Sukses

Duel Final Pelatih Minang di Tanah Rantau

Mitra Kukar dan Semen Padang akan bentrok di final Piala Jenderal Sudirman.

Liputan6.com, Jakarta - Mitra Kukar akan berhadapan dengan Semen Padang di final Piala Jenderal Sudirman, Minggu (24/12/2016). Duel ini sekaligus ajang reuni bagi dua pelatih asal Tanah Minang, Nil Maizar dan Jafri Sastra.

Pertemuan kedua pelatih tidak berlangsung di kampung halaman, Padang, Sumatera Barat. Sebab partai puncak Piala Jenderal Sudirman bakal digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Saat reuni, Jafri membawa Mitra Kukar, sedangkan Nil bersama Kabau Sirah--Semen Padang.

Di Ibu Kota, kedua pelatih kelahiran Sumatra Barat itu akan beradu taktik. Ini merupakan kali ketiga bagi kedua pelatih berhadap-hadapan di atas lapangan. Kedudukan sementara pun masih imbang 1-1.

Babak penyisihan grup Piala Presiden menjadi 'duel' pertama Nil dan Jafri. Kebetulan, hasil undian fase grup membuat tim Kabau Sirah (sebutan Semen Padang) tergabung di grup B bersama tim Naga Mekes (julukan Mitra Kukar). Lewat pertandingan yang sengit, Mitra Kukar akhirnya keluar sebagai pemenang usai mengalahkan Kabau Sirah lewat drama adu penalti dengan skor 5-4.

Keduanya kembali bertemu di babak delapan besar. Kali ini, Dewi Fortuna memihak Nil Maizar. Mantan pelatih timnas Indonesia itu berhasil membawa pasukannya menang 2-1 di di Stadion Manahan, Solo.

"Ya jika ditotal ini merupakan pertemuan ketiga kami, kurang lebih masing-masing pelatih sudah tahu banyak kekurangan dan kelebihan masing-masing," kata Jafri kepada Liputan6.com (19/1/2016).

Grafis Jafri Sastra dan Nil Maizar


Pertarungan kedua pelatih juga bakal dibumbui memori masa lalu bersama Semen Padang. Maklum keduanya sama-sama pernah menangani tim kebanggaan warga Sumatera Barat tersebut.

2 dari 3 halaman

Kisah Nil Maizar di Semen Padang

Dibanding Jafri, Nil lebih dulu mencicipi jabatan pelatih kepala Semen Padang setelah lima tahun menjadi asisten pelatih di sana. Kiprahnya mulai terdengar pada tahun 2009 saat berduet dengan pelatih kepala, Arcan Iurie. Saat itu, Kabau Sirah masih berkompetisi di kompetisi Divisi Utama.

Keduanya sukses membawa Kabau Sirah lolos ke Liga Super Indonesia 2010/2011. Namun manajemen tidak memperpanjang kontrak Iurie saat mereka berhasil lolos ke Liga Super Indonesia.

Akhirnya, Nil diangkat sebagai pelatih kepala saat itu. Menariknya, meskipun baru musim perdananya melatih Semen Padang di ISL, Nil berhasil membawa Kabau Sirah finis di posisi empat klasemen.

Musim berikutnya, Nil dihadapkan dengan masalah dualisme Liga Indonesia. Tim Kabau Sirah memutuskan untuk masuk ke Liga Primer Indonesia dan berhasil keluar sebagai juara. Keberhasilan tersebut membuat Nil ditarik PSSI untuk menukangi Timnas Indonesia.

Posisinya di Semen Padang untuk sementara digantikan oleh Direktur Teknik, Suhatman Imam. Ketika itu Nil berjanji akan kembali menukangi Semen Padang jika masa baktinya pada negara sudah selesai.

Saat sudah selesai bersama tim nasional, ternyata Nil tidak langsung terjun ke sepak bola lagi. Ia justru aktif di dunia politik setelah bergabung dengan salah satu partai politik.

3 dari 3 halaman

Kisah Jafri Sastra di Semen Padang

Jafri Sastra akhirnya ditunjuk menukangi Semen Padang musim 2013/2014. Meski belum punya pengalaman menukangi klub-klub ISL, kirah Jafri ternyata tidak terlalu buruk bersama Kabau Sirah.

Pelatih berusia 50 tahun itu berhasil membawa Semen Padang sampai babak perempat final Piala AFC 2013. Pria yang sempat bermain untuk PSP Padang itu juga mampu menempatkan Semen Padang di posisi teratas klasemen IPL pada 2013. Sayang kompetisi ini berhenti di tengah jalan.

Musim 2014, Semen Padang di bawah asuhan Jafri Sastra berhasil menembus babak delapan besar ISL. Akan tetapi mereka tidak berhasil mencapai babak semifinal akibat tersingkir di delapan besar.

Keberhasilan Semen Padang menembus delapan besar ISL 2014 menimbulkan kekaguman tersendiri. Pasalnya saat itu Semen Padang tidak diperkuat banyak bintang--berbeda dengan tim ISL lainnya.

Jafri Sastra

Memasuki tahun 2015, meski tidak banyak bongkar pasang pemain, Semen Padang justru tidak stabil di ajang pra musim. Mereka gagal total di dua turnamen pra musim, Piala Gubernur dan SCM Cup. Akibatnya, sang nahkoda, Jafri Sastra harus melepas jabatannya dan digantikan lagi oleh Nil Maizar.

"Banyak yang terkenang di Semen Padang, tentu klub itu bisa dikatakan itu kesebelasan yang mengangkat nama saya ke level nasional. oal coach Nil, di dalam sebuah tim itu akan ada pergantian-pergantian, jadi ya biasa saja," ujar Jafri saat disinggung pengalamannya di Semen Padang.