Liputan6.com, Manchester - Legenda Manchester United, Paul Scholes mengkritik pedas taktik manajer MU, Louis van Gaal. Scholes menyebut, ramuan Si Tulip Besi bikin penampilan Setan Merah membosankan dan tumpul.
"Saya pikir, hal paling sulit bagi pelatih adalah mencetak gol, kreativitas dan ketersediaan bomber tajam," kata Scholes dikutip Sky Sports.
Baca Juga
- Lakers Berkunjung, Sixers Akhiri Rentetan Kekalahan
- 5 Fakta Menarik Ballon d'Or 2015: Messi Vs Ronaldo Masih Awet
- Kenali 3 Kandidat Pelatih Terbaik Dunia
Kritik pedas Scholes kemudian dibalas Van Gaal. Manajer asal Belanda ini menyebut kritik itu tak berdampak apapun kepadanya. Sebaliknya, Van Gaal menganggap gaya main MU cukup menghibur.
"Saya pikir MU selalu menghibur. Saya juga membaca di koran bahwa tim ini membosankan, tetapi saya berpikir tidak ada lebih banyak suporter datang ke stadion daripada di sini (Old Trafford)" kata Van Gaal.
Merujuk pada statistik, Scholes sebetulnya tak asal bicara. MU boleh saja duduk di peringkat ketiga tabel klasemen sementara. Namun statistik membuktikan, permainan Wayne Rooney dan kolega tumpul. Malah, MU Setan Merah boleh dibilang lebih condong ke sepak bola bertahan.
Hingga pekan ke14, MU mengoleksi gol paling sedikit di antara tim empat besar (20 gol). Jumlah itu sama dengan koleksi tim peringkat 10 di tabel klasemen sementara, Southampton.
Padahal di musim ini, MU berstatus sebagai tim dengan penguasaan bola tertinggi di Liga Inggris dengan prosentase penguasaan bola hingga 57,3 persen.
Di saat bersamaan, gawang MU juga paling sedikit kebobolan dibanding semua tim lain di Liga Inggris. Gawang David de Gea baru kebobolan (10 gol).
Catatan statistik lain juga membuktikan, kalau ketajaman masih jadi pekerjaan rumah Van Gaal.
Advertisement
Soal tembakan on target per pertandingan misalnya. Jumlah tembakan on target MU rata-rata hanya 3,8 per pertandingan. Catatan itu membuat MU tak lebih baik dari AFC Bournemouth yang membuat rata-rata 4,1 tembakan on target per pertandingan. Padahal, Bournemouth kini ada di peringkat 18 alias zona degradasi.
Rotasi Rooney
Selain faktor taktik, ada hal lain yang dianggap memengaruhi ketajaman MU, yaitu keputusan Van Gaal untuk merotasi Anthony Martial ke posisi sayap, demi menyediakan tempat bagi Wayne Rooney sebagai penyerang tengah.
Sebetulnya, keputusan mengembalikan Rooney ke posisi penyerang tengah dilakukan Van Gaal untuk mengembalikan ketajaman Rooney, yang di awal-awal musim ini bermain agak ke dalam sebagai gelandang.
Namun, hingga kini, Rooney justru belum mampu membayar kepercayaan manajernya tersebut. Dari sembilan kali bermain sebagai penyerang tengah, Rooney baru mengemas satu gol. Bandingkan saat dia mencetak dua gol dari tujuh kali main sebagai gelandang.
Soal peran Rooney itu sebetulnya juga pernah disorot oleh eks gelandang Barcelona, Xavi Hernandez. Menurut pemain yang kini bermain bagi Al Sadd di Liga Qatar itu, Rooney sudah waktunya meninggalkan posisi sebagai penyerang tengah dan beralih ke posisi gelandang.
"Mungkin, ini waktunya untuk penyerang baru Manchester United, yang bisa berlari selama 90 menit. Tetapi Rooney akan lebih berbahaya jika bermain lebih ke dalam. Dia punya visi dan jangkauan operan untuk memainkan posisi itu dengan baik," kata Xavi di Sky Sports.
Advertisement