Sukses

Alasan Bonek FC Tolak Lanjutkan Laga Kontra Sriwijaya

Bonek FC kalah WO dari Sriwijaya FC.

Liputan6.com, Palembang - Bonek FC memutuskan tidak melanjutkan pertandingan leg kedua perempat final Piala Presiden di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang, Minggu (27/9/2015). Keputusan itu tak lain karena permintaan Bonek FC agar wasit diganti tidak dikabulkan oleh inspektur pertandingan.

Bonek FC mogok bermain setelah mereka dihukum penalti yang terbilang kontroversial, setelah wasit menganggap Fatchurohman handball. Dalam tayangan lambat, bola memang tak mengenai tangan pemain Bonek FC dan hal ini membuat pemain serta ofisial melancarkan protes dengan mogok dan meminta wasit diganti.

CEO Bonek FC, Gede Widiade, menegaskan bahwa  mundurnya Bonek FC dari pertandingan ini bukan karena perkara menang atau kalah. Pihak Bonek FC meminta wasit diganti, karena kepemimpinannya yang diragukan setelabh keputusan kontroversial itu.

"Itu kan tidak handball, rekaman yang dilihat juga pemain kami tidak handball dan harusnya tidak penalti. Tapi, kami mau menerima keputusan, asal kami minta wasit diganti," jelas Gede saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (27/9/2015).   

"Tapi, inspektur pertandingan menolak permintaan agar wasit diganti. Ini bukan perkara menang atau kalah, ini perkara kepemimpinan wasit. Kalau begini, kami kalah WO (Walk Out) saja, tidak apa-apa," lanjutnya.

Selain itu, Gede juga mengungkapkan bahwa sejak awal pihaknya meminta wasit untuk fair play dalam memimpin laga. Atas kasus ini, dia pun bakal mengajukan protes kepada Mahaka Sports and Entertainment untuk kepemimpinan wasit.

Bonek FC akhirnya tersingkir di perempat final Piala Presiden karena di leg kedua kalah WO atau secara hitungan menjadi kalah 3-0. Di leg pertama, Bonek FC menang 1-0 atas Sriwijaya di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, dengan demikian tim asuhan Ibnu Grahan itu kalah agregat 1-3 dari Laskar Wong Kito.

"Semua bagus, hanya kepemimpinan wasit, dari awal sudah kami ingatkan untuk fair play. Kami juga akan mengajukan protes kepada Mahaka," paparnya. (Win/Vid)