Liputan6.com, Milan - Menjamu Carpi di San Siro pada giornata ke 21 Liga Italia Serie A, Inter Milan hanya mampu mengantongi satu poin, setelah bermain imbang 1-1, Minggu (24/1/2016). Carpi yang sejak menit ke-83 bermain dengan 10 orang, justru berhasil menyamakan kedudukan pada menit-menit terakhir.
Itu artinya, Inter hanya meraih lima poin pada lima pertandingan terakhir. Ini sebuah prestasi buruk dan mengkhawatirkan. Bandingkan dengan Napoli yang mengantongi 15 poin dalam 5 pertandingan terakhir.
Baca Juga
- Kegemilangan Thunder Dihentikan Nets
- Hiddink Buka-bukaan Terkait Transfer Drogba
- Intip Kehebohan Final Piala Jenderal Sudirman di GBK
Kini Inter hanya berada pada posisi keempat pada klasemen sementara Liga Italia Serie A, dengan 41 poin. Mereka berselisih enam poin di bawah Napoli yang berada di puncak klasemen.
Tanpa Karakter
Inter kesulitan mencetak gol, tidak mampu memaksimalkan kesempatan-kesempatan yang ada, lini depan yang terbilang tumpul. Di lapangan, terlihat para striker Inter sering menyia-nyiakan kesempatan membobol gawang lawan yang sudah di depan mata.
Mentalitas dan personalitas menjadi salah satu alasan Inter yang tidak maksimal dan bermain seakan tanpa karakter di lapangan. Merupakan tugas dari sang pelatih Roberto Mancini dan kerja sama yang baik dari para pemain untuk membentuk tim yang berkarakter.
Pekerjaan sulit bagi pelatih juga menjaga keharmonisan sebuah tim, dengan para pemain-nya yang memiliki karakter dan isi kepala yang berbeda-beda. Terutama ketika ada satu atau dua pemain yang terbilang keras kepala.
Salah satu alasan polemik yang terjadi di I Nerazzurri, karena tentunya setiap pemain ingin mendapatkan tempat utama pada tiap pertandingan. Ketika satu atau dua pemain yang memiliki watak keras tidak mendapatkan apa yang Ia inginkan, dan merasa layak mendapatkannya, maka terjadilah perselisihan itu.
Butuh Playmaker
Mancini melakukan rotasi pemain untuk memberikan kesempatan bagi para pemain untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya dan menciptakan formasi terbaiknya, berlomba - lomba secara positif dan sportif demi kemajuan tim. Akan tetapi hal itu tidak selalu dimengerti seluruh pemain.
Lini tengah Inter juga mengecewakan, diperlukan seorang playmaker yang tangguh, seperti Andrea Pirlo untuk dapat menjadi leader bagi tim.
Kehadiran fisik Presiden klub, untuk memberikan sokongan rutin secara psikologis rasanya perlu untuk memotivasi secara langsung para pemain, agar secara moral merasa lebih dekat dan diperhatikan.
Sebenarnya, secara materi, di atas kertas, pemain - pemain Inter tidak ada di bawah level klub - klub lain seperti Fiorentina, Napoli, Juventus, atau Roma. Sehingga jika mampu melakukan perbaikan - perbaikan, menemukan karakternya dan mentalitas yang tepat dan mampu mewujudkan keharmonisan tim, peluang Inter meraih Scudetto masih terbuka lebar.Â