Sukses

Akhir dari Episode

Amerika Serikat (AS) tidak bisa dipandang remeh. Menyingkirkan Spanyol, AS berkesempatan bertemu Brasil di partai final Piala Konfederasi. Di kesempatan puncak ini, mampukah pertahanan gigih The Yanks meredam tarian samba Kaka dkk?

Liputan6.com, Johannesburg: Permainan bertahan nan gigih penuh energi Amerika Serikat (AS) mengejutkan seluruh dunia. The Yanks menghempaskan Spanyol yang merupakan pemegang rekor tim tanpa terkalahkan untuk tampil di final Piala Konfederasi. Final pertama untuk AS dalam sebuah turnamen internasional yang diinisiasi FIFA.

Perjalanan AS tidak mulus. Di laga perdana mereka digebuk Italia 1-3. Gawang mereka jadi bulan-bulanan Brasil yang menang 3-0 di pertandingan berikutnya. AS bangkit. Mesir dibantai 3-0 untuk lolos ke semifinal berkat produktifitas gol, yang kemudian begitu perkasa mengalahkan juara Eropa 2-0.

Di Stadion Coca-Cola atau yang juga kerap disebut Ellis Park di Johannesburg, AS untuk kedua kalinya menantang Brasil. Bob Bradley, pelatih AS, dituntut putar otak. Fleksibilitas pelatih berusia 51 tahun itu dalam menerapkan taktik dan strategi kembali dinantikan tuahnya.

“Menurut saya ketika bertemu Brasil di laga pertama kami bermain dengan perasaan takut,” kata kapten AS, Carlos Bocanegra. “Kami terlalu respek. Kami merasa perlu mengubah perasaan tersebut dan hasilnya kami mampu melibas Mesir dan Spanyol. Kami tidak akan lagi menunggu di daerah sendiri. Kami akan menyulitkan mereka dengan tekanan dari energi yang dimiliki.”

Di pertemuan pertama Bradley menerapkan formasi 4-5-1. Strategi itu membuat Jozy Altidore terisolasi. Formasi 4-4-2 yang digelar ketika melawan Mesir dan Spanyol terbukti membuat permainan AS jauh lebih solid. Keseimbangan tercipta. Pertahanan kokoh, namun cepat dan efektif dalam merangsek ke gawang lawan.

Bradley juga punya tambahan referensi ketika menyaksikan Afrika Selatan (Afsel) membuat Brasil bekerja keras di semifinal. Selecao akhirnya melangkah berkat tendangan bebas Daniel Alves menjelang waktu normal usai. “Mereka (Afsel) menjaga jarak antara pertahanan dan lini tengah sangat rapat. Jadi Robinho dan Kaka harus berusaha lebih mendapatkan bola di area tersebut,” bisik Bradley kepada AP. Sayang nantinya Bradley tidak bisa menurunkan anaknya, Michael Bradley, di lini tengah akibat hukuman kartu merah yang diterima saat melawan Spanyol. Benny Feilhaber sepertinya akan dimainkan untuk menemani Ricardo Clark di jantung permainan.

Tapi Brasil tetaplah Brasil yang mengoleksi lima titel Piala Dunia, sebuah rekor terbanyak. Robinho dan Kaka tetap jadi momok buat Oguchi Onyewu dan Bocanegra. Luis Fabiano yang telah mengoleksi tiga gol, terbanyak bersama David Villa dan Fernando Torres, berpeluang menyabet gelar “sepatu emas”. Rekor pertemuan didominasi Selecao.

Mampukah tarian samba Kaka dkk menggoyang pertahanan gigih AS? Jawabnya di episode terakhir Piala Konfederasi, Senin dini hari WIB.

Head to head:
18-06-09 Piala Konfederasi: Amerika Serikat 0 – 3 Brasil
09-09-07 Partai persahabatan: Amerika Serikat 2 – 4 Brasil
23-07-03 Gold Cup: Amerika Serikat 1 – 2 (e.t) Brasil
21-06-03 Piala Konfederasi Brasil 1 – 0 Amerika Serikat
28-07-99 Piala Konfederasi: Brasil 1 – 0 Amerika Serikat
10-02-98 Gold Cup: Amerika Serikat 1 – 0 Brasil
18-01-96 Gold Cup: Amerika Serikat 0 – 1 Brasil
20-07-95 Copa America: Brasil 1 – 0 Amerika Serikat
04-07-94 Piala Dunia: Brasil 1 – 0 Amerika Serikat

Prakiraan pemain:
Amerika Serikat: Tim Howard; Heath Pearce, Jay DeMerit, Oguchi Onyewu, Jonathan Spector; Landon Donovan, Ricardo Clark, Benny Feilhaber, Clint Dempsey; Charlie Davies, Jozy Altidore.
Pelatih: Bob Bradley.
Brasil: Julio Cesar; Lucio, Juan, Daniel Alves, Andre Santos; Gilberto Silva, Felipe Melo, Ramires, Kaka; Robinho, Luis Fabiano.
Pelatih: Dunga.
Prediksi: Amerika Serikat 45:55 Brasil
    Video Terkini