Sukses

Evaluasi Herry IP Terkait Kekalahan Ganda Putra

Empat pasangan yang diturunkan kalah di babak-babak awal.

Liputan6.com, Birmingham - Ganda putra tak menyisakan satu wakil pun di perempat final All England 2016. Empat pasangan yang diturunkan, yaitu Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi, Berry Angriawan/Rian Agung Saputro dan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, kalah di babak-babak awal.
 
Melihat hasil ini, pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi lakukan evaluasi pada anak didiknya. Menurut Herry penampilan ganda putra Indonesia masih berada dalam segi teknik yang baik. Hanya saja kekuatan tangan mereka, dikatakan Herry, masih menjadi PR untuk kedepannya.

Baca Juga

  • MU Keok, Van Gaal Malah Puji De Gea
  • 6 Alasan Ronaldo Bisa Kembali ke MU
  • Maju DKI 1, Ahmad Dhani Bicara Persija Jakarta

“Kalau dari segi teknik permainan mereka masih benar mainnya, polanya, semua benar. Cuma kekurangannya dari segi otot tangannya. Karena memang kelihatan kita kalah kekuatan tangannya dibanding musuh. Bukan fisik, bukan napas, tapi tenaga tangannya yang agak turun. Karena, memang bukan alasan, bolanya agak berat di sini. Jadi butuh tenaga ekstra besar untuk mematikan lawan. Pada ganda putra level dunia, untuk mendapatkan poin memang harus membunuh lawan. Salah satunya kan dengan smash yang keras, nah ini tenaganya kita yang kurang. Sehingga susah tembus. Ini kekurangan yang saya lihat. Khususnya Hendra/Ahsan,” kata Herry dalam rilis yang diterima Liputan6.com.
 
Hendra/Ahsan terpaksa kalah dari pasangan Malaysia Koo Kien Keat/Tan Boon Heong, 15-21, 21-15 dan 17-21. Padahal di atas kertas, pasangan nomor dua dunia tersebut masih lebih diunggulkan. Sejarah pertemuan dua pasangan ini baru terjadi sekali di Australian Open 2013 lalu, dengan kemenangan Hendra/Ahsan.
 
“Kalau dari segi persiapan, saya lihat Koo/Tan lebih siap. Mereka punya waktu lebih banyak untuk berlatih sebelum All England. Kalau kita lihat pasangan ganda putra yang masuk ke perempat final, kebanyakan dari mereka tidak turun di kualifikasi Piala Thomas di India kemarin. Artinya secara kesegaran mereka lebih unggul dari pemain kita. Itu menjadi salah satu faktor ya, walaupun tidak menjadi satu-satunya tolak ukur,” kata Herry.
 
“Dan kemarin Koo/Tan main lebih pintar. Mereka tidak mau terjebak sama polanya Hendra/Ahsan. Mereka banyak mengangkat bola, tidak mau adu drive. Mereka banyak buka-buka bola dulu, begitu ada kesempatan baru mereka serang,” ujar Herry.
 
Capaian Hendra/Ahsan di All England 2016 ini pun diakui Herry sebagai sebuah kegagalan dari target awal. Meski begitu, Herry tetap memandang positif dan menjadikan hal ini sebagai catatan evaluasi demi penampilan yang lebih baik.
 
“Hasil ini memang bisa dibilang gagal tak sesuai target. Tapi dari kegagalan ini banyak menjadi evaluasi, apa yang harus diperbaiki dan apa yang masih kurang. Saya melihat ini sebagai hal positif. Hendra/Ahsan kalah berarti mereka masih punya kekurangan. Ini yang harus diperhatikan menuju persiapan ke Olimpiade,” ungkap Herry lagi.
M Ahsan (kiri) dan Hendra Setiawan (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)