Liputan6.com, Leicester - Leicester City akan memulai petualangan di kancah Liga Champions, Rabu, (14/9/2016) atau Kamis dinihari WIB. Wakil Belgia, Club Brugge menjadi rintangan pertama Leicester di kompetisi Eropa.
The Foxes lolos ke Liga Champions setelah tampil sebagai juara Liga Inggris musim 2016/17. Kasta kompetisi Eropa musim ini bukan yang pertama untuk Leicester. Tercatat, Leicester memulai debut di Eropa pada 1961/62.
Advertisement
Baca Juga
Ketika itu, Leicester dan Swansea Town menjadi wakil Britania Raya. Pada musim pertama di kompetisi Benua Biru, Leicester hanya sampai di putaran pertama. Leicester tumbang dari tangan tim asal Spanyol, Atletico Madrid. Leicester kalah agregat 1-3 dalam dua pertemuan.
Setelah itu, Leicester absen selama 36 tahun di Eropa. Leicester baru kembali ke percaturan sepak bola Eropa. Keberhasilan Leicester tampil di Eropa ketika itu berkat jatah juara Piala Liga Inggris. Musim 1996/97, Leicester mengalahkan Middlesbrough di Final Piala Liga Inggris setelah mengalahkan Middlesbrough.Â
Atletico Madrid kembali menjadi sandungan Leicester. Los Cholchoneros menghentikan langkah Leicester di putaran pertama dengan agregat 1-4. Leicester kalah 0-2 di kandang, kemudian tumbang 1-2 di Vicente Calderon. Manajer Martin O'Neill berada di balik sukses Leicester mentas di kompetisi Benua Biru.
Tiga tahun kemudian tepatnya musim 2000/01, Leicester kembali mencicipi kompetisi Benua Biru. Sama seperti musim 1997/98, mereka mendapatkan tiket ke Piala UEFA setelah menjadi juara Piala Liga Inggris. O'Neill masih memainkan peranan penting untuk sukses Leicester manggung di Eropa.
Laga Leicester di Eropa sempat terganjal isu politik menyusul hasil undian di babak pertama, Leicester bertemu dengan Red Star Beograd. Jadwal pertandingan di putaran pertama sempat bersamaan dengan pemilihan umum di Serbia dan Montenegro (ketika itu masih bernama Yugoslavia). Leicester meminta kepada UEFA agar laga dimainkan di tempat netral.
Mustahil Kampiun Eropa
Melihat rekam jejak tersebut, pelatih Leicester, Claudio Ranieri mencoba bersikap realistis soal peluang Leicester bisa berjaya di Eropa. Bagi pelatih asal Italia ini, Leicester mustahil juara di Eropa.
Kekuatan tim -tim Eropa, terutama di Liga Champions membuat Leicester sulit mengulang keajaiban seperti di Premier League, tahun lalu. Menurut bekas pelatih AS Roma ini, Leicester tim underdog di Liga Champions. "Sekali lagi saya katakan, kami tim underdog. Alasan ini, kami harus berjuang."
Dari hasil drawing Liga Champions, Leicester bergabung dengan FC Porto, Club Brugge, dan FC Copenhahen."Bagaimana pun, suporter kami pantas mendapatkan peluang menyaksikan perjuangan kami di Eropa, melawan tim -tim seperti mereka."
Advertisement