Sukses

Majalah FIFA Angkat 'Mitologi' Martunis-Ronaldo

Sepak bola dianggap mampu menghasilkan kisah indah yang biasanya didapat dalam dunia seni dan mitologi.

Liputan6.com, Jakarta Hubungan Martunis dengan megabintang lapangan hijau, Cristiano Ronaldo telah menyita perhatian dunia. Bocah malang yang nyaris menjadi korban tsunami Aceh 2004 tersebut, kini tengah meniti karier mengikuti sang idola yang juga ayah angkatnya. Ya, Martunis yang sudah berusia 17 tahun telah bergabung dalam akademi Sporting Lisbon. 

Entah sudah berapa banyak media yang mengulas kehidupan Martunis-Ronaldo. Mulai dari dalam negeri hingga media-media ternama yang berbasis di luar Indonesia beberapa kali mengulasnya. Belakangan kisah Martunis dan Ronaldo juga diangkat oleh majalah mingguan FIFA dalam rubrik "The Art of Football", terbitan Jumat (9/10/2015).

Kolom tersebut ditulis oleh Ronald Duker. Lewat tulisannya, Duker mengaitkan kisah perjalanan Martunis dengan kisah-kisah lahirnya kepahlawanan dari era Musa hingga Oedipus. Dia mengawali tulisan yang diberi judul "The Stuff of Legend" tersebut dengan sebuah pertanyaan, "Bagaimana bisa seorang bocah bisa menjadi pahlawan?"

Dalam tulisan tersebut disebutkan, kisah-kisah kepahlawanan punya garis besar yang mirip. Seorang pahlawan kerap digambarkan lahir dari keluarga raja yang memiliki banyak kemudahan. Namun bagi Martunis ceritanya sedikit berbeda di mana pria yang kini berusia 17 tahun itu mengawalinya dari kesusahan  saat menjadi korban tsunami 2004 lalu.

Tragedi yang merenggut nyawa ibu dan saudaranya itu kemudian mengawali kedekatannya dengan Ronaldo. Berawal dari kostum timnas Portugal yang kenakannya saat ditemukan, Martunis diantar untuk mengenal dunia dan para pelaku sepak bola kelas dunia. Namun, apakah mitologi kepahlawanan lantas akan berulang? Tidak ada yang bisa menjawab.

Bahkan Martunis yang telah masuk akademi Sporting Lisbon juga belum bisa menentukan apakah masa depannya bakal secerah ayah angkatnya atau tidak. Meski gayanya sudah mengikuti sang idola CR7, hanya waktulah yang bisa menjawab apakah Martunis bisa berkembang di lapangan hijau atau tidak. Ini menunjukkan bahwa sepak bola mampu menuliskan kisah indah yang biasanya ditemukan hanya dalam literatur seni dan mitologi. (Rco/Win)