Liputan6.com, Jakarta - Persija Jakarta harus menanggung sanksi berlapis akibat kerusuhan suporter dengan kepolisian (24/6/2016) di SUGBK ketika menghadapi Sriwijaya FC.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi mengeluarkan hukuman larangan menggelar laga kandang sebanyak enam pertandingan serta suporter mereka, The Jakmania di larang hadir hingga akhir musim turnamen. Keputusan tersebut diambil usai rapat gabungan Kemenpora dengan perwakilan klub, kepolisian dan operator turnamen, PT Gelora Trisula Semesta (GTS), pada Senin (27/6/2016).
Komisi Disiplin PT GTS juga memberikan kemenangan 'gratis' kepada SFC dengan skor 3-0. Komdis juga menjatuhkan denda kepada Persija sebesar Rp 100 juta atas ulah suporter mereka.
Menpora meminta organisasi The Jakmania melakukan pembinaan terhadap seluruh anggota.
Advertisement
Â
Baca Juga
- Ricuh di SUGBK, PT GTS Menangkan SFC
- Persib Telan Kekalahan di Kandang Persegres
- Finis di Urutan Kedua, Marquez Seperti Juara
Â
Komisi Disiplin PT GTS juga memberikan kemenangan 'gratis' kepada SFC dengan skor 3-0 atas Persija. Komdis juga menjatuhkan denda kepada Persija sebesar Rp 100 juta atas ulah suporter mereka.
Menpora meminta organisasi The Jakmania melakukan pembinaan terhadap seluruh anggota. "Kami meminta pada Persija untuk melakukan pembinaan, edukasi penyeluruh kepada fans-nya, Jakmania, agar konsolidasi betul-betul dikendalikan oleh klub," tutur Imam di kantor Kemenpora.
The Jakmania tetap bisa mendukung Persija di stadion. Hanya saja, mereka tidak boleh menggunakan berbagai atribut suporter klub maupun identitas kelompok pendukung tim Ibukota tersebut sampai akhir ajang Torabika Soccer Champions presented by IM3 Ooredoo.
Karena insiden itu, PT GTS harus mengganti kerugian material yang ditimbulkan, termasuk menanggung biaya para korban di SUGBK. Dalam kerusuhan tersebut, setidaknya dua mobil rusak dan lima motor terbakar di dalam komplek stadion. Selain itu, korban luka-luka juga berjatuhan, baik dari pihak kepolisian maupun The Jakmania.
Beda Budaya di Eropa
Direktur Kompetisi PT GTS, Ratu Tisha mengakui tanggung jawab pembinaan diserahkan sepenuhnya pada Persija, dan operator bertugas memberikan rekomendasi langkah-langkah pembinaan. Tisha juga menganggap suporter Indonesia tidak bisa diperlakukan layaknya suporter garis keras di Eropa.
"Pasti tidak bisa karena budayanya berbeda. Bagaimana membinanya, itu ranah Persija. Kami hanya bisa memberikan rekomendasi karena mereka yang paling tau bagaimana suporternya," tutur Tisha usai rapat.
"Penggunaan atribut dan nama-nama selama ini punya filofosi yang tidak jelas. Semua itu sudah ditinggalkan di luar negeri, masa harus kembali ke tahun 1940-an," kata lulusan manajemen olahraga FIFA Master tersebut. "Kalau memang mau mengadopsi, lihat dulu filosofinya. Jadi klub harus kerja keras untuk membinanya," ujar Tisha.
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.
Advertisement