Sukses

[Kolom] Ketika Krisis Kian Memburuk

Kekalahan dari Milan menandakan Inter tengah mengalami masalah serius.

Liputan6.com, Milan - Derby della Madonnina, Minggu 31 Januari 2016,  dengan AC Milan sebagai tim tuan rumah, Inter Milan kalah telak 0-3. Sungguh, ini pukulan berat. Tidak hanya karena derby selalu menjadi hal yang krusial, namun squadra Nerrazzura sangat membutuhkan kemenangan untuk bangkit dari keterpurukan. Maklum, sebelumnya mereka juga kalah 0-3 dari Juventus di Turin, pada ajang Coppa Italia.

Mengantongi hanya lima poin dalam enam pertandingan terakhir sungguh hal memprihatinkan bagi tim sekelas Inter. Hal ini juga membuat tifosi meminta dipertemukan dengan pemain untuk mendengarkan penjelasan dan pertanggungjawaban mereka atas penurunan prestasi tersebut.

Baca Juga

  • Pensiun 11 Tahun, Pelatih Kiper Tim Gurem Inggris Dipaksa Tampil
  • Sehari Bersama Evan Dimas, Punya Mobil tapi Belum Bisa Nyetir
  • Ronda Rousey Tampil Polos di Pantai Karibia

Saya jadi teringat akan pertandingan terakhir tahun 2015, sebelum liburan Natal, Desember lalu. Inter kala itu masih merajai klasemen, berada tiga poin di atas Napoli. Kini hanya dalam kurun waktu kurang lebih satu bulan, Inter justru berada sembilan poin di bawah Napoli yang jadi pimpinan klasemen.

Tidak bisa dimungkiri, Inter mengalami krisis. Krisis tersebut kali ini  kian memburuk, sehingga semakin menggerogoti kondisi mental mereka.Pemain di lapangan tidak nampak tenang, mudah kehilangan konsentrasi. Tidak tampak kesolidan tim, tidak mampu mengeluarkan kemampuan terbaik mereka. Begitu pula bagi sang pelatih; Roberto Mancini, yang akhir-akhir ini nampak tidak tenang dan mudah kehilangan kendali.
Aksi pemain Milan, Alex, saat mencetak gol ke gawang Inter Milan di laga Derby Milan, Minggu (31/1/2016). Di laga ini Milan menang 3-0. (REUTERS/Alessandro Garofalo)

Masalah-Masalah Inter

Rotasi pemain bisa jadi hal yang baik. Namun ketika itu dilakukan terlalu sering,  tidak akan tercipta sebuah orkestra yang solid dan berkarakter.
Terkait rotasi pemain, hal tersebut juga membuat suasana ruang ganti pemain tidak harmonis. Tampak antara Mancini dan Mauro Icardi tidak begitu sepaham.

Diperlukan jenderal lapangan tengah alias playmaker tangguh untuk memperbaiki kinerja tim. Lini tengah Inter yang lemah dikarenakan Inter tidak memiliki jenderal lapangan tengah.

Ketika sebuah tim mengalami krisis, kesalahan merupakan kesalahan bersama seluruh pihak, baik para pemain, pelatih, manajemen dan seluruh elemen utama klub. Sebab, prestasi tim merupakan tanggung jawab bersama.

Bicara mengenai posisi di klasemen Serie A, Inter masih berada di posisi cukup bagus, yaitu posisi ke empat dengan 41 poin, satu poin di bawah Fiorentina yang berada di posisi ketiga. Tiga poin di atas Roma yang berada di posisi kelima dan kini juga hanya lima poin diatas Milan yang kian mendekat dan mengancam posisi mereka.
Pemain Inter Milan tampak kecewa saat laga Derby Milan, Minggu (31/1/2016). Mereka dipermalukan Milan 0-3. (REUTERS/Alessandro Garofalo)

Target Liga Champions

Dengan posisi tersebut, Inter masih memiliki peluang lolos ke Liga Champions musim 2016/17. Dengan catatan, Inter harus melakukan perbaikan-perbaikan, harus segera bangkit, setelah episode-episode buruk yang terjadi. Hal pertama adalah perbaikan mental tim. Dari situ maka akan dapat diikuti dengan perbaikan - perbaikan lainnya.

Kedatangan Eder yang merupakan seorang striker dari  Sampdoria diharapkan dapat memberikan uluran tangan, dimana Inter sering kesulitan dalam mencetak gol. Eder dikenal tidak hanya lihai di lini depan, namun juga giat membantu lini pertahanan.

Target Liga Champions memang tidak bisa ditawar. Selain untuk mengembalikan kebesaran nama Inter dan meningkatkan prestasi tim, tentunya juga untuk peningkatan pendapatan tim yang merupakan hal amat penting demi kemajuan klub itu sendiri. Lolos ke Liga Champions juga jadi hal wajib terkait financial planning dari salah satu klub kebanggaan masyarakat Italia, milik Erick Thohir ini.

Video Terkini