Liputan6.com, Manchester - Rekrutan baru Manchester United (MU), Zlatan Ibrahimovic bercerita tentang masa kecil. Pemain jangkung itu tidak menyangkal, sukses ikut dipengaruhi ketika masih bocah, termasuk gemblengan sang Ayah yang selalu menuntut agar menjadi nomor satu. Ibra merasa sudah konyol sejak masih kecil.
Ibrahimovic mengisi stok barisan depan The Red Devils di musim 2016/17. Pemain jangkung tersebut datang dengan status bebas transfer dari Paris Saint Germain (PSG). Pemain 34 tahun ini datang ke Old Trafford dengan rekomendasi pelatih anyar Jose Mourinho. Sang striker kembali bereuni dengan Mourinho. Pemain dan pelatih itu sempat berkolaborasi di Inter Milan.
Advertisement
Sejak dari kecil, Ibrahimovic sudah terbiasa bertingkah konyol. Termasuk di lapangan hijau. Ketika itu, Ibrahimovic datang ke lapangan dengan menggiring bola sendiri ketika pertandingan sedang berlangsung.
Baca Juga
"Saya yakin, ini mengganggu pemain lain, tapi ini bagian dari permainan," ujar dia dikutip dari The Sun. Tanpa tindakan 'nyeleneh', menurut Ibrahimovic sepak bola bukan permainan menyenangkan. "Bila tidak, sepak bola tidak layak dimainkan."
Sikap konyol Ibra masih terlihat ketika masih menjadi pemain profesional.  Salah satunya menendang kepala Antonio Cassano ketika sedang wawancara. Selain itu, dia juga mengacak-ngacak rambut mantan pelatihnya, Carlo Ancelotti jelang pertandingan persahabatan Real Madrid versus PSG.
Ibrahimovic kecil sempat bermain untuk klub lokal Malmo FFF. Namun ketika remaja, tepatnya di usia 15 tahun, Ibra sempat menepi dari lapangan hijau. Dia bekerja di galangan kapal. Namun, manajer Malmo meminta Ibrahimovic kembali ke menekuni sepak bola.
Seiring perjalanan waktu, Ibrahimovic tumbuh menjadi pemain yang disegani. Namun, tidak jarang dia sering silang pendapat dengan sang ayah. Menurut dia, sikap temparemental menurun dari sang Ayah. "Saya memiliki emosi tinggi dari Ayah saya. Dia seorang percaya diri dan tahu keinginan saya."
"Namun, dia tipe pria penuntut. Dia mendorong saya untuk mengerjakan segala sesuatunya sempurna. Ada waktu ketika kami bertengkar. Karena saya ingin semua berjalan biasa saja."
Terkadang, Ayah mengeluarkan kata -kata kasar. Namun, Ibrahimovic menerima dengan lapang dada perlakuan tersebut. "Karena bila saya berpikir telah bermain bagus. Mungkin, saya bisa berpikir telah berhasil. Tapi dia terus memberikan saya semangat."Â
Ibrahimovic masih mengingat betul kata-kata 'mutiara' dari sang Ayah. "Kamu bukan siapa-siapa bila tidak menjadi seseorang di Eropa." Sindiran tersebut manjur membuat Ibrahimovic menjadi pemain terpandang di Benua Biru.
Setelah bermain untuk Malmo, Ibrahimovic pindah ke klub raksasa Belanda, Ajax Amsterdam lalu ke Juventus. Pemain kelahiran  3 Oktober 1981 ini menjadi juara kompetisi domestik di empat benua: Belanda, Italia, Spanyol, dan Prancis. Sejauh ini, Ibrahimovic belum bisa menaklukkan Liga Inggris dan Liga Champions.
Kaum Gypsi
Selain sepak bola, kehidupan masa kecil Ibrahimovic seperti kaum gypsi. Kaum yang hidup nomaden alias berpindah-pindah tempat. Sang pemain sempat mendapat julukan Ziggy Gypsy.
"Kami sering berpindah-pindah. Satu tahun, kami hidup di dua tempat yang berbeda. Kami pindah setiap enam bulan. Kami tidak seperti itu, sebagai anak -anak kami sering mengeluh karena suhu apartemen berubah menjadi dingin."
Dengan tempat tinggal yang tidak menentu, Ibrahimovic tidak mengenal baik tetangga. "Kami tidak suka bertetangga dan kami pindah lagi. Kami pindah ke banyak tempat."
Menurut mantan rival Ibrahimovic di liga lokal Swedia, Patrik Eriksson-Ohlsson menyatakan, kesombongan eks-pemain Barcelona itu sudah terlihat sejak masih kecil. "Dia seorang muda, arogan, pria sombong, yang tidak punya apa-apa untuk disombongkan. Rasanya, dia seperti bisa menikmati waktu ketika mempermakukan lawan-lawannya, lebih dari sekadar mencetak gol."
Advertisement