldo berlanjut. Dua tahun kemudian, tepat nya pada 2006, Martunis diundang CR7 ke Portugal dan menjejakkan kaki di rumput Stadion Estadio da Luz sekaligus menyaksikan pertandingan antara Portugal kontra Slovakia di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2006.
Martunis sempat bersanding dengan Presiden FIFA, Sepp Blatter. Martunis juga mendapat kesempatan langka, ikut berpose bersama dengan seluruh skuat Seleccao das Quinas di ruang ganti.
Tragedi Tsunami dua tahun silam seperti berkah bagi Martunis. Berhasil selamat dari 'Kiamat kecil' mungkin sudah menjadi mukjizat baginya. Berpikir bakal bertemu dengan Ronaldo dan kawan-kawan sama sekali tidak pernah terlintas dibenaknya. Bisa hidup merupakan karunia Tuhan yang luar biasa.
Bantuan senilai 40 ribu euro dari federasi sepakbola Portugal untuk merehabilitasi rumah Martunis yang hancur karena Tsunami pun seperti cahaya bagi Martunis dan sang Ayah.
"Saya percaya, tidak banyak anak seperti dia di luar sana," kata Ronaldo. "Sudah pasti harus mendapatkan respek dari semua. Dia anak istimewa."
Dunia mengenal Martinus. Presiden Indonesia ketika itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberi simpati pada Martinus. Bahkan, biduan Amerika Serikat, Celine Dion tidak ketinggalan berfoto dengan Martunis.
Setelah euforia itu, Martunis kembali ke Aceh. Bersama masyarakat lain, Martunis merajut mimpi baru pasca musibah berskala dunia itu. Seperti kebanyakan anak laki-laki, selain belajar di sekolah. Martunis tetap menekuni sepakbola. Seperti sang idola sekaligus bapak angkat, CR7.
Gabung Sporting Lisbon
Hampir satu dekade musibah itu berlalu. Cerita Martunis yang selamat dari Tsunami Aceh lambat laun tenggelam oleh hingar bingar kesuksesan Ronaldo yang sukses meraih gelar pemain terbaik dunia dan sukses memecahkan rekor transfer termahal sepanjang masa dari MU ke Real Madrid pada 2009.
Dan, pekan ini Martinus kembali ramai diperbincangkan seantero Indonesia. Kali ini bukan soal kisah haru berhasil menyelamatkan diri dari Tsunami. Tapi dia dipanggil oleh Akademi Sporting Lisbon. Biaya tiket Indonesia-Portugal sepenuhnya ditanggung oleh kedutaan Portugal di Indonesia.
Baca Juga: Ditolak Persiraja, Dipinang Sporting Lisbon
Menurut pendamping Martunis, Munawardi Ismail, sebetulnya Martunis direncanakan berangkat ke Portugal pada Maret 2015. Sayang, karena terbentur umur yang belum genap 18 tahun. "Keberangkatan Martunis pun batal."
Munawardi sendiri belum mengetahui, agenda utama Martunis di Ibukota Portugal itu. "Tapi di visa tiket, disebutkan dia belajar," kata si pendamping seraya menyebut, Martinus bakal pulang pada November mendatang.
Sporting Lisbon juga menjadi klub pertama Ronaldo sebelum ditransfer ke MU pada 2003. Setelah menjalani pertandingan persahabatan kontra Sporting, pemain MU membujuk manajer MU ketika itu, Sir Alex Ferguson memboyong Ronaldo ke Old Trafford.
"Viva Sporting," ucap Martunis setelah diperkenalkan sebagai pemain milik klub Akademi Sporting sebagaimana dilansir dari ESPN. "Sporting membuat impian saya menjadi nyata," sambung Martunis.
Ayah Martunis, Sarbini sebenarnya agak berat melepas sang buah hati menimba ilmu sepakbola. Buktinya, Sarbini tidak memasang target muluk-muluk. Terpenting, sang buah hati tetap mengenyam bangku sekolah selama di Portugal. "Jangan seperti saya," kata Sarbini. (Rjp/Ary)
">
Advertisement