Liputan6.com, Mantan pemain AC Milan, Michael Essien tampaknya harus benar-benar mempertimbangkan kelanjutan kariernya di Negeri Dewa-Dewi, Yunani.
Krisis ekonomi yang menghantam negara dengan ribuan mitologi itu bisa saja membuat eks Chelsea itu justru berada dalam masalah besar. Dilansir dari Sportal, Essien termasuk dalam jajaran pemain elite di Yunani. Dia meneken kontrak selama 2 tahun dengan Panthinaikos dengan nilai transfer mencapai 1,6 juta euro (Rp 23 miliar) per musim.
Jumlah itu tidak kaku. Artinya, pemain berpaspor Ghana itu bakal mendapatkan dana ekstra. Contoh, ketika dia menyelesaikan 60 persen pertandingan resmi, mengantarkan tim juara liga dan lolos ke Liga Champions, penghasilan itu bakal bertambah mengikuti prestasi di lapangan hijau. Besaran nominal itu membuat Essien menjadi pemain bergaji tinggi di sana.
Advertisement
Essien, yang pernah merumput untuk AC Milan itu baru saja menyelesaikan transfer ke Panathinaikos pada 1 Juni lalu dengan status bebas transfer. Boleh dibilang, pemain 32 tahun itu menantang arus. Di saat pemain asing ramai-ramai eksodus ke luar Yunani, Essien justru sebaliknya. Memilih bermain di Yunani.
Bukan tanpa alasan, menyebut kiprah Essien di Yunani dalam bahaya. Pasalnya, imbas dari krisis keuangan, pemerintah bakal mengembalikan mata uang ke Drachma andai dicoret dari dalam negara uni Eropa lantaran gagal membayar utang.
Praktis, gaji Essien bakal menyusut karena dinilai dengan Drachma--yang bernilai lebih kecil dari Euro--tidak seperti kesepakatan awal menggunakan Euro. Skenario itu yang paling ditakuti pelaku sepakbola, terutama agen pemain.
(Selengkapnya: Ketika Krisis Ekonomi Yunani Sampai ke Lapangan Hijau)
Tapi tampaknya, Essien santai saja dengan Yunani yang sedang gunjang-ganjing. Dia bertekad membayar lunas kepercayaan fans Panathinaikos yang menyambutnya dengan meriah. "Saya bertekad membayar kepercayaan mereka," janji Essien.
(Rjp/Ali)