Liputan6.com, Paris - Pemain legenda Prancis sekaligus pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane hanya bisa meratapi keputusan pemerintah kota Marseille meratakan tempat tinggal semasa kecil di kawasan La Castellane.
Pemerintah setempat menggunakan alat berat untuk menertibkan kawasan padat penduduk itu. Sebenarnya, sudah sejak lama pemerintah ingin menertibkan kawasan tersebut. Selama ini, La Castellane sebagai tempat para imigran Aljazair, termasuk keluarga Zidane tinggal.Â
Baca Juga
- Indonesia dari Titik Nol Menuju Piala AFF
- ISIS Serang Fans Real Madrid, 14 Orang Tewas
- Bintang Persib: Hariono, Mantan Kuli Panggul Idola Bobotoh
Lahir pada 1972, Zidane kecil bermain sepak bola di kawasan gang-gang sempit di sana. Dengan bola seadanya, ikon Prancis di Piala Dunia 1998 ini mulai belajar memantul-mantulkan bola dari tembok ke tembok. Zidane kecil dipanggil Yahid. Kedua orang tua Zidane berasal dari Aljazair. Mereka masuk ke Prancis,cemas karena perang berkecamuk di kampung halaman.
Advertisement
Dalam sebuah kesempatan wawancara, Zidane berujar, keberhasilan tidak bisa diraih tanpa keras keras meski memiliki talenta.
"Bakat bukanlah apa-apa tanpa latihan rutin. Saya bisa menggunakan teknik saya karena saya terus berusaha melatih kemampuan dengan menambah porsi bermain bola."
Berada di lokasi imigran memaksa Zidane harus bekerja lebih keras untuk menggapai impian. "Ayah saya pernah berkata, sebagai seorang imigran, kami harus bekerja lebih giat dari orang lain, dan kami tidak boleh gampang menyerah."
Niat Zidane mengubah nasib lewat sepakbola terbuka ketika pemandu bakat, Jean Varraud membuka jalan untuk berlabuh ke sebuah klub, Cannes, saat ia baru berusia 16 tahun. Kerja keras Zidane tidak sia-sia. Dari Cannes, karier Zidane langsung meroket. Dia bergabung dengan tim papan atas asal Prancis, Bordeaux sebelum direkrut Juventus ke Serie A.