Liputan6.com, Jakarta Duel pemain berlabel tim nasional Indonesia bakal tersaji di laga Pusamania Borneo FC melawan Persib Bandung pada lanjutan putaran kedua Torabika Soccer Championship 2016 Presented by IM3 Ooredoo di Stadion Segiri, Samarinda, Sabtu (7/6/2016). Kedua kesebelasan sama-sama menggunakan jasa pemain timnas Indonesia untuk mengarungi TSC 2016.
PBFC memiliki empat pemain berstatus timnas Indonesia. Mereka adalah Dian Agus Prastyo, Ponaryo Astaman, Diego Michels dan Zulkifli Syukur. Sedangkan, Persib tercatat memiliki enam pemain yang pernah membela timnas Merah Putih, yakni I Made Wirawan, Tony Sucipto, Muhammad Taufiq, Hariono, Samsul Arif dan Yandi Sofyan.
Materi pemain mentereng yang dimiliki kedua tim menjadi garansi bahwa laga bakal berlangsung seru. Apalagi, keduanya juga sama-sama membidik tiga angka setelah bermain imbang di pertandingan pertama.
Diketahui, PBFC ditahan imbang 1-1 oleh Bali United. Sementara, Maung Bandung bermain imbang 1-1 kontra Sriwijaya FC.
Terkait itu, Liputan6.com mencoba mengulas duel antarlini yang bakal terjadi di pertandingan seru antara PBFC vs Persib:
Dian Agus Prastyo vs I Made Wirawan
Kedua kiper yang bakal bersaing sama-sama pernah menjadi andalan di timnas Indonesia. Kualitas yang dimiliki Dian Agus juga tak kalah jauh ketimbang Made Wirawan.
Ya, Dian yang saat ini berusia 30 tahun tercatat gemar bergonta-ganti klub di Indonesia. Menariknya, nyaris semua klub adalah tim besar dan terbaik di Indonesia. Kiper yang memiliki tinggi 185 cm ini pernah merasakan mengawal gawang Arema Cronus, Barito Putra, Mitra Kukar hingga Sriwijaya.
Dian merupakan penjaga gawang yang sangat matang. Ketenangannya setiap bertanding selalu menjadi kunci mengapa dia sangat sulit untuk dibobol.
Tak hanya itu, Dian juga memiliki reflek yang cepat saat menghalau tembakan lawan. Namun, yang terpenting dari semuanya, Dian sangat piawai memotong bola silang yang biasanya kerap menjadi kelemahan kiper di Indonesia.
Beralih ke I Made Wirawan, kualitas kiper asal Bali ini sudah tidak usah diragukan lagi. Kiper yang besar bersama Persiba Balikpapan ini selalu menjadi pilihan utama pelatih-pelatih yang menangani Maung Bandung.
Saat masih ditangani Djadjang Nurdjaman, posisi Made Wirawan tidak tergantikan. Kebolehannya di bawah mistar gawang menjadi faktor utama Persib mampu menjuarai ISL 2014.
Kini setelah mengalami pergantian pelatih dari Djadjang ke Dejan Antonic, Made Wirawan tetap tidak tergantikan. Kiper yang juga pesaing utama Kurnia Meiga di timnas Indonesia ini juga sukes tampil apik dengan menghalau berbagai serangan ketika Persib imbang kontra Sriwijaya FC pada laga pertama.
Advertisement
Zulkifli Syukur vs Tony Sucipto
Zulkifli dan Tony bakal unjuk kebolehan di laga PBFC vs Persib. Dua pemain ini merupakan salah satu yang terbaik di posisi bek sayap.
Zulkifli merupakan rekrutan anyar PBFC yang didatangkan dari Mitra Kukar. Dia adalah pemain yang berposisi sebagai bek kanan.
Tugas bek sayap adalah memotong serangan lawan dan mematikan pergerakan pemain sayap lawan. Tapi dalam situasi tertentu, posisi ini juga merupakan senjata untuk menyerang lewat umpan silang maupun tusukan ke kotak penalti.
Zulkifli adalah tipe pemain yang memiliki dua kemampuan itu. Selain sangat disiplin dalam bertahan, mantan bek Arema Cronus ini juga sering membantu serangan.
