Liputan6.com, Jakarta - Tiongkok tengah menyiapkan rencana besar terhadap sepak bola di negaranya. Tidak tanggung-tanggung, negara komunis terbesar di dunia tersebut berambisi mencetak puluhan juta pemain.
Eksodus pemain ke Liga Tiongkok ternyata bukan satu-satunya ancaman serius bagi peta persaingan olahraga sepak bola secara global. Kehadiran pemain-pemain kelas dunia ke Negeri Tirai Bambu hanya bagian kecil dari ambisi Tiongkok menjadi salah satu raksasa sepak bola ke depannya.
Baca Juga
Â
Advertisement
Baca Juga
- Detik-detik Celana Zidane Sobek di Laga Madrid Vs Wolfsburg
- Celana Zidane Sobek di Tengah Pertandingan Madrid Vs Wolfsburg
- Terry Biayai Pemakaman Bocah Fans Chelsea
Seperti dilansir foxsports.com.au, Asosiasi Sepak Bola China baru saja meluncurkan dokumen rencana jangka panjang mereka dalam mengembangkan sepak bola di Negeri Panda. Program ambisius ini cukup mencengangkan mengingat besarnya target yang bakal dicapai ke depannya.
Tidak tanggung-tanggung, Tiongkok berniat mencetak 50 juta pesepak bola pada tahun 2050. Untuk mewujudkannya, CFA sudah menyiapkan cetak biru yang diawali dari pembangunan 70 ribu lapangan sepak bola. Ini termasuk membangun lapangan baru dan merenovasi yang sudah ada.
Program ini dibagi ke dalam tiga tahap, yakni jangka pendek 2020, jangka menengah 2030, dan jangan panjang 2050. CFA menitikberatkan kepada pembinaan usia muda di mana sebanyak 30 juta siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama ditargetkan bakal rutin bermain sepak bola. CFA juga akan mendidik 10 ribu pelatih. Belum lagi hadirnya 20 ribu akademi khusus.
Namun belum diketahui seberapa besar dana yang bakal dihabiskan oleh pemerintah Tiongkok untuk memuluskan megaproyek ini. Namun dokumen CFA menejelaskan bagaimana Negeri Tirai Bambu itu ingin menjadi salah satu kekuatan terbesar sepak bola dunia. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk mewujudkan pengembangan sepak bola Tiongkok dan memenuhi mimpi-mimpi anak-anak.
"Dan juga memenuhi kewajiban terhadap sepak bola dunia," tulis pernyataan resmi CFA.
Didukung Presiden
Gebrakan Tiongkok di dunia olahraga sebenarnya sudah berlangsung jauh-jauh hari sebelumnya. Prorgram pembinaan usia muda dengan dukungam penuh pihak pemerintah di sana telah membuat Negeri Tirai Bambu itu kini menjadi salah satu kontingen paling ditakuti di setiap olimpiade.
Berbagai cabang-cabang olahraga yang selama ini dikuasi oleh atlet-atlet dari Eropa dan Amerika sudah mulai dikuasi oleh Tiongkok. Bahkan sejumlah rekor juga tercipta atas nama atlet mereka.
Meski demikian, kiprah Tiongkok di cabang olahraga sepak bola tidak semulus cabor lainnya. Negara dengan jumlah penduduk hampir 1 Miliar itu baru sekali lolos ke putaran final Piala Dunia pada 2002. Tiongkok juga terancam absen di Piala Dunia 2018 karena penampilan buruk di babak kualifikasi.Â
Namun program pembinaan usia muda yang dicanangkan oleh CFA bukan satu-satunya gebrakan Tiongkok dalam dunia sepak bola. Belum lama ini, Tiongkok telah mencengangkan dunia lewat langkah klub-klub elite Tirai Bambu. Sebanyak 300 juta USD digelontorkan demi memboyong pemain-pemain top dunia ke Liga Primer China. Sebut saja Ramires. Pemain asal Brasil ini diboyong dari Chelsea dengan nilai transfer fantastis, yakni sebesar 35 juta dolar AS (sekitar Rp 485 miliar). Â
Upaya ini memang berpotensi menggerus talenta lokal. Namun dari segi promosi, kehadiran pemain-pemain elite tersebut bakal meningkatkan popularitas sepak bola di Tiongkok.
Presiden Tiongkok, Xi Jinping, juga mendukung upaya CFA dengan menempatkan sepak bola sebagai olahraga prioritas di negaranya. Dia juga mendorong anggota dewan membantu mewujudkan program jangka panjang tersebut. Bahkan sepak bola juga bakal menjadi salah satu jargon politik pada partai komunis Tiongkok yang menjadi penguasa di pemerintahan Tiongkok.
Dalam dokumen tertulis bahwa,"Sepak bola merupakan wadah yang baik untuk menjaga semangat nasional dan sepak bola juga menjadi berperan sebagai propaganda terhadap nilai-nilai sosialis."Â
Â
Advertisement