Liputan6.com, Jakarta - Kasus cedera Kevin Prince Boateng beberapa waktu terhitung tidak lazim. Pemain asal Ghana ini terkena cedera bukan di atas lapangan, melainkan di ranjang.
Ya, tim medis menyebut bila lutut Boateng bermasalah karena frekuensi bercinta yang terlampau sering dengan pasangannya, Melissa Satta. Sang wanita merupakan presenter sekaligus model papan atas Italia. Wanita berambut pirang itu tidak menampik, bila Boateng cedera gara-gara seks yang kelewat batas. Berita ini ramai diberitakan media massa Italia pada 2012 lalu.
Baca Juga
- Begini Komentar Perdana Mourinho Setelah Dipecat Chelsea
- Mahaka Minta Dalang Bentrokan Suporter Ditangkap
- Arema Persembahkan Tiket Semifinal untuk Korban Bentrok Suporter
"Alasan mengapa dia selalu cedera adalah karena kami berhubungan seks 7-10 kali seminggu," kata Satta, yang juga seorang presenter televisi beberapa waktu lalu.
Advertisement
Dan belakangan, kebugaran pemain Arsenal asal Chile, Alexis Sanchez terganggu lantaran terlalu sering bercinta dengan Laia Grassi. Media Chile, La Cuarta menulis laporan kalau mantan pemain Barcelona itu terlalu memforsir kekuatan di atas ranjang. Akibatnya, Sanchez tumpul karena kelelahan. Berita ini berkembang pada November tahun lalu.
Apa Kata Dokter Arema Cronus?
Fenomena cedera dan kebugaran pemain yang terganggu karena libido seks tinggi gladiator lapangan hijau, membuat dokter tim Arema Cronus, dr Nanang Tri Wahyudi SpKO ikut berkomentar.
Dokter spesialis kesehatan olahraga ini menyatakan, kalau pemain sepakbola tetap perlu memperhatikan jadwal bercinta. Menurut dia, libido sangat ditentukan dengan kadar hormon seseorang. Namun Nanang menjelaskan, hormon testosteron atlet memang lebih besar daripada orang pada umumnya.
"Libido sangat ditentukan dengan kadar hormon seseorang. Ada parameternya kalau seseorang cukup butuh seminggu sekali, bahkan setiap hari," kata dokter yang kini menangani klub Arema Cronus tersebut.
"Namun, pengaruh frekuensi melakukan aktivitas seksual dengan performa atlit itu hanya mitos karena hubungannya dengan recovery (pemulihan). Kalau besok mau bertanding dan sebelumnya berhubungan, itu yang agak berlebihan," tutur dr Nanang.
Meskipun performa pemain dan seks hanya mitos, dia mengingatkan agar pemain tetap memperhatikan posisi bercinta yang aman."Posisi bercinta berbahaya tentu bukan posisi klasik seperi misionaris karena ada otot-otot lain yang bekerja secara ekstrem," bebernya.
Menurut dia, posisi paling aman adalah tidak menjadikan kaki sebagai tumpuan untuk menahan badan pasangan. Sebab posisi ini membuat pemain rawan dengan cedera engkel.
"Ada lagi yang menjadikan kaki sebagai penyangga, sehingga tubuh tidak ditopang sempurna dengan gerakan-gerakan menopang pasangan. Ini yang berbahaya."Â
Advertisement