Liputan6.com, Kentucky - Kabar duka kembali menyelimuti dunia olahraga. Setelah pembalap Moto2, Luis Salom, meninggal dunia pada Jumat (3/6/2016), hari ini, Sabtu (4/6/2016) legenda tinju dunia, Muhammad Ali, tutup usia.
Ali lahir di Kentucky, Amerika Serikat, pada 17 Januari 1942. Dia terlahir dengan nama Cassius Clay. Saat masih kanak-kanak, Ali tidak pernah mempunyai cita-cita untuk berkiprah di dunia tinju.
Baca Juga
- Fakta Baru Kepulan Asap Motor Rossi di Mugello
- Momen Piala Eropa: Balotelli Menangis Dipelukan Sang Bunda
- Ronaldo Jawab Peluang Balik ke MU
Namun, saat usianya menginjak 12 tahun, sebuah insiden membuatnya memilih menjadi petinju. Kejadian ini terjadi pada 1954. Saat itu Ali datang ke sebuah acara festival di Columbia Auditorium. Muhammad Ali datang dengan menggunakan sepeda.
Namun ketika mau pulang, Ali tidak bisa menemukan sepedanya yang di parkir di dekat Columbia Auditorium. Sepedanya dicuri! Kesal sepeda kesayangannya digondol pencuri, Ali naik pitam. Darahnya mendidih, amarahnya pun meledak.
Sejak saat itu, dia langsung memutuskan untuk belajar tinju di sasana milik polisi yang juga merupakan mantan atlet tinju, Opsir Joe Martin. Clay tak mau kehilangan barangnya lagi.
Enam tahun menimba ilmu, Muhammad Ali akhirnya turun di kejuaraan amatir, yakni olimpiade musim panas yang berlangsung di Roma, Italia, pada 1960. Ketika itu usianya sudah 18 tahun.
Kegarangan Muhammad Ali di dunia tinju terlihat jelas di Olimpiade Roma. Meski baru pertama kali naik ring, dia langsung menyabet medali emas untuk Amerika Serikat. Sukses di Olimpiade, nama Ali semakin tenar di pentas dunia amatir. Dia mencatatkan 100 kemenangan dari 105 pertandingan di level amatir.
Kemenangan Pertama di Level Profesional
Tak terbendung di level amatir, Ali naik kasta. Pada 29 Oktober 1960, Ali akhirnya naik ke pentas dunia tinju profesional. Partai pertama Ali di tinju profesioanal berlangsung di Freedom Hall State Fairground, Louisville, Kentucky, Ali menghadapi Tunney Hunsaker.
Lawan pertama Ali di dunia tinju profesional itu sudah penuh pengalaman. Usia Hunsaker sudah 30 tahun dan memiliki rekor tidak terkalahkan dalam 25 pertandingan terakhir. Sayang, catatan Hunsaker tidak membuat gentar The Greatest (panggilan Ali).
Ali berhasil memukul jatuh Hunsaker pada ronde keenam pada pertandingan tersebut. Ali pun membawa uang sebesar 2000 dolar Amerika Serikat pada kemenangan pertamanya itu. Sementara Hunaker hanya membawa pulang uang sebesar 300 dolar Amerika Serikat.
Tiga tahun berlaga di pentas profesional, Ali yang meninggal pada usia 74 tahun mencatatkan 19 kemenangan dan tak pernah menelan kekalahan. Pada 1964, Ali baru bertarung memperebutkan gelar juara dunia kelas berat melawan Sony Liston.
Seperti halnya roket, Ali tak berhenti melepaskan tinju ke wajah dan tubuh Sony Liston. Alhasil, Ali berhasil menjadi juara dunia kelas berat setelah mengalahkan Sony Liston dengan kemenangan TKO.
Ali pun menjadi juara dunia kelas berat termuda. Ketika itu usianya masih 22 tahun. Namun statusnya sebagai juara kelas berat termuda berhasil dipecahkan Mike Tyson setelah bertahan selama 24 tahun. Tyson menyandang status sebagai juara dunia kelas berat di usia 20 tahun.
Advertisement