Liputan6.com, Perhelatan Piala Presiden 2015 tinggal hitungan hari. Turnamen kompetitif yang dinanti masyarakat sepakbola Indonesia sudah di depan mata. Tidak berlebihan kalau menyebut event ini ibarat oase di tengah padang pasir.
Sejak kompetisi dihentikan 2 Mei, lalu praktis kegiatan sepakbola di Tanah Air mati total buntut dari kisruh PSSI dan Kementrian Pemuda dan Olahraga. Situasi ini diperparah dengan sanksi FIFA imbas dari pembekuan PSSI oleh Menteri Imam Nahrawi. Praktis, stakeholder sepakbola nasional kehilangan pemasukan.
Bagi pemain, tidak ada pilihan selain manggung di ajang turnamen antarkampung alias tarkam. Mereka memilih terjun ke level amatir untuk menyambung hidup. Melihat kondisi tidak menentu, promotor olahraga kelas kakap, Mahaka Sports & entertainment mencoba membuat terobosan dengan menggulirkan turnamen Piala Presiden.
Advertisement
CEO Mahaka, Hasani Abdulgani menggagas turnamen untuk mengisi kekosongan kompetisi. Namun, bukan berarti promotor bisa mulus merealisasikan gelaran ini. Sejumlah rintangan harus dihadapi, mengingat kisruh PSSI dan Menpora.
Mereka harus bolak-balik menghadap Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) guna meminta rekomendasi. Hasani tidak menyangkal, kalau banyak tantangan yang harus dihadapi pihaknya guna mensukseskan Piala Presiden. "Kami dalam posisi terjepit," kata Hasani ketika menyambangi kantor Liputan6.com, Jumat 28 Agustus 2015.
2
Masalah rekomendasi masih berkutat pada dua klub, Arema Cronus dan Persebaya Surabaya. Hasani melihat, konflik pribadi antar 2 pihak yang bertikai menjadi akar masalah selama ini. "Jadi kami harus menyenangkan kedua pihak," ucap pria berkacamata ini.
Tarik menarik antara BOPI yang mewakili Menpora dan PSSI selaku induk sepakbola di Indonesia diakuinya ikut menyulitkan Mahaka. Tapi Mahaka tidak kehabisan akal, "Akhirnya kami menemui Presiden Joko Widodo untuk meminta izin," sambungnya. Atas restu orang nomor satu di Republik ini, Piala Presiden tanpa hambatan. "Nanti beliau sendiri yang membuka turnamen ini."
Piala Presiden menggunakan format setengah kompetisi. Sebanyak 16 tim dibagi dalam 4 grup. Empat kota besar, Bandung, Malang, Gianyar (Bali), dan Makassar ditunjuk menjadi tuan rumah masing-masing grup. Promotor menjanjikan hadiah yang menggiurkan. Juara pertama diguyur hadiah Rp 3 miliar, juara dua Rp 2 miliar dan juara tiga Rp 1 miliar. "Juara 4 Rp 500 juta."
Hasani menjanjikan, bagi setiap tim yang berhasil melangkah hingga 8 besar hingga semifinal bakal mendapat siraman Rp 250 juta. Bila tim itu berhasil masuk semifinal, minimal tim itu telah mengantongi Rp 500 juta. Di awal, Mahaka pun mengucurkan match-fee Rp 500 juta per klub plus tim tuan rumah disubsidi Rp 350 juta.
"Tim tamu kami berikan uang transportasi masing-masing Rp 100 juta."
Namun Hasani, masalah kedisiplinan pemain menjadi perhatian utama. Dalam koordinasi dengan para manajer, Hasani meminta manajer tim ikut menjaga fair play. "Jangan sampai ribut-ribut karena ikut mempengaruhi citra turnamen ini," katanya. Sebagai langkah awal mencegah kericuhan di lapangan, Mahaka 'menahan' uang transport sebesar Rp 100 juta sebagai deposit untuk berjaga-jaga bila pemain melakukan tindakan indisipliner di lapangan.
Tata kelola sepakbola memang selalu digembar-gemborkan semua pihak untuk membenahi olahraga paling populer di Indonesia ini. Jadi patut ditunggu apakah Mahaka mampu melakukannya, jangan seperti turnamen sebelah yang mulai terlihat bobroknya. (Rjp/Rco)
Advertisement