Sukses

Jatuh Bangun Persib di Gelora Bung Karno

Emosi bobotoh kerap naik turun saat saksikan tim kesayangan Persib "Maung Bandung" tampil di SUGBK.

Liputan6.com, Jakarta: Final Piala Presiden 2015 akhirnya tetap digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Minggu (18/10/2015). Dalam duel ini, Persib Bandung akan berhadapan dengan Sriwijaya FC untuk memperebutkan trofi juara.

Maung Bandung yang tampil memukau sejak babak penyisihan sangat berambisi memenangkan laga. Selain mengincar hadiah pertama sebesar Rp3 Miliar, tim asal Kota Kembang ini berniat mengawinkannya dengan gelar ISL yang diraih tahun lalu.

Pertandingan melawan SFC bukanlah final pertama Persib di GBK. Sejak era perserikatan emosi bobotoh sudah berulang kali mengalami pasang surut bak naik roller coaster saat menyaksikan Persib bertarung hidup mati di stadion legendaris tersebut.

Partai final terakhir Persib di GBK berlangsung 20 tahun lalu. Saat itu, Maung Bandung berpesta di Ibu Kota usai merebut gelar juara Liga Indonesia 1994-95. Di bawah kendali Indra Tohir, Maung Bandung mengalahkan Petro Kimia Putra 1-0.

 Saat itu format kompetisi masih dua wilayah. Perjalanan Persib diawali dari grup Timur. Setelah finish di urutan kedua klasemen akhir, Maung Bandung pun melaju ke babak 8 besar dan berhasil keluar sebagai juara grup.

Di babak semifinal Persib menekuk Barito Putra 1-0. Gol kemenangan Persib dicetak oleh Kekey Zakaria. Sedangkan di babak final, Persib yang mengandalkan pemain lokal harus berjuang mati-matian untuk meredam gempuran Petro Kimia Putra.

Pertandingan melawan Petro dihadiri 90 ribu penonton. Langkah Persib lebih ringan setelah tim lawan bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-53. Wasit memberikan kartu kuning kedua bagi Setio Budiarto. SUGBK akhirnya bergemuruh pada menit ke-76. Sutiono Lamso berhasil membobol gawang Petrokimia sekaligus membawa Maung Bandung unggul 1-0.

2 dari 2 halaman

Musuh Bebuyutan PSMS Medan

Bobotoh juga pernah menangis di GBK. Kenangan pahit yang tak akan dilupakan oleh para pengawal Pangeran Biru adalah saat PSMS Medan menjegal langkah tim kesayangannya merebut gelar juara dua musim berturut-turut di era Perserikatan. Ini sekaligus menjadi pemicu rivalitas abadi antara Maung Bandung dengan Ayam Kinantan di kancah sepak bola Tanah Air.

Pada final 1983, PSMS Medan, tim yang sudah 8 tahun puasa gelar berhasil memaksa Persib melalui babak adu penalti usai bermain tanpa gol hingga babak tambahan.  Maung Bandung akhirnya menyerah setelah hanya mampu menceploskan dua gol ke gawang PSMS yang dikawal oleh kiper legendaris Ponirin Meka. PSMS pun keluar sebagai juara dengan skor 3-2.

Kebencian pendukung Persib kepada Ponirin Meka semakin menjadi pada final Piala Perserikatan 1985. Saat itu, GBK disesaki 150 ribu penonton yang kebanyakan adalah pendukung Persib. Menurut sebuah buku yang diterbitkan AFC empat tahun kemudian, duel PSMS vs Persib ini mencatatkan rekor penonton terbesar di dunia untuk sebuah laga amatir.

Duel kembali berakhir imbang 2-2 hingga babak perpanjangan waktu sehingga harus digelar adu penalti untuk menentukan pemenangnya. Ponirin Meka kembali tampil gemilang dalam membendung algojo-algojo Persib. PSMS pun unggul 2-1 dan berhasil mempertahankan gelar juara. Sedangkan para pendukung Persib harus pulang dengan kepala tertunduk.

Setahun kemudian, Maung Bandung baru benar-benar berpesta di GBK setelah mengalahkan Perseman Manokwari 1-0 di babak final. Gelar yang sama kembali diraih Persib di era 1989/90 dan 1993/94. (Momen-momen final Persib di GBK selengkapnya, lihat di grafis halaman 1). (Rco/Def)