Liputan6.com, Phoenix - Mantan petinju kelas berat dunia, Muhammad Ali menghembuskan napas terakhir di usia 74 tahun. Ali meninggal di Rumah Sakit di Arizona, Phoenix, Jumat (4/6/2016) waktu setempat karena komplikasi penyakit parkinson yang telah diderita selama 12 tahun.
Semasa hidup, Ali sempat menjalani terapi puasa. Daily News pernah menulis, pria yang memiliki nama lahir Cassius Clay ini sempat menjalankan puasa guna meringankan penyakit parkinson yang diderita. Selain itu, puasa juga membantu menurunkan berat badan.
Saran untuk berpuasa didapat Ali dari dokter di Suriah. Ali berada di Suriah atas undangan Presiden, Hafez al- Assad yang ketika itu memimpin Suriah. Salah satu dokter yang menangani Ali, dr. Adnan Halabi meminta Ali untuk mengonsumsi sayur dan buah. Dia mengklaim, nada bicara Ali sudah terdengar jelas dengan terapi puasa.
Advertisement
Baca Juga
- Momen Piala Eropa: Selebrasi Dokter Gigi Si Pemabuk
- Neymar Main Film XXX
- Rossi-Lorenzo Kritik Perubahan Sirkuit Catalunya
Selama tiga pekan menjalakan puasa, Ali mulai merasakan manfaatnya. Selama 22 hari, dia hanya minum air putih dan madu. Menurut dokter, puasa membersihkan racun dalam tubuh. Pasalnya, Ali harus mengonsumsi 30 sampai 50 pil obat untuk meredakam sindrom parkinson.Â
"Kebugaran saya meningkat 60 persen (setelah menjalani terapi puasa)," tulis surat kabar Daily News terbitan 15 hingga 17 November 1991.
Sejak menjalani puasa, Ali merasa lebih bugar. Dia merasa getaran pada tubuhnya mulai sedikit berkurang."Saya merasa baikan. Bicara saya menjadi sedikit lebih jelas dan getaran di tubuh merada. Ini belum berakhir, saya masih akan melanjutkan terapi puasa ini," sambung dia.
Tim dokter meyakini, penyakit parkinson yang diderita Muhammad Ali erat kaitannya dengan aktivitas bertinju. Parkinson degenerasi sel saraf secara bertahap pada otak bagian tengah yang berfungsi mengatur pergerakan tubuh. Gejala yang mudah diketahui adalah, tremor atau gemetar pada tubuh.