Sukses

5 Ayah dan Anak Terhebat di Lapangan Hijau

Keluarga Maldini layak disebut sebagai yang terbaik dalam daftar ini.

Liputan6.com, Jakarta Tak jarang seorang anak memilih karier yang sama dengan orangtuanya. Hal itu sering terjadi di sepak bola. Bahkan, tak sedikit ayah dan anak yang sama-sama memiliki karier cemerlang di lapangan hijau.

Orangtua tentu memiliki peran penting dalam perkembangan anaknya. Mereka akan mengajarkan sesuatu yang dianggap mereka benar. Bahkan, seorang ayah juga akan mengenalkan kepada anaknya mengenai profesi yang dijalaninya.

Baca Juga

  • Rossi Puas dengan Latihan 2 Pembalap Indonesia di Italia
  • Cemerlang di Piala Eropa, Coleman Siap Tinggalkan Wales
  • Harapan Baru Prancis di Akhir Pesta Sepak Bola Eropa 2016

Di lingkup sepak bola, pemandangan seorang ayah sedang mengajarkan anaknya bermain tentu tidak asing lagi. Apalagi jika sang ayah memang benar-benar merupakan pesepak bola profesional. Tentu, sang ayah berharap agar anaknya bisa menyamai prestasi dalam kariernya.

Bahkan, ada beberapa keluarga yang ayah dan anaknya tercatat sebagai pesepak bola top. Seperti dikutip Geek Speaks, ada lima keluarga yang dianggap memiliki reputasi tinggi dalam sejarah sepak bola.

Berikut daftar nama ayah dan anak tersebut:

2 dari 6 halaman

1. Maldini

1. Maldini

Tentu nama keluarga Maldini sudah tak asing lagi di kalangan pecinta sepak bola dunia. Selama beberapa dekade terakhir, nama Maldini kerap menghiasi headline media-media olahraga. Itu karena keluarga Maldini dikenal sebagai sosok yang berprestasi di lapangan hijau.

Uniknya, Cesare Maldini dan Paolo Maldini sama-sama mendapatkan puncak kariernya bersama AC Milan. Cesare memperkuat Milan pada 1954-1966. Total, ia telah melakoni 412 laga bersama Milan. Ia sukses mempersembahkan empat gelar Serie A, satu European Cup (sekarang Liga Champions), dan satu Piala Latin.

Ia juga sempat melatih Milan pada 1972-1974. Saat itu, ia merengkuh gelar Piala Winners 1972/1973 dan Coppa Italia 1972/1973. Seperti sang ayah, Paolo juga memiliki karier hebat bersama I Rossoneri. Sepanjang kariernya membela Milan, 1984-2009, Maldini tampil di 902 laga.

Total, tujuh gelar Serie A, satu Coppa Italia, lima Liga Champions, lima Piala Super Eropa, dua Piala Interkontinental, satu Piala Dunia Antarklub, dan lima Piala Super Italia disumbangkan Paolo. Kini, putra Paolo, Christian, juga tengah meniti karier sebagai kapten Milan U-19.

3 dari 6 halaman

2.Ince

2.Ince

Keluarga Ince identik dengan Liverpool. Namun, sejatinya Paul justru mencapai puncak kariernya bersama Manchester United. Ia sempat berkostum MU pada 1989-1995. Berposisi sebagai gelandang, Paul menyumbangkan banyak gelar buat Setan Merah.

Tercatat, ia sudah memenangi dua gelar Liga Premier Inggris, dua Piala FA, satu Piala Liga, tiga Charity Shield (sebelum Community Shield), satu Piala Winners, dan satu Piala Super Eropa. Ia juga sempat memperkuat Liverpool selama dua musim. Tapi, tak ada gelar yang bisa dipersembahkannya.

Berbeda dengan Tom yang justru tak memiliki karier hebat. Ia memang sempat ditempat sistem pembinaan Liverpool. Namun, ia sama sekali tak perah memperkuat tim utama Liverpool.

