Sukses

Presiden Jokowi Ingin Sepak Bola Indonesia Disegani di Asia

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo mengundang perwakilan klub-klub Indonesia ke Istana Negara.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengundang para ‎petinggi klub sepak bola di Indonesia ke Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (15/4/2016). Di hadapan para tamunya, mantan wali kota Solo tersebut mengungkapkan mimpinya melihat sepak bola Indonesia kembali berbicara di pentas Asia.

"Kita harapkan nanti muncul klub-klub bola, tim nasional yang betul-betul disegani. Paling tidak di Asia. Syukur nanti bisa masuk lagi ke tingkat dunia. Saya kira itu keinginan rakyat, keinginan kita semua," ujar Presiden Jokowi  dalam sambutannya di Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara.

 

Baca Juga

  • Presiden Jokowi Bakal Hadiri Kick Off ISC 2016
  • Presiden Jokowi: Persoalan Sepak Bola Nasional Segera Berakhir
  • Semifinal Liga Champions, City Tantang Madrid

Sejumlah perwakilan yang hadir berasal dari klub-klub besar Tanah Air, seperti Persib Bandung, Persija Jakarta, dan Arema Cronus. Persib diwakili oleh manajer Umuh Muchtar, sedangkan Persija menghadirkan presiden klub, Ferry Paulus dan Arema diwakili oleh petingginya, Iwan Budianto.

Selain itu, hadir juga pelatih Bali United yang sebelumnya menukangi Timnas U-19, Indra Sjafri.

‎Jokowi mengaku menerima data dari FIFA terkait pertumbuhan sepak bola di Asia yang pesat. Menurutnya, meski tengah dilanda kisruh, fanatisme sepak bola Indonesia punya potensi yang menjanjikan. Bahkan menurut Jokowi Indonesia berada di urutan ketiga setelah Tiongkok dan India.

"Kalau dilihat dari data-data digital, di sosial media yang memiliki fanatisme yang sudah terbentuk itu adalah Indonesia. Peluang ini sebetulnya memberikan optimisme, prospek ke depan persepakbolaan Indonesia," ujar Jokowi.

Untuk mewujudkannya, Jokowi mengajak peserta yang hadir berani melakukan reformasi besar-besaran dan berkesinambungan. "Untuk itu reformasi persepakbolaan nasional kita tidak boleh tanggung-tanggung dan tak boleh berhenti. Saya ingin betul-betul ada sebuah reformasi total."Â