Sukses

Hattrick, Wasit Kontroversial Pimpin Duel Portugal Vs Prancis

Ini akan jadi laga keempat Euro 2016 yang dipimpin Clattenburg.

Liputan6.com, Paris - Tahun 2016 tampaknya bakal jadi momen tak terlupakan bagi wasit Mark Clattenburg. Ia berpeluang tiga kali memimpin laga final bergengsi. Kini, UEFA telah memberikan lampu hijau baginya untuk memimpin final Euro 2016 antara Portugal dan Prancis.

Clattenburg adalah salah satu wasit terkemuka dalam jagat sepak bola Inggris. Ia mengawali karier wasitnya sejak 1990. Awalnya, ia bertugas mnjadi asisten pelatih di usia 18 tahun. Kepemimpinannya membuat kariernya melesat begitu cepat.

Sejak 2006, ia sudah terdaftar sebagai wasit FIFA. Saat itu usianya menginjak 30 tahun. Mengingat statusnya sebagai fan Newcastle United, ia pun sempat memimpin laga testimonial Alan Shearer pada 11 Mei 2006. Sayang, dalam beberapa tahun terakhir Clattenburg justru dikenal sebagai wasit yang sarat kontroversi.

Salah satu keputusan kontroversialnya terjadi saat Manchester United melawan Tottenham Hotspur di Old Trafford pada musim 2004/2005. Setelah laga berjalan seimbang hingga jelang laga bubar, Tottenham sempat menjebol gawang MU di menit 89. Lucunya, gol itu tak disahkan wasit.

Begitu pula saat laga Derby Merseyside antara Everton dan Liverpool pada Oktober 2007. Clattenburg memberikan kartu kuning kedua kepada pilar Everton, Tony Hibbert. Yang menjadi kontroversi, Clattenburg terlihat berkomunikasi terlebih dahulu dengan Steven Gerrard sebelum merogoh kartu kuning dari sakunya.

Bahkan, ia juga sempat diskorsing PGMO (Professional Game Match Officials Board) hingga tak bisa memimpin semua laga di Inggris. Itu akibat dugaan bahwa Clattenburg mengirimkan surat ancaman kepada rekan bisnisnya.

2 dari 2 halaman

Puncak Kontroversi

Namun, yang paling tak terlupakan adalah kontroversi yang dibuat wasit berusia 41 tahun itu saat Chelsea melawan MU pada 28 Oktober 2012. Beberapa keputusan Clattenburg dianggap mempengaruhi hasil laga. Ia merogoh dua kartu merah buat pemain Chelsea, yakni Branislav Ivanovic dan Fernando Torres.

Selain itu, ia juga mengesahkan gol Javier Hernandez di menit 75 meski sang pemain dalam posisi offside. Fans MU juga mengecam Clattenburg karena handball David Luiz di kotak penalti malah diabaikan. Pada akhirnya, laga itu dimenangkan MU dengan skor 3-2.

Puncak kontroversi Mark Clattenburg terjadi saat Chelsea menjamu Manchester United, 28 Oktober 2012. (Mirror)

Meski begitu, terbukti Clattenburg dipercaya memimpin laga-laga final sepanjang 2016. Ia mendampingi laga final FA Cup 2015/2016 antara Crystal Palace dan MU, laga final Liga Champions 2015/2016 antara Real Madrid dan Atletico Madrid, dan kini berpeluang diplot untuk laga final Euro 2016 antara Portugal dan Prancis di Stade de France, Senin (11/7/2016).

Seperti dilansir The Sun, UEFA memberikan lampu hijau bagi Clattenburg untuk memimpin laga tersebut. Peluang itu terbuka setelah Wales yang notabene tim Britania Raya menyerah 0-2 dari Portugal di semifinal.

Sebelumnya, Clattenburg juga sudah dipercaya memimpin tiga laga Euro 2016, yakni Belgia melawan Italia, Kroasia melawan Republik Ceko, dan Swiss melawan Polandia. Di final, ia akan bekerja sama dengan dua asistennya, Simon Beck dan Jack Collin, plus asisten pembantu Andre Marriner dan Anthony Taylor.