Setelah itu, ia sempat meniti karier di Notts Couty, Blackpool, Crystal Palace, Hull City, dan Nottingham Forest. Baru pada 2015 ia menjalani petualangan bersama Derby County. Tampil di 62 laga, pemain berusia 24 tahun itu mengoleksi 23 gol.

4 dari 6 halaman

3. Redknapp

3. Redknapp

Mendengar nama Redknapp, orang-orang tentu langsung berpikir soal Tottenham Hotspur. Itu karena Harry dan Jamie sempat menjalani petualangan bersama Tottenham. Harry sempat dibina akademi Tottenham pada 1958-1962.

Lalu, ia hijrah ke West Ham United sejak 1962 dan menghabiskan waktunya hingga 1972. Setelah itu, ia hanya memperkuat tim-tim semenjana seperti Bournemouth, Brentford, Seattle Sounders, AP Leamington, Seattle Sounders, dan Phoeni Fire. Namun, ia juga sempat melatih Tottenham pada 2008-2012.

Seperti Harry, Jamie juga mengeyam pendidikan sepak bola di akademi Tottenham. Tapi, karier profesionalnya justru dimulai bersama Bournemouth. Ia juga sempat memperkuat Liverpool pada 1991-2002. Itu satu-satunya klub yang membuat Jamie bisa menikmati gelar.

Tampil di 237 laga dan mencetak 30 gol, Jamie sempat mengangkat gelar Piala FA, Piala Liga, Charity Shield, dan Piala Super Eropa. Pada 2002-2005, Jamie berseragam Tottenham. Namun, tak ada gelar yang bisa dimenangkannya.

5 dari 6 halaman

4. Schmeichel

4. Schmeichel

Keluarga Schmeichel tentu identik denga posisi sebagai penjaga gawang. Peter, sang ayah, memiliki karier yang cemerlang saat menjadi pemain. Dibina klub Hoje-Gladsaxe dan Gladsaxe-Hero, Peter akhirnya hijrah ke MU dari Brondby pada 1991.

Tampil di 393 laga, bahkan mencetak satu gol, ia membantu MU memenangi lima gelar Liga Premier Inggris, tiga Piala FA, satu Piala Liga, empat Charity Shield, satu Liga Champions, dan satu Piala Super Eropa. Di pengujung kariernya, Peter membuat kejutan ketika hijrah ke Manchester City.

Sebaliknya, Kasper justru memulai karier profesionalnya bersama ManCity pada 2005. Namun, ia sulit mendapatkan tempat hingga berulang kali dipinjamkan. Petualangannya bersama ManCity berakhir ketika dijual ke Notts di musim panas 2009.

Dari Notts, ia kembali dibuang ke Leeds United sebelum akhirnya memperkuat Leicester City pada musim panas 2011. Di sana lah Kasper mampu menunjukkan kehebatannya. Setelah membantu Leicester promosi ke Liga Premier Inggris di musim 2014/2015, Kasper langsung membantu timnya memenangi gelar liga di musim 2015/2016.

6 dari 6 halaman

5. Gudjohnsen

5. Gudjohnsens

Arnor dan Eidur memiliki jalan cerita yang berbeda soal kariernya sebagai pesepak bola. Arnor, sang ayah, tak pernah memiliki kesempatan untuk memperkuat tim top Eropa. Satu-satunya hal yang membanggakan adalah saat Arnor sempat memperkuat Anderlecht dan Bordeaux.

Berbeda dengan Eidur yang memiliki karier lebih bersinar. Pasalnya, sejumlah tim top sudah diperkuat Eidur. Pria berusia 37 tahun itu sempat membela PSV Eindhoven, Bolton Wanderers, Chelsea, Barcelona, AS Monaco, dan Tottenham Hotspur.

Gelar liga sudah dinikmati Eidur bersama PSV, Chelsea, dan Barcelona. Bahkan, ia juga sempat mengangkat trofi Liga Champions 2008/2009 bersama Barca.

Satu-satunya kesamaan Arnor dan Eidur adalah keduanya sempat menjadi andalan timnas Islandia. Arnor tampil di 73 laga bersama Islandia dan Eidur mengoleksi 88 caps plus 26 gol.