Sukses

Rahasia 3 Dekade Kisah Penculikan Johan Cruyff

Rahasia besar dalam sepak bola. Sempat tersimpan rapat selama 30 tahun, hingga si pelaku utama membeberkan ke publik.

Liputan6.com, Barcelona - Mendiang legenda Belanda, Johan Cruyff pernah membuat heboh jagat sepak bola Eropa. Tanpa alasan yang jelas, Cruyff tiba-tiba mengundurkan diri dari Timnas Belanda jelang Piala Dunia 1978 di Argentina.

Segudang tanda tanya besar langsung menyeruak seiring keputusan Cruyff meninggalkan Der Oranje yang ketika itu tengah naik daun. Empat tahun sebelumnya, Belanda berhasil melangkah ke final Piala Dunia 1974 di Jerman Barat. Dan Cruyff menjadi sosok penting di balik sukses Belanda. 

Baca Juga

  • Silaturahmi, Daud Yordan Berharap Dukungan Menpora
  • Cetak Gol ke-50, Messi Samai Rekor Legenda Roma
  • Torabika Bhayangkara Cup: 5 Fakta Unik Persib Vs Bali United

Spekulasi soal keputusan Cruyff menolak memperkuat Timnas Belanda memunculkan banyak spekulasi. Salah satu yang berkembang adalah, keretakan hubungan dengan federasi sepak bola Belanda (KNVB) karena masalah sponsor. Lalu, ada juga isu yang mengatakan, masalah keamanan di Argentina membuat Cruyff cemas. Hingga memutuskan absen di PD 1978.

Apapun rumor yang berkembang, Cruyff telah memilih mundur dari skuat timnas. Sang pencetus total football ini tidak bergeming dengan rumor soal keputusannya absen dari Piala Dunia 1974. Rahasia itu disimpan sendiri. Tiga dekade berlalu setelah keputusan kontroversial itu, Cruyff akhirnya buka mulut kejadian yang sebenarnya.

Dia menguak tabir rahasia itu di Radio Catalunya 2008 lalu. 

2 dari 3 halaman

Senapan di Kepala Cruyff

"Anda harus tahu, saya memiliki masalah di pengujung karier sebagai pemain di sini (Barcelona). Saya tidak pernah tahu, tiba -tiba saja ada seseorang yang menodongkan senapan ke kepala saya dan istri. Posisi kami terikat di depan anak-anak kami. Kejadian itu di flat kami di Barcelona," ujar Cruyff, menguak tabir yang selama ini menjadi rahasia terbesar dalam sejarah sepak bola dunia.

Beberapa bulan sebelum perhelatan Piala Dunia 1978 di Brasil, apartemen Cruyff disatroni orang tidak dikenal. Mereka kemudian menyekap Cruyff dan keluarga. Sejak peristiwa di malam itu, Cruyff menjadi paranoid karena menjadi sasaran penculikan. Beruntung, dia berhasil lolos dari aksi kriminal tersebut. 

Sejak peristiwa mencekam itu, kemana pun Cruyff dan keluarga pergi; selalu dikawal Polisi."Anak-anak pergi ke sekolah didampingi Polisi. Polisi bahkan menginap di rumah kami selama 3-4 bulan. Ketika bertanding, saya juga mendapat pengawalan dari Kepolisian," ungkap Cruyff yang pernah bermain untuk Levante.

Meski belum diketahui motif penculikan, tapi kejadian malam tersebut membuat Cruyff cemas akan keselamatan keluarganya. Demi keluarga, Cruyff rela meninggalkan Piala Dunia 1978. Hal itu telah membuat sudut pandangnya berubah, termasuk sepak bola.

"Adakalanya, dalam hidup ini ada nilai-nilai lain," kata dia. Ayah dari pemain sepak bola Jordi Cruyff ini terguncang dengan peristiwa tersebut hingga memutuskan mundur dari PD 1978. "Untuk pergi ke Piala Dunia, Anda harus menyiapkan diri 200 persen," katanya.

3 dari 3 halaman

Piala Dunia Terakhir

Cruyff sadar, PD 1978 menjadi kesempatan terakhir tampil di perhelatan akbar sekelas Piala Dunia. Pria kelahiran Amsterdam, 25 April 1947 ini tidak merinci motif utama si penculik berdasarkan investigasi Kepolisian. Apapun itu, kepentingan keluarga berada di atas segala-galanya."Ini adalah saat yang tepat untuk meninggalkan sepak bola dan saya tahu tidak bisa bermain di Piala Dunia setelah ini."

Pada dekade 1970-an penculikan terhadap tokoh-tokoh dunia--dan menimpa Cruyff--menjadi isu universal ketika itu. Banyak motif melatarbelakangi tindak kriminal ini. Mulai dari alasan politis hingga meminta uang tebusan. Penculikan terhadap pesohor dunia menjadi trend kejahatan dunia.

Graham Hunter, seorang komentator sepak bola di Barcelonba mengatakan, Cruyff masuk kriteria sasaran penculik. Sebagai pesepakbola, Cruyff elegan, visioner dan menembus batas. Sewaktu masih aktif bermain, Cruyff menjadi pemain terbaik dunia tiga kali 1971, 1973, dan 1974. "Dia menempati peringkat ketiga di antara pemain terbaik yang pernah ada setelah Pele dan Maradona."

Peristiwa percobaan penculikan ini telah mengubah hidup Cruyff. Setahun setelah itu, Cruyff  meninggalkan Barcelona. Dia menuju klub Major League Soccer (MLS) untuk memperkuat Los Angeles Aztecs. Juru bicara Cruyff, Joan Patsi telah mencium gelagat tidak beres kliennya, yang meminta perlindungan kepolisian. "Karena memang, dia mendapat ancaman. Alasan lain tidak pergi ke Piala Dunia adalah, dia tidak berada dalam kondisi terbaik setelah kejadian itu."