Sukses

Berani Tampil Ogah-ogahan di Depan Mourinho, Ini Akibatnya

Kedisiplinan menjadi hal penting bagi calon pelatih Manchester United, Jose Mourinho.

Liputan6.com, Jakarta - Pelatih asal Portugal, Jose Mourinho memang belum resmi bergabung dengan Manchester United. Namun pemberitaan mengenai The Special One tersebut sudah menghiasi media-media Inggris.

Gerak-gerik Mourinho terus dipantau. Latar belakang mantan pemain Real Madrid dan Chelsea tersebut juga kembali diungkap, lengkap dengan sederet aksi kontroversial The Special One.

 

Baca Juga

  • 10 Komentar Legenda MU Mengenai Sosok Jose Mourinho
  • Mou ke MU, Liga Inggris Akan Banyak Perang di Pinggir Lapangan
  • Scholes Minta Mourinho Pertahankan Giggs di MU

Bagi MU, boleh jadi kehadiran Mourinho merupakan jalan pintas untuk mengembalikan era keemasan sepeninggal Sir Alex Ferguson. Maklum, sudah tiga tahun ini Setan Merah paceklik gelar. Satu-satunya gelar kompetitif yang diraih hanyalah Piala FA di bawah asuhan Louis Van Gaal.

Mourinho memang bergelimang gelar. Saat menukangi Chelsea untuk pertama kali, Mourinho langsung membawa The Blues menjuarai Liga Inggris secara beruntun. Sebelumnya dia mengangkat nama FC Porto di kancah Eropa usai mengawinkan gelar juara Liga Portugal dan Liga Champions.

Selain Porto dan Chelsea, Inter Milan juga merasakan sentuhan emas Mourinho. Bersama La Benemata, Mourinho berhasil memberikan empat gelar. Puncaknya ketika Inter memborong tiga gelar sekaligus pada musim 2009/10 setelah sebelumnya memberikan gelar juara Serie A 2008/09.

Meski demikian, Mourinho tentu bukan tukang sulap. Keberhasilannya meraih gelar-gelar bergengsi bukan karena mantra-mantra ajaib, melainkan kecerdasannya dalam menyiapkan strategi. Selain itu, Mourinho juga dikenal sebagai pelatih yang disiplin. Mou juga menuntut pemain untuk bermain sepenuh hati di bawah kendalinya. Bagi yang melanggar siap-siap untuk ditendang dari tim inti. 

2 dari 3 halaman

Pengakuan Dudek

Mantan kiper Real Madrid dan Liverpool, Jerzy Dudek, pernah merasakan 'kekejaman' Mourinho. Kisah tersebut telah dituangkan dalam buku autobigrafinya. "Saya cepat mengerti kalau Mourinho punya strategi yang brilian. Dia tidak hanya menyuruh kami bermain taktis, tapi juga memberi tahu kami bagaimana pertandingan akan berjalan nantinya," tulis Dudek seperti dilansir Mirror.co.uk.

Dari autobiografi Dudek, para pemain MU sebaiknya belajar memahami Mourinho. Sebab, kedisiplinan menjadi bagian yang sangat penting bagi pelatih berusia 53 tahun tersebut. Setidaknya ini tergambar dari hasil imbang yang diraih Real Madrid saat bertemu Levante beberapa waktu lalu.

Autobiografi Jerzy Dudek menggambarkan 'kekejaman' Jose Mourinho

"Pedro Leon, sayap kanan tiba di Real Madrid dari Getafe dengan harga 10 juta euro dan berpikir dia adalah superstar. Namun dia tidak segera masuk tim inti. Saat melawan Levante dia ditempatkan sebagai pemain cadangan dan ini sangat mengganggunya," kata Dudek.

"Saat itu masih 0-0 dan Mourinho memintanya pemanasan. Namun karena kesal, dia hanya berdiri di dekat tiang bendera. Saya duduk di bench dekat Mourinho dan dia melihat itu," beber Dudek. 

Mourinho berang. Menurut Dudek, Mourinho lalu berkata,"Lihat minimnya usaha dia. Dan dia akan tersinggung kalau saya katakan dia tidak pantas turun ke lapangan."

Meski demikian, Mourinho tetap memasukkan Leon menggantikan Angel Di Maria pada 15 menit terakhir. Leon sempat mendapatkan dua kesempatan untuk melepaskan umpan silang kepada para pemain depan, tapi gagal dan Real Madrid harus puas bermain imbang 0-0 melawan Levante.  

Usai pertandingan, kemarahan Leon pecah di ruang ganti. Dan yang jadi korban tentu Leon.

"Anda tidak profesional. Anda pikir Anda telah menghianati saya? Tidak. Anda menghianati rekan satu timmu. Kau tidak perduli soal itu, tapi saya menempatkannya pada Anda. Dua bola harus Anda hantarkan. Dua bola milik striker yang tinggal ditempatkan di gawang yang kosong. Tapi Anda tidak persiapan. Apakah Anda perduli bermain dengan Real Madrid? Setiap orang punya waktu lima menit di sini. Anda telah mendapatkan waktumu," beber Dudek menirukan ucapan Mourinho kala itu.

3 dari 3 halaman

Kemarahan Mou Belum Berhenti

Menurut Dudek, kemarahan Mourinho tidak berakhir ruang ganti. Penderitaan Leon ternyata masih berlanjut saat Madrid mempersiapkan diri bertandang ke makras Auxerre saat laga Liga Champions. Leon yang berpikir bakal dimainkan justru mendapat kenyataan pahit dari The Special One.

Usai latihan, Mourinho lalu memanggil para pemain ke tengah lapangan. Tetapi tidak dengan Leon. Dia tidak diajak bergabung. "Saya menyesal Anda tidak tertarik bermain untuk Real Madrid. Sangat menyesal. Yang lain akan mengorbankan segalanya untuk mengenakan kaos ini, tapi Anda tidak."



Mourinho lalu berpaling ke pemain muda, Juan Carlos yang ikut berlatih bersama Madrid.

"Berapa usiamu?" tanya Mourinho. "Sembilanbelas tahun," jawab Carlos. "Apakah Anda mau bermain untuk Real Madrid," tanya Mourinho lagi. "Ya," jawab Carlos.

"Ketika saya memintamu pemanasa, apakah Anda siap menunjukkan komitmenmu?" tanya Mourinho. Dengan sigap Carlos menjawab, Ya!" "Bagus. Kami masuk di bench Selasa malam," ujar Mou.

Setelah itu, Mourinho lalu berpaling kepada Pedro Leon. "Anda akan menyaksikan pertandingan ini di televisi. Saya butuh orang-orang yang rela mati demi Real Madrid. Selama menikmati tayangan Liga Champions di televisi," kata Mourinho ketus.