Liputan6.com, Jakarta - Nama Sinyo Aliandoe besar di dunia sepak bola Indonesia. Sebagai pemain dan pelatih, ia sempat mengecap prestasi di level klub maupun timnas.
Akan tetapi, ternyata Sinyo sendiri tidak mengizinkan anak-anaknya mengikuti jejaknya di dunia sepak bola. Anak bungsu Sinyo, Theodorus Aliandoe, sedikit bercerita mengenai sosok sang ayah di rumah duka St Carolus, Jakarta, Rabu (18/11/2015).
"Meskipun kami (anak-anak Sinyo) tiga-tiganya adalah laki-laki, tapi tidak ada satu pun yang terjun ke dunia sepak bola. Saya sendiri di perusahaan swasta, dan kakak-kakak saya juga demikian," jelas Theodorus.
Kondisi sepak bola yang belum menjanjikan membuat Sinyo enggan membiarkan anak-anaknya mengikuti jejaknya. Pasalnya, meski berlabel pemain bintang, kala itu sulit untuk mengecap materi.
"Bapak tidak mendukung kami untuk menjadi pesepak bola. Bapak bilang 'kalian teruskan saja sekolah kalian yang benar, tidak usah ikut bapak, lihat teman-teman bapak, sudah berapa orang sih yang sukses? Kondisinya masih sulit'," cerita Theo.
Sinyo lahir pada 1 Juli 1938 di Larantuka, Flores Timur. Semasa menjadi pemain, Sinyo berhasil membawa Persija Jakarta menjuarai Perserikatan 1964.
Kariernya sebagai pelatih tidak kalah cemerlang. Salah satu cerita manis yang tak mungkin terlupakan adalah ketika timnas Indonesia hampir lolos ke Piala Dunia Meksiko 1986. Saat itu Tim Merah Putih yang diperkuat Dede Sualiman, Bambang Nurdiansyah, hingga Ferryl Hattu keluar sebagai juara Grup 3B Zona Asia.
Bersama dua asistennya, Bertje Matulapelwa dan Salmon Nasution, Sinyo membawa timnas menaklukkan India, Bangladesh, serta Thialand. Sayang, langkah mereka menuju putaran final terhenti setelah kalah dari Korea Selatan (0-2 di leg pertama di Seoul dan takluk 1-4 di Senayan).(Win/Jnp)*
Kisah Sinyo Aliandoe Larang Anaknya Jadi Pesepak Bola
Menurut Sinyo, jadi pesepak bola di Indonesia belum menjanjikan.
Advertisement