Liputan6.com, Jakarta - Keputusan Pep Guardiola meninggalkan Bayern Muenchen di akhir musim 2015/2016 menjadi pukulan berat bagi klub berjuluk The Bavarians itu. Bagaimana tidak, sejak kedatangannya musim 2013 lalu, Guardiola sudah banyak memenangkan trofi bersama Muenchen.
Namun keputusan pria asal Spanyol itu bisa jadi angin segar bagi klub-klub lain untuk segera berebut tanda tangannya. Torehan prestasi gemilang bersama Barcelona dan Muenchen cukup membuat Guardiola dikenal sebagai pelatih yang ditakuti di
sepak bola Eropa bahkan dunia.
Baca Juga
- Intip 4 Pembalap Pesaing Rio Haryanto di Manor F1
- Stoner Beberkan Rencana di MotoGP Musim Ini
- 5 Rekor Ronaldo yang Sulit Dipecahkan Dalam Waktu Dekat
Liga Premier Inggris dapat menjadi tempat berlabuh eks pemain Barcelona tersebut. Pasalnya Guardiola sudah menyatakan ketertarikannya untuk menukangi klub Inggris.
Klub-klub Inggris yang 'tergoda' pun langsung meresponsnya. Bahkan Manchester City menjadi yang terdepan untuk mendapatkan jasanya.
Akan tetapi perlu diingat, bukan hanya Guardiola pelatih yang 'nganggur' pada musim 2016 nanti. Masih ada nama Jose Mourinho yang baru saja dipecat Chelsea pada akhir 2015 lalu.
Ya, Mourinho merupakan salah satu pelatih dengan segudang prestasi sejak membawa FC Porto menjuarai Liga Champions 2004 lalu. Kesuksesannya juga mengikutinya ke Chelsea, Inter Milan, dan Real Madrid.
Meski demikian, dua pelatih yang dapat dikatakan menjadi yang terbaik di Eropa itu punya kekurangan dan kelebihan masing-
masing. Apa sajakah itu?
Mourinho
1. Jose Mourinho
- Mental juara
Jose Mourinho dikenal sebagai pelatih yang tidak takut pada lawan-lawannya. Terbukti Mourinho sukses mematahkan dominasi klub-klub dimanapun ia melatih.
Sejak Arsenal memenangkan gelar Liga Inggris dengan status 'tak terkalahkan' pada 2003/2004, Mourinho datang ke Chelsea musim 2004/2005. Benar saja, pria asal Portugal itu berhasil memenangkan gelar Liga Premier dan Piala Liga di musim pertamanya.
Bahkan di musim 2005/2006, Chelsea kembali mendapatkan gelar Liga Premier di bawah asuhan Mou. Musim berikutnya Piala FA dan Piala Liga kembali didapat The Blues.
Sama seperti memenangkan gelar Liga Champions bersama Inter Milan pada musim 2009/2010. Saat itu Mourinho berhasil
menumbangkan tim yang kala itu mendominasi, Barcelona, di semifinal sebelum menumbangkan Bayern Muenchen di final.
Pada musim itu, Inter oun memenangkan treble winners di bawah asuhan Mourinho.
Saat melatih Real Madrid musim 2010 hingga 2013, Mourinho kembali mematahkan dominasi Barcelona. Musim 2011, Los Blancos sukses merengkuh gelar Liga Spanyol, trofi yang diraih Barcelona musim sebelumnya.
- Sifat membela
Jose Mourinho tidak segan-segan membela anak asuhnya jika mendapat serangan atau cibiran dari publik. Bahkan Mourinho dengan lantang akan balas mencibir pihak yang merugikan timnya.
Selain itu Mourinho juga dikenal sebagai pelatih yang 'besar mulut'. Ya, perseteruannya dengan berbagai pihak membuatnya banyak mendapat sanksi dari federasi terkait.
- Gaya bermain
Beberapa klub lawan tentu akan 'gerah' jika melawan klub asuhan Jose Mourinho. Ya, tentu Anda tidak asing dengan istilah 'parkir bus'.
Mourinho sering menerapkan strategi tersebut di saat timnya sulit membobol gawang lawannya. Akan tetapi hasilnya jelas menguntungkan tim Mourinho yang mengandalkan serangan balik.
Salah satu buktinya adalah saat Inter Milan menghadapi Barcelona di semifinal Liga Champions 2009/2010. Pada leg pertama, Inter yang mengandalkan serangan balik berhasil menekuk Barca 3-1 di Giuseppe Meazza.
Magis 'parkir bus' kembali diterapkan pada leg kedua. Hasilnya, Barca hanya mampu mencetak satu gol lewat Gerard Pique. Hasil itu membuat Inter berhak lolos karena masih unggul agregat 3-2.
