Sukses

5 Bintang Sepak Bola yang Terlahir dari Keluarga Miskin

Sebelum tenar, lima pesepak bola top Eropa pernah merasakan kerasnya kehidupan dunia.

Liputan6.com, Jakarta Pemain sepak bola di Eropa, khususnya di Inggris, Italia, dan Spanyol mendapatkan gaji yang melimpah. Dengan gaji melimpah, seorang pesepak bola Eropa bisa membeli barang-barang mewah.

Seperti halnya, bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo yang mempunyai rumah mewah di Madrid. Di garasi rumahnya, Ronaldo punya banyak mobil mewah.

Tidak hanya itu saja, Ronaldo juga memiliki sebuah hotel di negeri asalnya, Portugal. Namun, sebelum mendapat kemewahan seperti sekarang, Ronaldo merupakan seorang pria yang terlahir dari keluarga miskin.

Ayah Ronaldo, Jose Dinis Aveiro hanya berprofesi sebagai pengurus kebun di salah satu instansi pemerintah Portugal. Sementara ibunya, Dolores mengungkapkan bahwa dia pernah berpikiran untuk menggugurkan Ronaldo saat masih berada dalam kandungan.

Selain Ronaldo, ada beberapa pemain bola top Eropa yang lahir dari keluarga miskin. Simak ulasannya di halaman berikut.

2 dari 6 halaman

Carlos Bacca

Carlos Bacca

Bintang Timnas Kolombia, Carlos Bacca merupakan mesin gol AC Milan dalam dua musim terakhir. Dia merupakan salah satu striker top Eropa. Buktinya, dia pernah menjuarai Liga Europa sebanyak dua kali saat masih memperkuat Sevilla.

Namun sebelum menjadi pesepak bola, Bacca pernah merasakan kerasnya kehidupan di dunia. Pria yang kini berusia 29 tahun tersebut pernah bekerja sebagai kondektur bus di kampung halamannya di Puerto, Kolombia.

Selain menjadi kondektur bus, Bacca juga pernah bekerja sebagai pemeriksa tiket saat usianya masih 20 tahun. Untungnya, di tahun yang sama, dia menjalani trial bersama salah satu klub Kolombia, Junior de Barranquilla.

"Saya melewati waktu yang sulit saat masih kecil. Ketika saya mulai mencari uang, saya pikir saya bisa melakukannya, namun saya salah. Saya bangkit dan terus berjalan. Sang pemberani bukanlah mereka yang membiarkan diri tenggelam, namun mereka yang bisa bangkit lebih kuat," ucap Bacca.

3 dari 6 halaman

Alexis Sanchez

Alexis Sanchez

Bintang Arsenal, Alexis Sanchez merupakan salah satu winger terhebat di dunia. Dia juga sudah mempersebahkan dua gelar Copa America untuk negaranya, Chile.

Namanya sangat tenar di Eropa. Pasalnya, sebelum bergabung dengan Arsenal, Sanchez pernah memperkuat salah satu klub terkuat di dunia, Barcelona.

Sebelum dirinya tenar seperti sekarang, Sanchez merasakan pahitnya kehidupan. Dia lahir di keluarga yang sangat miskin. Ayahnya sudah meninggal saat dirinya masih balita.

Sanchez hidup bersama ibunya. Untuk membiayai kehidupan, ibunya bekerja sebagai tukang sapu di sekolah tempat Sanchez belajar.

Untuk membantu ibunya, pria yang kini berusia 27 tahun tersebut bekerja serabutan. Sanchez pernah menjadi seorang pencuci mobil untuk menyambung hidupnya.

''Saya dulua biasa mencari uang dengan menjadi tukang cuci mobil. Bahkan saya baru bisa memliki sepatu bola pertama saya setelah ibu saya bertemu dengan pemerintah kota setempat,'' kata Sanchez sperti dukutip Metro.

Selain mencuci mobil, Sanchez juga bersedia melakukan aksi konyol demi mendapat uang makan. ''Saat saya anak-anak, kadang ada beberapa orang yang menyuruh saya untuk melakukan trik salto. Dan saya rela melakukannya demi uang,'' ujarnya.

