Liputan6.com, Jakarta- Sore itu menjadi momen menegangkan untuk seluruh penonton di Istora Senayan, Jakarta, tempat berlangsungnya Kejuaraan Dunia Bulutangkis atau TOTAL BWF World Championship 2015. Pasangan ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Debby Susanto sedang meladeni lawan berat asal Denmark, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen.
Â
Di tengah kerumunan suporter, seorang pria dengan tak berekspresi memantau jalannya pertandingan. Sibuk mencatat sambil memperhatikan tablet dan ponsel genggam yang dipangkunya. Berkali-kali juga nama Praveen/Debby muncul di layar gadgetnya.
Â
Pria itu tak lain adalah Felix Ari Bayu Marta, pelatih fisik Pelatnas (pusat latihan nasional) tim bulutangkis Indonesia. Dia rupanya tengah memonitor detak jantung atletnya menggunakan perangkat lunak. Sebetulnya Ari Bayu tahu kapan duet Indonesia punya momen pas untuk mengatur napas saat poin tertinggal. Tapi hasil analisisnya bakal disimpan sampai laga selesai.
Â
Heart Rate Monitor dari Polar Team Pro dipakai Ari Bayu untuk melihat kesinambungan kecepatan detak jantung dengan kalori yang dibakar, yang berujung pada pengambilan keputusan si atlet dalam arena. "Kalau diperhatikan Jordan melakukan kesalahan saat denyut nadinya di angka 180 per-menit (beats per minute/bpm). Kalau dia bisa ambil istirahat 30 detik saja, itu berpengaruh pada fokusnya. Tapi dia buru-buru servis lagi," kata Ari Bayu kepada Liputan6.com, Kamis (13/8) siang.
Sebelumnya Praveen/Debby tak pernah menang dari enam kali pertemuan dengan Fischer/Pedersen. Tapi pada laga di babak 16 besar kemarin mereka dapat lolos ke putaran ketiga, dengan dua kali deuce game lewat skor 20-22, 21-19, dan 21-23. "Melihat hasil monitor detak jantung, kami bisa mengetahui porsi latihan yang dia butuhkan," kata penggemar teknologi itu.
Â
Ada lima zona dalam kecepatan detak jantung. Ari Bayu juga mencatat bila para pemainnya telah memasuki zona tertinggi. "Jordan bermain 6% di zona lima yang berkisar 180-200 bpm. Makin sering berada di zona ini, dia harus membutuhkan pemulihan yang bagus," tuturnya.
Â
Alat ini dipasang di balik kostum mereka, terikat seperti sabuk pengaman. Polar yang dipakai Jordan terhubung dengan tablet milik Ari Bayu lewat bluetooth dengan daya jangkau hingga 30 meter. Sorakan penonton yang membuat pemain gugup di lapangan juga memiliki dampak pada kecepatan jantung hingga eksekusi permainan. Hasil analisa Ari Bayu bakal dia jelaskan kepada pemain, pelatih kepala serta ahli gizi.
2 dari 2 halaman
Hingga putaran ketiga Kejuaraan Dunia, Ari Bayu mengakui kalau kecepatan detak jantung paling bagus ada pada Hendra Setiawan, pasangan Mohammad Ahsan di ganda putra. "Kecepatannya gak tinggi. Padahal, rata-rata ganda putra istirahat hanya 15 detik diantara bola mati ke pengambilan servis," katanya menambahkan.
Â
Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) sudah tak asing dengan penggunaan teknologi pendukung untuk memaksimalkan potensi atlet mereka. Sebelum memakai Polar Team Pro, alat pengukur Suunto dari Finlandia sudah dipakai dua tahun sejak 2011.Â
Â
Seluruh rangkaian analisa atlet dipersiapkan untuk Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil. "Kami sudah memakainya sejak latihan untuk persiapan All England. Tak hanya saat turnamen penting saja. Kami ingin tahu beban latihan mereka sudah sesuai dengan pertandingan atau tidak," kata Ari Bayu.
Â
"Saat kita ganti Sistem Operasi Windows 7 dan di atasnya, Suunto tidak bisa digunakan. Kalau Polar kita dapat bantuan dari Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga). Ini sudah familiar untuk olahraga renang dan kalau tak salah angkat besi," pungkasnya. (Tho/Ary)
Advertisement