Sukses

Menunggu Sihir Conte di Chelsea

Pada 2011, Conte sukses menyulap Juve dari tim yang finis di peringkat tujuh (2010), menjadi pemenang Scudetto di musim berikutnya.

Liputan6.com, London - Mampukah Antonio Conte menyihir Chelsea seperti yang ia lakukan kepada Juventus, lima tahun lalu? Itulah pertanyaan yang ada di benak penggemar The Blues.

Baca Juga

  • Siapa Polwan Cantik Pembawa Trofi Torabika Bhayangkara Cup 2016?
  • Aksi Rio Haryanto dan Wehrlein Bikin Bos Manor Kagum
  • Membandingkan Torehan Rio Haryanto dan Pembalap ASEAN Lain

Pada 2011, Conte sukses menyulap Juve dari tim yang finis di peringkat tujuh (2010), menjadi pemenang Scudetto di musim berikutnya. Tangan dingin Conte juga mengantarkan Gianluigi Buffon dan kawan-kawan memenangi Scudetto tiga kali beruntun.

Kini Chelsea dalam posisi serupa. Finis di peringkat tujuh bagi Eden Hazard dan kawan-kawan sudah cukup baik mengingat musim ini pasukan Chelsea tampil sangat buruk. Masalahnya, peringkat tujuh bukanlah posisi ideal bagi klub sebesar Chelsea.

Seperti Juventus, Chelsea adalah tim yang ditakdirkan untuk juara. The Blues tidak pernah finis di bawah peringkat enam dalam 20 tahun terakhir. Sejak Roman Abramovich datang pada 2013, Chelsea bahkan sukses memenangi 3 gelar Liga Inggris dan satu Liga Champions.

Jika Chelsea mencari pelatih yang mampu membangkitkan mereka dari keterpurukan, maka Conte adalah jawaban yang tepat. Pelatih 46 tahun itu sudah gatal ingin melatih klub besar dan dia telah melatih bahasa Inggris dirinya sejak meninggalkan Juve.
Antonio Conte secara resmi menandatangani kontrak sebagai pelatih Chelsea. (EPA/Peter Powell)
"Tidak ada keraguan soal Conte menjadi arsitek kesuksesan. Ia telah memberikan kami sebuah kehidupan dan identitas baru," kata gelandang Juve Claudio Marchisio, pada musim panas 2012 setelah Conte memimpin Juve meraih Scudetto pertamanya sebagai pelatih. Juve tak pernah kalah di Serie A pada musim tersebut.

"Ini adalah perkenalan yang menakjubkan bagi Conte di level atas, seorang pria yang telah memberikan kehidupannya untuk Juve. Hubungannya dengan klub, kota dan para pendukung tidak dapat diremehkan sebagai faktor keberhasilannya dan itu lebih dari sekedar emosi biasa," Marchisio menambahkan.
Antonio Conte (NIKOLAY DOYCHINOV / AFP)
Conte mereformasi pertahanan Juve yang kebobolan 47 gol di musim sebelumnya. Ia menganalisis kekuatan Andrea Barzagli, Leonardo Bonucci serta Giorgio Chiellini, dan memasang mereka sebagai tiga bek sejajar. Di musim pertama Conte sebagai pelatih, Juve hanya kebobolan 20 gol.

Formasi 3-5-2 yang Conte gunakan mampu memaksimalkan potensi gelandang tengah seperti Andrea Pirlo, Aruto Vidal dan Marchisio. Pemain seperti Bonucci menjelma jadi bek paling tangguh di Serie A berkat bimbingan Conte. Jadi, Conte tak sekedar membeli pemain mahal, ia juga memoles potensi pemain yang ada baik secara fisik maupun mental.

Di Chelsea, Conte punya tugas berat. Ia harus memoles pemain Thibaut Courtois, Cesc Fabregas, Eden Hazard dan Diego Costa yang jadi kambing hitam kehancuran The Blues musim ini. Kepercayaan diri keempat pemain itu hancur.

Satu-satunya kelemahan Conte adalah ia tak segan-segan mengkritik pemainnya di hadapan media. Ini selalu terjadi ketika Juve tersingkir di Eropa. Bersama Conte, Juve memang tak berkutik di Liga Champions.

Menarik ditunggu bagaimana kisah Conte selanjutnya di Stamford Bridge.
Antonio Conte akan resmi menangani Chelsea mulai musim 2016-2017. (AFP/Christof Stache)

Video Terkini