- Transfer
Jose Mourinho bukanlah pelatih yang dikenal sukses di bursa transfer. Ia kerap melakukan blunder pada bursa transfer.
Mungkin Anda masih ingat dengan kedatangan Andriy Shevchenko ke Chelsea. Dengan harga 30,8 juta pounds pada 2006 menjadikannya harga yang termahal di Inggris.Namun Shevchenko yang tampil garang bersama AC Milan gagal bersinar di Chelsea.
Advertisement
Guardiola
2. Pep Guardiola
- Mental juara
Pep Guardiola baru menangani tim senior pada 2008 lalu. Ia mendapat kepercayaan menggantikan Frank Rijkaard sebagai pelatih kepala Barcelona.
Namun Guardiola langsung unjuk gigi, tidak tanggung-tanggung, treble winners (La Liga, Copa del Rey, dan Liga Champions) berhasil ia persembahkan di musim pertamanya itu.
Tidak hanya itu, Guardiola juga sukses memenangkan gelar Liga Spanyol untuk Barca di dua musim berikutnya. Bahkan Lionel Messi dan kawan-kawan mendapatkan gelar Liga Champions untuk kedua kalinya pada 2010/2011 di bawah asuhan Guardiola.
Bergabung dengan Bayern Muenchen 2013, magis pelatih asal Spanyol itu tidak hilang. Di musim perdananya, The Bavarians sukses merengkuh gelar Bundesliga dan DFB Pokal. Bahkan satu musim berikutnya, gelar Bundesliga kembali ia raih.
- Memotivasi pemain
Guardiola menyadari perannya sebagai pelatih tidak hanya menerapkan taktik di lapangan. Namun juga memberi masukan pada pemainnya sebagai tambahan motivasi.
Ya, beberapa gelar berhasil didapatkan Barcelona dan Bayern Muenchen di era Guardiola. Perlu diingat, banyak pemain senior yang tetap tampil cemerlang meski banyak pemain muda yang mulai mengancam posisi.
Masukan Guardiola pada Andres Iniesta, Xavi Hernandez, dan Carles Puyol di Barcelona sukses membuat mereka menjadi pemimpin bagi rekan setimnya. Sedangkan di Muenchen, pria asal Spanyol itu juga melakukannya bersama Arjen Robben hingga Philipp Lahm.
- Gaya bermain
Gaya bermain yang diterapkan Pep Guardiola pada klub-klubnya berbeda jauh dengan Jose Mourinho. Pep Guardiola lebih banyak memamerkan keindahan dalam sepak bola.
Istilah tiki-taka mulai berdengung setelah Pep menerapkan pola operan pendek cepat bersama Barcelona. Bahkan ia kembali berhasil menerapkannya bersama Bayern Muenchen.
- Transfer
Pep Guardiola adalah salah satu pelatih yang cukup lihai di bursa transfer. Selain itu, ia juga mampu mengorbitkan pemain yang biasa-biasa saja, menjadi luar biasa.
Di era Guardiola, Messi sukses merengkuh empat gelar Ballon d'Or beruntun. Bahkan nama Pedro dan Sergio Busquets pun melesat di eranya.
Di Muenchen, Guardiola sukses mendatangkan pemain murah berlabel bintang. Thiago Alcantara didapatkan dengan 25 juta euro, Robert Lewandowski gratis.
Raihan trofi
Jose Mourinho
Porto
Primeira Liga: 2002–03, 2003–04
Taça de Portugal: 2002–03
Supertaça Cândido de Oliveira: 2003
UEFA Champions League: 2003–04
UEFA Cup: 2002–03
Chelsea
Premier League: 2004–05, 2005–06, 2014–15
FA Cup: 2006–07
Football League Cup: 2004–05, 2006–07, 2014–15
FA Community Shield: 2005
Inter Milan
Serie A: 2008–09, 2009–10
Coppa Italia: 2009–10
Supercoppa Italiana: 2008
UEFA Champions League: 2009–10
Real Madrid
La Liga: 2011–12
Copa del Rey: 2010–11
Supercopa de España: 2012
Pep Guardiola
Barcelona
La Liga: 2008–09, 2009–10, 2010–11
Copa del Rey: 2008–09, 2011–12
Supercopa de España: 2009, 2010, 2011
UEFA Champions League: 2008–09, 2010–11
UEFA Super Cup: 2009, 2011
FIFA Club World Cup: 2009, 2011
Bayern Munich
Bundesliga: 2013–14, 2014–15, (2015-2016 berpeluang besar)
DFB-Pokal: 2013–14
UEFA Super Cup: 2013
FIFA Club World Cup: 2013
Advertisement