Liputan6.com, Jakarta - Gelandang Manchester United (MU), Paul Pogba terus mendapat sorotan. Itu lantaran dia belum juga menunjukkan kemampuan terbaiknya seperti saat di Juventus.
Padahal, Pogba adalah pemain termahal dunia saat ini. Banyak yang memprediksi, Pogba terbebani dengan status itu. Inilah yang membuatnya belum juga tampil luar biasa seperti saat bermain bagi Juve.
Baca Juga
Salah satu figur yang turut buka suara soal Pogba adalah Legenda Liverpool, Jamie Carragher. Ia berpendapat, Jose Mourinho harus mengubah formasinya agar Pogba bisa tampil maksimal. Pasalnya, pola yang diterapkan Mou saat ini justru menyulitkan Pogba.
"Tapi haruskah manajer mengganti pola hanya untuk satu pemain? Jika pemain itu berharga selangit, maka jawabannya adalah iya," kata Carragher seperti dilansir Metro.
Di samping saran Carragher, ada beberapa hal yang bisa dilakukan Pogba untuk memperbaiki penampilannya di lapangan. Atau paling tidak, menghindarkannya dari kritik pedas khas media Inggris.
Apa saja faktor tersebut? Berikut jawabannya.
Advertisement
1. Lupakan status pemain termahal
Pogba sejatinya harus melupakan kalau dirinya adalah pemain dengan harga transfer selangit. Ya, status pemain termahal kadang justru membebani pemain yang bersangkutan untuk tampil maksimal.
Sudah banyak pemain yang ditransfer dengan harga selangit, namun justru tampil melempem. Angel Di Maria misalnya. Ditransfer dari Real Madrid oleh MU dengan harga 59 juta pound sterling atau Rp1,02 triliun, Di Maria hanya bertahan satu musim di Old Trafford.
Gelandang asal Argentina itu dilepas karena gagal tampil maksimal. Ia pun hengkang ke PSG dan justru bersinar bersama klub Prancis tersebut.
Jika Pogba tak mau bernasib seperti di Maria, ia sepertinya harus melupakan status pemain termahal yang disandangnya.
Advertisement
2. Adaptasi dengan permainan rekan setim secepatnya
Pogba harus melakukan adaptasi secepatnya dengan rekan setim. Ia harus menyadari, tipikal rekan-rekannya di MU sama sekali berbeda dengan para rekannya dulu di Juventus.
Di MU, Pogba harus bermain dengan Marouanne Fellaini, Wayne Rooney yang digeser ke tengah, dan Juan Mata. Tipikal permainan mereka tentu berbeda dengan rekan Pogba dulu di Juventus semisal Andrea Pirlo, Arturo Vidal, atau Claudio Marchisio.
Lantas mengapa Pogba yang harus beradaptasi? Itu karena Pogba adalah pendulum permainan MU. Dari kakinya bola-bola matang seharusnya mengalir. Dan untuk menghasilkan hal itu, ia harus memahami karakter rekan-rekan setimnya.
3. Adaptasi dengan taktik Mourinho
Mourinho mengubah taktik hanya demi Pogba sepertinya tak akan terjadi. Sebaliknya, Pogba lah yang harus beradaptasi dengan taktik manajer asal Portugal tersebut.
Di MU, Mourinho memainkan formasi 4-2-3-1. Ia biasa menempatkan Pogba sebagai double pivot bersama Marouanne Fellaini. Di Juventus, Pogba bermain di bawah skema 3-5-2 dan memiliki kebebasan bergerak (free role).
Sayangnya di MU, posisi free role tersebut sudah jadi milik Wayne Rooney. Inilah yang membuat Pogba kesulitan. Tapi sebagai pemain, Pogba tentu tak bisa memaksakan mengambil peran itu dari Rooney.
Yang bisa ia lakukan adalah beradaptasi dengan taktik Mourinho tersebut.
Advertisement
4. Mencetak Gol dan Assist
Di antara tiga hal sebelumnya, hal inilah yang Pogba paling penting buat Pogba. Ya, dengan gol dan assist ia bisa sedikit membungkam kritik.
Pogba sudah diturunkan di tiga pertandingan. Di tiga pertandingan ini, gelandang berusia 22 tahun ini sama sekali belum mencetak gol dan assist. Akhirnya, ia pun jadi sasaran kritik.
Salah satu bukti adalah saat Pogba gagal bersinar di Derby Manchester melawan Manchester City. Di laga yang berakhir dengan kekalahan MU 1-2 tersebut, Pogba seolah tenggelam. Ia sama sekali tak mengancam gawang City yang dikawal Claudio Bravo.
Kesempatan untuk Pogba membuat gol dan assists sesungguhnya terbuka lebar. Pasalnya, ia berstatus sebagai pemain inti Setan Merah.