4 dari 6 halaman

Frank Ribery

Frank Ribery

Bintang Bayern Muenchen, Frank Ribery lahir di keluarga miskin di Boulogne-sur-Mer, Prancis, 33 tahun silam. Saat usinya masih dua tahun, Ribery terlibat kecelakaan hebat dengan keluarganya.

Akibat kecelakaan tersebut, Ribery harus mendapat lebih dari seratus jahitan di wajahnya. Insiden itu meninggalkan bekas luka yang tak hilang hingga saat ini. Ribery sendiri tak mau menghapus bekas jahitan tersebut.

Sebelum aktif berkarier di lapangan hijau, Ribery bekerja sebagai pekerja konstruksi bersama ayahnya. Ribery menyebut masa-masa tersebut sebagai pengalaman belajar.

Pemain yang kerap dicap sebagai "provokator lapangan" ini memulai karier seniornya di Prancis bersama Boulogne, Ales, Stade Brestois, dan Metz. Tahun 2005, Ribery hijrah ke Turki untuk bermain bersama Galatasaray. Dua tahun di Galatasaray, Ribery pulang kampung dan bermain untuk Marseille.

Nama Ribery melejit saat dirinya berseragam Bayern Muenchen. Bersama klub asal Jerman tersebut, Ribery sudah mencetak 107 gol dari 324 penampilan di semua kompetisi.

5 dari 6 halaman

Angel Di Maria

Angel Di Maria

Angel Di Maria pernah bermain di beberapa klub top Eropa, seperti Benfica, Real Madrid, Manchester United, dan Paris Saint-Germain.  Sebelum top seperti sekarang, dia punya kisah kelam yang tak pernah dilupakannya.

Di Maria lahir dan dibesarkan di Pedriel di Mendoza, Argentina. Saat masih anak-anak, dia bersama saudara perempuannya, Vanesa dan Evelyn harus membantu orang tuanya bekerja di perusahaan lokal yang bergerang di bidang batubara.

Dengan minimnya uang, Di Maria dan keluarga sering kesulitan untuk membeli makanan. Bahkan, dia pernah kelaparan karena tak punya uang.

Sejak kecil, Di Maria memang memiliki bakat bermain sepak bola, tapi karena finansial keluarganya, dia tidak mampu membeli sepatu bola. Untungnya, klub lokal, Torito datang dan memanggilnya untuk bergabung. Sejak saat itulah kehidupan Di Maria mulai membaik.

6 dari 6 halaman

Edin Dzeko

Edin Dzeko

Siapa yang tidak mengenal Edin Dzeko? Dia merupakan stiker Timnas Bosnia dan Herzegovina yang memperkuat tim asal Italia, AS Roma. Dzeko mendapat upah kerja sebesar 120 ribu pound, atau setara dengan Rp 2,5 miliar setiap pekannya. Gaji yang cukup besar untuk seorang striker.

Dengan upahnya tersebut, dia bisa mengelilingi dunia dalam satu hari. Bahkan, pria yang kini berusia 30 tahun tersebut bisa membeli beberapa mobil sport dengan mudah. Kehidupan Dzeko sangat mewah.

Namun kekayaan yang dimilikinya itu tidak diraih dengan mudah. Dzeko yang merupakan seorang Muslim menceritakan kehidupannya yang menyedihkan ketika usianya masih enam tahun.

Dia menceritakan, dirinya sudah diajari berpuasa oleh kedua orang tuanya sejak kecil. Ujian yang ditempuhnya saat bulan Ramadan sangatlah sulit. Dia harus berpuasa pada saat Bosnia dilanda perang.

"Saat sahur, tidak ada banyak waktu untuk makan. Saya sangat takut setiap hari. Kami harus bersembunyi ketika terdengar suara tembakan dan suara bom," ucap pria yang lahir di Sarajevo, ibukota Bosnia tersebut, dikutip dari hotterthanapileofcurry.

"Pada saat itu, Anda bisa ditembak kapan saja. Setiap hari, saya menangis. Itu sungguh mengerikan," katanya menambahkan.

Perang di Bosnia juga membuat rumah Dzeko rata dengan tanah. Alhasil, dia dan keluarganya harus mengungsi ke rumah sang kakek yang berukuran 35 meter persegi. "Rumah saya hancur. Jadi kami menumpang di rumah kakek dan nenek saya. Semua keluarga saya ada di sana, mungkin 15 orang tinggal di sebuah apartemen," ucapnya.