Liputan6.com, Jakarta Pesta olahraga multicabang paling bergengsi di dunia, Olimpiade bakal resmi dibuka di Rio de Janeiro, Brasil, Jumat (5/8/2016) waktu setempat. Semarak pesta yang berlangsung di Stadion Maracana, menjadi gong pembuka persaingan ratusan atlet dalam memperebutkan keping medali hingga 22 Agustus nanti.
Namun Olimpiade bukan sekadar arena pertarungan. Drama yang tersaji pada ajang empat tahunan ini telah menyajikan beragam kisah menarik lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Salah satunya terjadi pada lomba lari 400 meter putra di Olimpiade 1992. Sebanyak 65 ribu penonton yang penasaran menatap gerak-gerik, Derek Redmond. Dia adalah pelari tercepat asal Inggris kala itu.
Namanya cukup populer dan dia sangat berambisi merebut medali pada Olimpiade 1992 setelah gagal melakukannya di Korea, empat tahun sebelumnya. Pada Olimpiade 1988, Redmond tak bisa bertanding karena mengalami cedera, beberapa jam sebelum perlombaan dimulai.
Kegagalannya pada 1988 membuat Redmond sangat terpukul. Tak ayal di Olimpiade 1992, Derek ngotot meraih medali, apapun bentuknya.
Lima menit sebelum pertandingan, semua atlet di cabang lari 400 meter melakukan pemanasan. Kondisi Derek pun terlihat sempurna untuk melakukan perlombaan, tak ada yang salah dalam kebugarannya. Tar! Pistol menyalak. Pelari melesat bagai peluru dari lokasi start.
Redmond dan semua atlet mulai mengadu kecepatan. Ketika sudah 250 meter, Redmond merangsek ke posisi keempat. Sedikit lagi mengamankan perunggu.
Namun ketika balap lari itu menyisakan 150 meter, Redmond mengubur mimpinya meraih medali di Olimpiade. Dia tampak terpincang-pincang di lintasan lari. Derek tersungkur sambil memegangi pangkal pahanya. Tim medis pun menghampirinya dan menyebut bahwa Redmond mengalami cedera hamstring.
Tim medis memintanya naik ke tandu. Harapan mendulang medali seketika pupus. Namun instruksi itu ditolak Redmond. Dia tidak lagi memikirkan ambisinya di awal lomba. Keinginan yang jauh lebih besar kini menantangnya untuk kembali berlari, menyelesaikan lomba!
"Saya tak akan naik tandu itu. Bagaimanapun juga, saya harus menyelesaikan perlombaan ini”, katanya kepada tim medis.
Redmond yang tak mau dikalahkan oleh cederanya itu meninggalkan tim medis. Sambil terpincang-pincang, dia berlari untuk menyelesaikan pertandingan. Ketika Redmond berlari sambil menahan sakit, seorang pria bertopi tiba-tiba menerobos barikade keamanan.
Pria bertopi itu ternyata ayah sekaligus pelatihnya, Jim Redmond. Ketika itu sang ayah sudah melarangnya untuk menyelesaikan balapan. "Kau tak harus melakukan ini, nak," kata Jim.
Sambil berlari dan menangis, Derek menjawab pernyataan ayahnya. "Tidak ayah, saya ingin menyelesaikan perlombaan," ujarnya.
Melihat kekuatan anaknya yang ingin menyelesaikan balapan, Jim tersentuh. Jim merangkul Redmond dan membantunya menuju garis akhir.
"Baiklah, jika itu keinginanmu, baiklah. Kita akan finis bersama-sama," ucap Jim sambil menemani anaknya menyentuh garis finis.
Beberapa langkah dari garis finis, Jim melepaskan rangkulannya. Dia membiarkan Redmond memenuhi ambisinya. Ketika Redmond menyentuh garis finis, semua orang yang memadati stadion bertepuk tangan untuk kegigihannya.
Redmond memang gagal memenuhi hasratnya meraih medali di ajang Olimpiade, dia juga didiskualifikasi, tapi dia mengaku sangat bersyukur punya ayah sebaik Jim. "Ayah saya adalah orang yang paling bangga sedunia! Saya lebih bangga kepadanya meski gagal mendapatkan medali emas," ujarnya.