Sukses

Kejutan di MotoGP 2016 dan Minimnya Peluang Juara Rossi

MotoGP 2016 jauh lebih variatif akibat kehadiran para juara baru.

Liputan6.com, Jakarta - Meski papan atas klasemen didominasi para pembalap top, MotoGP 2016 menjadi musim yang cukup menarik. Pasalnya, sejumlah kejutan tercipta di beberapa seri dengan munculnya juara baru.

Ya, sudah ada empat pembalap yang menjadi juara baru di MotoGP 2016. Mereka adalah Jack Miller (Marc VDS), Andrea Iannone (Ducati), Cal Crutchlow (LCR Honda), dan Maverick Vinales (Suzuki).

Mereka semua adalah pembalap yang baru pertama kali merebut podium juara di sepanjang kariernya. Menariknya, sSelain Iannone, para juara baru di MotoGP 2016 diuntungkan dengan bantuan besar dari faktor cuaca. Ya, Miller, Crutchlow, dan Vinales menjadi juara saat kondisi cuaca sedang tak bersahabat.

Musim ini seri MotoGP memang lebih banyak dihiasi dengan balapan di lintasan basah. Dalam kondisi tersebut, hasil balapan akan sulit diprediksi. Itu mengapa para pembalap selalu berkomentar mengenai cuaca saat melayani pertanyaan awak media.

Miller sendiri menjadi juara MotoGP Belanda 2016 setelah balapan sempat dihentikan di lap ke-14 akibat hujan deras. Ketika kembali dimulai, Miller sukses mengambil keuntungan beraksi di lintasan yang belum mengering.

Jack Miller (AFP)

Kondisi serupa juga dialami Crutchlow saat melakoni MotoGP Republik Ceko di Sirkuit Brno. Ia mengambil keputusan yang tepat dalam kondisi campur aduk. Pasalnya, lintasan sempat basah akibat diguyur hujan, namun mengering setelah pertengahan balapan.

Vinales pun ikut diuntungkan dari kondisi trek yang sedikit lembab pada MotoGP Inggris di Sirkuit Silverstone, Minggu (4/9/2016). Berbeda dengan Iannone, juara MotoGP Austria di Sirkuit Red Bull Ring, yang memang meraih kesuksesan berkat sirkuit yang sangat cocok dengan karakter motor Ducati.

Itu mengapa cuaca menjadi faktor utama yang menentukan hasil balapan. Pasalnya, semua pembalap dituntut mengambil keputusan tepat mengenai strategi ban jika cuaca tidak bersahabat. Dalam kondisi tersebut pula para pembalap dituntut menekan egonya dan harus beraksi dengan sabar.

Pebalap Ducati, Andrea Iannone, terjatuh saat berada di posisi kedua balapan MotoGP Inggris yang digelar di Sirkuit Silverstone, Inggris, Minggu (4/9/2016). (AFP/Oli Scarff)

Peluang Rossi

Setelah hasil balapan MotoGP Inggris 2016, bisa dibilang peluang Valentino Rossi, pembalap Movistar Yamaha, untuk menjadi juara dunia semakin menipis. Itu karena ia masih tertinggal jauh dari Marc Marquez, pembalap Repsol Honda, yang memimpin klasemen pembalap.

Setelah kalah dari Jorge Lorenzo dengan cara menyakitkan di musim lalu, Rossi berharap bisa menjadi juara dunia musim ini sebagai obat penawar. Sayang, ia malah melakukan banyak kesalahan yang merugikan dirinya sendiri.

Setidaknya, sudah tiga kesalahan fatal yang dilakukan pembalap berusia 37 tahun itu. Mulai dari MotoGP Austin di mana ia terjatuh pada lap kedua. Lalu, ia gagal menuntaskan balapan MotoGP Italia di Sirkuit Mugello. Tapi, itu bukan kesalahan Rossi, melainkan karena masalah mesin Yamaha YZR-M1.

Salah satu kesalahan terbesarnya terjadi pada MotoGP Belanda di Sirkuit Assen. Sejatinya Rossi berpeluang besar merebut podium juara. Sayang, ia terlalu bernafsu memacu motornya saat sedang memimpin. Alhasil, ia terjatuh di lap ke-17 dan tak mampu melanjutkan balapan.

Pembalap Movistar Yamaha, Valentino Rossi, saat beraksi di MotoGP Belanda 2016. (AFP)

Sikap keras kepalanya pula yang membuatnya hanya finis di urutan kedelapan pada MotoGP Jerman di Sirkuit Sachsenring. Krunya sudah meminta Rossi segera masuk pit untuk mengganti motor dengan ban kering sejak lap ke-20. Namun, pembalap berusia 37 tahun itu lebih memilih mengejar Andrea Dovizioso lebih dulu.

Karenanya, meski mampu merebut podium ketiga MotoGP Inggris saat Marquez hanya finis di urutan keempat, Rossi masih terpaut cukup jauh. Jarak yang menjadi pemisah Rossi dengan Marquez adalah 50 poin. Untuk memperbesar peluangnya, setidaknya Rossi harus berharap Marquez dua kali gagal finis di enam balapan tersisa.