Karenanya sering terlihat Zulkifli kerap berada di sektor pertahanan lawan ketimbang di daerahnya. Kemampuan ini sangat menguntungkan bagi PBFC, mengingat Zulkifli juga memiliki kemampuan mengirimkan umpan silang yang ciamik ke kotak penalti. Tak hanya itu, Zulkifli juga memiliki kelebihan lain, yakni eksekusi tendangan bebas yang aduhai.
Berbeda dengan Zulkifli, Tony adalah tipe bek sayap yang lebih cenderung konsentrasi bertahan. Meski juga tak menutup kemungkinan, eks-bek Sriwijaya ini maju hingga ke depan untuk mengirim umpan silang kepada striker Maung Bandung.
Namun, jika dibandingkan dengan Zulkifli, Tony tampak lebih disiplin. Sulit sekali melewati penjagaan dari Tony bagi pemain-pemain sayap lawan.
Kemampuannya inilah yang membuat Tony sulit sekali disingkirkan dari skuat utama Persib. Bahkan, Jajang Sukmara yang juga merupakan bek sayap hebat lebih sering duduk dibangku cadangan karena kalah saing dengan Tony.
Ponaryo Astaman vs Kim Jeffrey Kurniawan
Kim dan Ponaryo adalah dua gelandang yang berasal dari generasi berbeda. Kim yang saat ini berusia 26 tahun terpaut 10 tahun dari Ponaryo yang sudah menginjak usia 36 tahun.
Meski lebih senior bukan berarti Ponaryo telah mengalami penurunan performa. Pengalaman yang dimiliki Ponaryo inilah yang menjadi unggulan ketimbang Kim.
Gelandang yang sempat berseragam Persija Jakarta ini merupakan tipe gelandang bertahan yang juga merangkap sebagai playmaker. Posisi ini biasa disebut deep-lying playmaker dalam istilah sepak bola.
Deep-lying playmaker adalah tipe gelandang yang bertugas ganda menjaga kedalaman pertahanan serta pengatur awal serangan. Oleh sebab itu, Ponaryo lebih sering terlihat konstan bermain di lingkar tengah lapangan ketimbang tipe gelandang lain.
Berbeda dengan Ponaryo, Kim adalah tipe gelandang yang sangat rajin bergerak di lapangan. Kim bermain seperti tidak ada posisi yang pasti.
Dia akan terus mengejar bola meski hingga ke pinggir lapangan. Tak hanya itu, Kim juga tak sungkan untuk menusuk hingga kotak penalti lawan untuk mengirimkan umpan atau bahkan melepaskan tembakan langsung demi menciptakan gol.
Advertisement
Pedro Javier vs Samsul Arif
Duel penyerang impor dan lokal juga akan menjadi sorotan menarik pada laga PBFC vs Persib. Duel itu akan mempertemukan bomber asal Paraguay, Pedro Javier melawan juru gedor asal Bojonegoro, Samsul Arif.
Kedua penyerang juga memiliki perbedaan yang tampak terlihat setiap bermain. Pedro akan lebih sering berada di kotak penalti lawan, sementara Samsul bermain sebagai penyerang sayap kanan di Maung Bandung.
Untuk Pedro, mantan penyerang Surabaya United ini memiliki postur tubuh yang kukuh dan tinggi 183cm. Sangat idel bagi tipe striker yang akan sering beradu kontak fisik dengan bek tengah lawan yang biasanya juga memiliki fisik serupa.
Penyerang berusia 32 tahun ini sempat menjadi andalan di Persija Jakarta pada tahun 2011. Saat itu dia mencetak 16 gol dari 27 laga bersama Macan Kemayoran.
Namun, belakangan Pedro tampak kesulitan untuk menemukan kembali ketajamannya. Bersama PBFC, Pedro juga belum menyumbangkan satu gol pun.
Hal ini tentu berbeda jauh dengan performa ciamik yang dimiliki Samsul Arif beberapa waktu belakangan. Ya, mantan penyerang Arema itu sempat menjadi pembicaraan usai menggondol gelar top scorer Piala Bhayangkara dengan raihan empat gol.
Samsul adalah senjata baru bagi Persib. Pemain yang sangat rajin melewati lawan ini selalu merepotkan apabila tidak mendapatkan perhatian khusus. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah berat bagi lini belakang PBFC untuk mematikan pergerakan Samsul jika pemain mungil ini tidak mau mencetak gol pada laga nanti. (Yosef Deny Pamungkas)