Sukses

5 Elemen Wajib Bahas tentang Pencabutan SK Menpora

Firman Utina mengaku pemain tidak mau menggugat siapa pun meski sudah dirugikan SK Menpora.

Liputan6.com, Jakarta: Gelandang Firman Utina sadar betul kalau perbaikan sepak bola nasional harus melibatkan banyak pihak, dan bukan urusan PSSI maupun Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) semata. Hal ini menanggapi kedatangan sejumlah pemangku kepentingan sepak bola ke kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) pada Senin (27/7) terkait SK Menpora No. 01307 yang dianggap sudah banyak merugikan.

Mereka adalah pelatih Persija Jakarta Rahmad Darmawan, asisten pelatih Persebaya Tony Ho, pembuat situs petisi pencabutan SK Pembekuan PSSI, Ade Chandra, dan sejumlah perwakilan perangkat pertandingan, suporter serta pedagang. Meski putusan sidang akhir Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) mewajibkan Menpora segera mencabut SK tersebut, hingga saat ini belum ada tanda-tanda untuk menyudahi konflik karena permohonan banding sudah dilayangkan.

"Pemain tidak mau menggugat siapapun. Pemain ingin mencari titik temu karena ini permasalahan bersama," kata Firman kepada wartawan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Rabu (29/7) petang.

Dia ingin semua duduk bersama mulai dari pelatih, pemain, Menpora, PSSI, didukung oleh media. "Kita berlima duduk bareng mewakili suara-suara orang di luar sana. Tidak bisa dua pihak saja, nanti pemain tidak tahu, hak-hak pemain seperti apa dibayarnya," sambungnya.

Lanjut ke halaman berikutnya...

2 dari 2 halaman

2

Pemain asal Manado tersebut beserta sejumlah pesepakbola profesional lainnya baru saja menggelar latihan bersama di tengah kekosongan kompetisi. Dia mengakui turnamen terdekat Persib selain melawat ke Malang pada 11 Agustus, Si Maung akan ambil bagian dalam Piala Indonesia Satu (PIS).

"Kami ingin semua duduk, karena pemain ingin liga cepat berjalan dan PSSI ingin liga berjalan tanpa ada intervensi," ungkap gelandang 33 tahun tersebut. Firman yakin Menpora punya niat baik karena ingin suatu prestasi yakni menghasilkan liga yang terbaik dan pemain-pemain terbaik dari tim juara.

"Kalau prestasi, tim Indonesia sudah dikatakan punya prestasi kalau mencapai semifinal. Mencapai juara yang belum ada," kata mantan pemain Persita Tangerang ini lagi.

"Susah kalau kita bicara juara tapi tiga bulan vakum, lalu tiba-tiba persiapan dan langsung juara. Sama seperti anak TK disuruh langsung bermain bola," pungkasnya. (Ris/Def)

Video Terkini