Liputan6.com, Jakarta Ketua Steering Comittee Piala Presiden 2015 Maruarar Sirait, lega melihat keberhasilan Piala Presiden 2015. Apalagi menurut Maruarar, dalam pelaksanannya, turnamen berhadiah miliaran rupiah tersebut telah memenuhi lima unsur yang menjadi arahan Presiden RI Joko Widodo, yakni fair play, transparansi, prestasi, ekonomi kerakyatan, dan terakhir adalah hiburan rakyat.
Piala Presiden 2015 telah melahirkan sang juara Persib Bandung. Tim asal Kota Kembang itu sukses mengangkat trofi setelah di babak final sukses mengalahkan Sriwijaya FC 2-0. Bagi Maung Bandung, Gelar ini semakin terasa spesial karena partai puncak digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta yang menjadi salah satu stadion kebanggaan Indonesia.Â
Meski sempat dihantui kekhawatiran akan gesekan dengan suporter Persija Jakarta, Jakmania, fans sepak bola Persib alias bobotoh tetap hadir membirukan GBK. Ini tentu jadi momen langka mengingat selama ini hubungan dengan The Jak yang tak harmonis.
Advertisement
Di luar hiruk-pikuk partai puncak, secara keseluruhan turnamen elit ini boleh dikatakan berjalan sukses. Meski sempat diwarnai aksi WO salah satu kontestan yang tak puas dengan kinerja wasit, turnamen secara keseluruhan berjalan dengan lancar. Pihak yang kalah juga lebih banyak menerima dengan lapang dada. Sedangkan yang menang semakin ceria berkat hadiah yang didapat.
Sebagai tim juara, Persib menerima hadiah sebesar Rp3 Miliar dan runner up Sriwijaya berhak atas hadiah sebesar Rp2 Miliar. Angka ini belum termasuk uang lelah di setiap babak yang jumlahnya berbeda-beda. Dan sebagai upaya untuk menjaga transparansi keuangan, pihak penyelenggara terah melunasi seluruh hadiah yang menjadi hak para pemenang dan peserta.
(Baca juga: Ketua SC Pastikan Hadiah Piala Presiden Dibayar Lunas Hari Ini)
Menurut Ara, ini merupakan bagian dari upaya panitia untuk menjaga kepercayaan para pemain, pelatih, dan ofisial tim. Dan untuk melengkapi elemen transparansi yang dicanangkan dalam turnamen ini, panitia juga diaudit oleh PricewaterhouseCoopers.
"Sekarang semua pemain dan pelatih bisa menikmati hasil jeri payahnya di lapangan," kata Ara kepada Liputan6.
Superteam bukan Superman
Piala Presiden 2015 merupakan turnamen yang digelar untuk mengisi kekosongan kompetisi Tanah Air akibat pembekuan PSSI. Sebanyak 16 tim yang berasal dari Liga Super Indonesia (ISL) dan Divisi Utama tampil pada turnamen ini. Ara mengatakan, kesuksesan acara ini tak lepas dari kerjasama seluruh pihak, utamanya dalam menyelenggarakan partai puncak di GBK.
"Ini semua berkat kerja tim yang hebat. Berkat persatuan semua pihak. Tidak ada Superman di sini, yang ada hanyalah Superteam," ujar Maruarar kepada Liputan6.com, Jumat (23/10/2015).
"Saya tidak punya pengalaman mengelola turnamen sebesar ini sebelumnya, tapi berkat bantuan dari semua pihak yang luar biasa, turnamen ini akhirnya berjalan sukses," sambung pria kelahiran Medan 23 Desember 1969 tersebut.
Untuk itu, Maruarar tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Kapolri, Kapolda Metro Jaya, Kapolda Jawa Barat, Panglima TNI, Pangdam Jaya, Pangdam Siliwangi, Menpora, dan BOPI, Erick Thohir, La Nyalla Mattalitti, hingga Nirwan Bakrie.
"Saya juga dibantu Mahaka (Sports and Entertainment) yang profesional. Di sana ada pak Hasani Abdulgani dan Cahyadi yang bekerja profesional. Semuanya bersatu dan bekerjasama untuk menyukseskan Piala Presiden 2015," ujar Maruarar.
Ara juga mengapreseasi dukungan yang diberikan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Begitu juga dengan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang bersedia sowan ke pengurus Jakmania bersama manajer Persib Umuh Muchtar. Langkah ini menurutnya telah membuat ketegangan yang ada akhirnya mencair.Â
"Gubernur Ahok ikut mendukung acara final dengan menyediakan toilet umum di GBK. Dan sehari setelah final, GBK sudah kembali bersih. Begitu juga dengan Ridwan Kamil yang bersedia mencairkan ketegangan. Jadi saya beruntung mendapat bantuan dari orang-orang yang hebat seperti mereka. Termasuk Indosiar juga yang bekerja profesional," katanya.
Advertisement
Saling Menghargai
Euforia Piala Presiden 2015 untuk sesaat memang mampu melupakan kisruh yang melanda sepak bola Indonesia saat ini. Sebelumnya turnamen bergulir, sepak bola Indonesia seakan mati suri. Kompetisi terhenti sebagai buntut pembekuan PSSI oleh Menpora Imam Nahrawi yang getol menyuarakan tata kelola yang baik dalam sepak bola Indonesia. Situasi bertambah parah setelah FIFA menjatuhkan sanksi kepada PSSI yang berakibat Indonesia terkucil dari pertandingan-pertandingan internasional.
Hadirnya Piala Presiden membangkitkan kembali gairah sepak bola nasional. Namun tentu ini hanya sementara karena mengingat para pelaku sepak bola butuh kompetisi berjenjang yang bermuara bagi pembentukan timnas. Tata kelola yang baik di Piala Presiden bakal sia-sia bila tak ada kelanjutannya. "Piala Presiden saya pikir menjadi momentum persatuan," Ara menanggapi.
"Intinya harus bisa saling menghargai. Tidak bisa ada ego yang menonjol. Harus bersama-sama. Persatuan itu penting."
Berkaca kepada babak final yang digelar di Gelora Bung Karno, Ara pun teringat dengan pesan Presiden pertama RI Sukarno (Bung Karno) soal persatuan. Menurutnya, pesan itu masih relevan hingga kini.
"Bung Karno pernah berkata 'Bersatu untuk kuat'. Ini penting. Tapi tentu bukan dalam perkataan atau retorika saja, tapi harus dalam perbuatan. Satukan perkataan dan perbuatan," pesan Maruarar. (Rco/Win)