Sukses

Perjalanan Melelahkan Laga Tandang Klub Indonesia

Pekan lalu Semen Padang harus menempuh jarak 6.700 kilometer dan transit di tiga bandar udara untuk menghadapi Perseru Serui.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak gugusan pulau yang terbentang dari Sabang sampai Marauke. Namun, memiliki wilayah geografis yang luas tidak dibarengi dengan pembangunan infrastruktur yang merata.

Seperti diketahui, wilayah bagian barat Indonesia memiliki perkembangan infrastruktur yang lebih baik ketimbang bagian timur. Kondisi inilah yang membuat perjalanan ke Indonesia timur biasanya lebih sulit dilakukan ketimbang ke Indonesia barat.

Tidak meratanya pembangunan infrastruktur seperti bandara, stasiun, hingga pelabuhan memiliki imbas kepada klub-klub sepak bola Indonesia yang melakukan perjalanan tandang ke daerah timur seperti Papua. Alhasil, biaya yang mahal dan jarak tempuh yang jauh membuat perjalanan akan menguras waktu dan terasa sangat melelahkan. Begitu pun sebaliknya ketika klub Papua bertandang ke Indonesia tengah atau barat.

Contoh yang paling menarik terjadi pada pekan keenam Torabika Soccer Championship (TSC) Presented by IM3 Ooredoo, ketika Semen Padang yang berada di pulau Sumatera harus melawat ke Papua untuk menghadapi Perseru Serui.

Total jarak yang harus ditempuh Kabau Sirah kurang lebih mencapai 6.700 kilometer. Masalah infrastruktur yang belum merata membuat anak asuh Nil Maizar ini harus terbang dengan tiga kali transit di tiga bandar udara.

Pertama, skuat Semen Padang harus melakukan penerbangan dari Padang ke Jakarta. Dalam hal ini saja, skuat Semen Padang harus menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam.

Setelah transit pertama di Jakarta, skuat Semen Padang melakukan perjalanan kembali ke Makassar untuk transit yang kedua. Kali ini perjalanan membutuhkan waktu tempuh selama kurang lebih dua jam 30 menit.

Sampai di Makassar, tim Semen Padang kembali melakukan perjalanan ke Biak dengan total perjalanan tiga jam. Lalu ditambah dari Biak ke Serui menghabiskan waktu 30 menit. Itu berarti total delapan jam waktu yang dibutuhkan para pemain Semen Padang dari Sumatera menuju Serui.

Jauh dan lamanya perjalanan membuat kondisi fisik setiap pemain terkuras. Biasanya hal ini berpengaruh pada performa tiap pemain saat bertanding yang membuat tidak maksimal.

Para klub biasanya mengantisipasi masalah ini dengan memberangkatkan tim lebih awal jika melakoni laga tandang, khususnya ke Serui. Jadi para pemain bisa lebih dulu beristirahat sebelum bertanding. Namun tetap saja kondisi fisik yang kelelahan bakal menghantui tim tamu sepanjang pertandingan.

Namun, bagi tim tuan rumah, laga kandang merupakan berkah tersendiri. Sebab, mereka akan unggul dari segi kondisi fisik ketimbang lawan.

Kondisi ini pula yang membuat Perseru sangat dominan jika bermain di Stadion Marora. Tercatat dari enam pertandingan kandang, Perseru belum sekali pun mengalami kekalahan dengan rincian empat menang dan dua seri.

Namun berbeda dengan hasil di kandang, rapor Perseru di laga tandang sangat buruk. Dari enam laga tandang, Perseru meraih lima kali kekalahan dan satu seri.

Hasil buruk ini tidak hanya terjadi dari kualitas pemain dan permainan Perseru yang kalah dari lawan, tapi juga faktor fisik, imbas dari perjalanan jauh.

Salah satu contohnya ketika Perseru bertandang ke Malang untuk menghadapi Arema Cronus dan Palembang untuk menghadapi Sriwijaya FC dalam waktu 11 hari. Total jarak tempuh yang harus dijalani sepanjang 7.076 kilometer. Rinciannya, Serui - Malang ditempuh 4786 kilometer dan Malang-Palembang ditempuh 1.455 kilometer.

Hasilnya, Perseru takluk 0-3 dari Arema dan 0-1 dari Sriwijaya FC. Sekali lagi, terlepas dari faktor kualitas pemain dan permainan, jarak perjalanan yang panjang dipastikan juga berimbas pada permainan.

Namun, beruntung operator Torabika Soccer Championship (TSC) Presented by IM3 Ooredoo, menyiasati ini dengan memberi jadwal laga tandang Perseru yang biasanya beruntun dalam dua pertandingan atau lebih.

Kendati demikian, perjalanan tandang yang melelahkan tetap menjadi warna tersendiri bagi para staf dan pemain sebuah klub. Pasalnya, menaiki satu pesawat dan melakukan transit di satu bandara ke bandara lain adalah pengalaman tersendiri bagi para staf dan pemain untuk menikmati Indonesia yang dikenal dengan keindahannya.

(Yosef Deny Pamungkas)