Sukses

Asal Usul Nomor Punggung Pemain Sepak Bola

Seiring berjalannya waktu, penggunaan nomor dalam sepak bola profesional sudah berubah maknanya.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam dunia sepak bola, nomor punggung yang dikenakan seorang pemain tak jarang melekat sebagai identitas tambahan. Sebut saja penyerang Real Madrid, Cristiano Ronaldo yang akrab dengan kostum bernomor punggung 7. Pemain asal Portugal tersebut juga dikenal sebagai CR7.

Sementara itu, nomor punggung 10 tentu akan mengingat publik akan Diego Maradona. Penyerang tambun asal Argentina itu merupakan salah satu legenda hidup sepak bola dunia. Maradona memang dikenal akrab dengan nomor punggung 10, baik di klub maupun tim nasional Argentina.

Di Napoli, klub yang mendewakan Maradona, nomor ini dianggap keramat. Sejak kepindahan Maradona, nomor ini dipensiunkan dan tidak dipakai lagi hingga saat ini.

Namun alasan mencetak nomor punggung di kostum pemain sebenarnya sangat sederhana, yakni membantu wasit dan asistennya mengenali mereka dalam pertandingan. Namun seiring berjalannya waktu, penggunaan nomor dalam sepak bola profesional sudah berubah regulasi dan maknanya.

Baca Juga

  • Wawancara Eksklusif Eks Bintang Milan: Tinggal Juve dan Napoli
  • Strategi 'Abrakadabra' Barcelona Sukses Lumpuhkan Arsenal
  • MU Menang, Van Gaal Jadikan Isu Pemecatan Bahan Lelucon

Nomor punggung pertama kali digunakan oleh tim Inggris Arsenal dan Sheffield Wednesday pada Agustus 1928. Kala itu, pemain starting IX atau yang diturunkan punya nomor berurutan, 1 sampai 11 sesuai posisi di lapangan. Sedangkan angka yang lebih tinggi dipakai oleh pemain cadangan.

Pada Piala Dunia 1954 barulah diperkenalkan secara resmi nomor tetap pemain dalam skuat. Empat puluh tahun kemudian Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) juga mengesahkan urutan 1-11 dalam skuat sebagai aturan resmi pada musim 1993/1994 Liga Premier Inggris. Kini sebagian besar liga telah mengadopsi regulasi tersebut.

2 dari 3 halaman

Metode pemilihan nomor

Aturan klasik pemasangan nomor disesuaikan dengan posisi yang ditempati oleh para pemain. Angka 1 sampai 11 adalah rekomendasi pertama yang bisa dipakai. Dengan aturan ini, maka dipastikan bila pemain belakang punya nomor lebih kecil daripada striker.

Berikut adalah contoh penomoran tradisional dalam formasi modern 4-2-3-1: Kiper (1), bek kanan (2), bek kiri (3), bek tengah (4), bek tengah (5), gelandang bertahan (6), gelandang sayap (7), gelandang tengah (8), playmaker (10), gelandang sayap (11), striker (9).

Bandingkan dengan formasi Manchester United yang berlaku saat ini. Pola penomorannya berbeda. Manchester United (4-2-3-1): De gea (1); Darmian (36), Smalling (12), Blind (17), Borthwick-Jackson (43); Schneiderlin (28), Fellaini (27); Lingard (35), Herrera (21), Martial (9); Rooney (10).

3 dari 3 halaman

Sesuai Abjad dan Pele

Pola penomoran lainnya juga pernah dilakukan sesua abjad. Sistem ini pernah diterapkan Argentina dalam tiga edisi Piala Dunia, 1974, 1978 dan 1982. Para pemain diberikan nomor sesuai urutan abjad nama keluarga. Karena itu bisa dimengerti kenapa kiper Ubaldo Fillol mengenakan nomor punggung 5 pada Piala Dunia 1978 dan nomor 7 pada Piala Dunia 1982.

pengecualian diberikan untuk Diego Maradona karena ia menyukai angka 10, padahal sesuai urutan dia seharusnya kebagian jatah nomor punggung 12.

Inggris, negara pencipta sepak bola modern, juga menambahkan sistem abjad yang sama pada Piala Dunia 1982. Sebagai penambahan, mereka memberikan hak khusus untuk kiper dan nomor 7 langsung diberikan pada kapten mereka, Kevin Keagan.

Meski terlihat simpel, namun pembagian nomor punggung ini tidak pernah mudah sejak dulu.  Sebelum Piala Dunia 1958 dulu, staf Federasi Sepak Bola Brasil pernah mengirim daftar nama pemain kepada FIFA, namun lupa mencantumkan nomor punggungnya. Perwakilan Uruguay, Lorenzo Villizzio, mencoba membantu sebisa mungkin untuk mendistribusikan angka yang cocok.

Namun yang terjadi justru, dia memberikan nomor 10 pada anak remaja yang sama sekali tak populer kala itu, Pele dan nomor 3 dicatutkan untuk penjaga gawang pertama Selecao, Gilmar.