Liputan6.com, Jakarta- Atlet BMX Indonesia, Toni Syarifudin akan memulai kiprahnya di ajang Olimpiade 2016, Rio de Janeiro pada, Rabu (17/8/2016). Toni merupakan satu-satunya wakil Indonesia dari cabang sepeda BMX di gelaran multi even empat tahunan ini.
Â
Keberhasilan Toni melaju ke Olimpiade menorehkan sejarah baru bagi Indonesia. Pasalnya, sepanjang sejarah Olimpiade, Indonesia belum pernah mengirimkan atlet dari cabang olahraga (cabor) sepeda dinomor manapun. Kepastian Toni lolos didapat setelah Indonesia menggantikan posisi Brasil yang menggunakan alokasi kuota tuan rumah.
Â
Baca Juga
Â
Berdasarkan kualifikasi Federasi Balap Sepeda Dunia (UCI), Indonesia berada di posisi teratas ranking UCI yang belum memiliki kuota. Toni yang memiliki rangking tertinggi Indonesia pun berhak mewakili Tanah Air.
Â
Ternyata, perjalanan Toni untuk mendapatkan tiket ke Olimpiade tidak diraihnya dengan mudah. Atlet berusia 25 tahun ini harus bekerja keras tak kenal letih sejak tahun 2014. Itu berarti, Toni harus memeras keringatnya selama dua tahun hanya untuk meraih tiket ke Brasil.
Â
Sebab, salah satu syarat untuk lolos ke Olimpiade adalah dengan mengumpulkan poin yang dihitung dari 30 Mei 2014 hingga 31 Mei 2016. Dalam rentan waktu itu, Toni mengikuti berbagai kejuaraan seperti Kejuaraan Asia, Kejuaraan Banyuwangi Internasional BMX 2016, Kejuaraan BMX kategori C1 di Thailand dan Jepang serta Kejuaraan Dunia 2016 di Kolombia.
Â
Lebih dari itu, dalam dua tahun tersebut, Toni sempat mengaku kesulitan dalam mengembangkan skillnya karena fasilitas latihan yang tidak ideal. Salah satunya di Sirkuit Banyuwangi tempat dia biasa berlatih. Â Meski bertaraf internasional, Sirkuit Banyuwangi tidak dilengkapi dengan sirkuit supercross. Padahal di setiap pertandingan selalu menggunakan sirkuit supercross.
Â
Menjadi sangat bermasalah karena di sirkuit supercross biasanya dilengkapi dengan starting hill dan juga fitur jumping yang banyak. Bahkan di kejuaraan internasional, starting hill sendiri bisa setinggi delapan meter dengan kecepatan mencapai 60 km per jam. Sedangkan di Sirkuit Banyuwangi hanya setinggi lima meter dengan kecepatan rata-rata maksimal yang bisa dicapai mencapai 59 km per jam.
Â
Hal ini tentu menjadi masalah serius karena Sirkuit BMX Center, Deodoro Olympic Park yang menjadi venue pertandingan BMX pada Olimpiade memakai standar seperti di kejuaraan internasional.
Â
Alhasil demi menyiasati permasalahan ini, Toni memilih San Diego, California, Amerika Serikat untuk melakukan pemusatan latihan di Sirkuit Chula Vista. Keputusan ini diambil agar Toni bisa meningkatkan tekhnik sekaligus tempat latihan yang baik jelang pentas di Olimpiade. Trek ini merupakan replika dari trek yang akan menjadi tempatnya berlaga di Brasil.Â
Â
Awal Mula Beraksi di BMX
Toni Syarifudin pertama kali mengenal olahraga BMX pada tahun 2005. Dia mengaku kecintaannya pada BMX bermula karena ikut teman-temannya bermain BMX.
Â
Pada awalnya, pemuda asal Solo ini tidak mendapatkan dukungan dari orang tua untuk menekuni keahliannya di bidang BMX. Alasannya, BMX merupakan salah satu olahraga ekstrem yang memiliki risiko besar. Namun, berkat kesabaran dan pengertian, akhirnya kedua orang tua Toni kini mendukung kariernya di BMX.
Â
Perjuangan Toni menggapai tangga Olimpiade tak selalu berjalan dengan mulus. Dia berulang kali gagal meraih prestasi di berbagai kejuaraan.  Akan tetapi Toni tidak putus asa dan terus mengasah kemampuannya di berbagai perlombaan BMX di wilayah Jawa Tengah. Hingga pada akhirnya dia mampu menjadi wakil Jateng di ajang PON XVII Kalimantan Timur  pada 2008 dan langsung mempersembahkan medali emas.
Â
Kiprahnya terus meningkat setelah dia mampu mendapatkan juara pertama di Thailand pada tahun 2008. Ini merupakan prestasi pertama Toni di kancah internasional.
Â
Setelah itu, dia rajin pergi ke berbagai negara untuk bertanding sekaligus mewakili nama Indonesia. Bahkan Toni sempat mendapatkan beasiswa selama empat tahun dari World Cycling Center di Swiss.
Â
Kini pemuda Indonesia yang telah mempersembahkan berbagai prestasi untuk Tanah Air akan berjuang di level tertinggi dalam kariernya. Mampukah Toni membuat Indonesia berjaya di Olimpiade? Menarik ditunggu. (Penulis: Yosef Deny Pamungkas)