Sukses

6 Pemain yang Pensiun di Usia 20 Tahunan

6 pemain ini memilih berhenti dari dunia si kulit bundar.

Liputan6.com, Jakarta - Usia pensiun di bagi para pemain sepak bola lazimnya berada di angka 35 hingga 40 tahun. Tapi bagi beberapa pemain, pensiun di usia masih belia yakni 20 tahunan jadi pilihan yang tepat.

Beberapa pemain ini pensiun di usia muda dengan berbagai alasan. Mulai dari sudah kehilangan semangat bermain, hingga yang ikut perkumpulan keagamaan.

Usai pensiun, mereka pun menjalani berbagai macam profesi. Ada yang berprofesi sebagai pengusaha, ada juga yang berperan sebagai analis bisnis.

Mereka pun tak pernah menyesali keputusannya pensiun. Siapa saja para pemain tersebut? Melansir Guardian, inilah mereka yang memutuskan pensiun di usia 20 tahunan.

2 dari 7 halaman

1. Hidetoshi Nakata

Legenda sepak bola Jepang ini memutuskan pensiun di usia 29 tahun usai pertandingan Jepang Vs Kroasia di Piala Dunia 2006. Keputusannya ini mengundang tanda tanya mengingat Nakata adalah salah satu pemain Jepang tersukses di sepak bola dunia.

Ya, Nakata pernah mencicipi gelar juara Serie A Italia bersama AS Roma. Selain itu, namanya juga pernah masuk ke dalam nominasi Ballon d'Or sebanyak tiga kali.

Nakata menyebut, alasannya pensiun bukan karena permasalahan kebugaran fisik.

"Hari demi hari saya menyadari sepak bola telah jadi bisnis yang besar. Saya merasa saat ini klub bermain hanya untuk uang bukan karena kesenangan. Saya selalu merasa setiap tim seperti keluarga, tapi sepertinya itu tidak lagi terlihat. Saya sedih dan itulah mengapa saya pensiun,"  kata Nakata.

Kini, Nakata telah berusia 39 tahun. Usai pensiun dari sepak bola, Ia menjalankan bisnis sake.

3 dari 7 halaman

2. David Bentley

Pernah digadang-gadang sebagai gelandang masa depan Inggris, David Bentley justru pensiun di usia 29 tahun. Eks gelandang Arsenal ini pensiun dengan alasan keluarga.

"Saya punya dua anak kembar umurnya baru tiga bulan dan saya mau fokus pada hal itu. Cinta saya pada sepak bola telah berkurang dan saya tidak mau tetap bermain hanya karena alasan uang," ujar Bentley ketika pengumuman pensiun dirinya.

Di awal karier,  Bentley sebetulnya tampil cukup bagus. Selain Arsenal, ia pernah membela Tottenham Hotspur. Bentley bahkan sempat mencetak gol spektakuler saat laga Spurs Vs Arsenal di musim 2004.

Meski karena alasan keluarga, beberapa kalangan menganggap Bentley sebetulnya pensiun karena tak mampu memaksimalkan talenta yang dimilikinya.

4 dari 7 halaman

3. Mario de Castro

Namanya mungkin tak setenar Pele. Tapi sebuah statistik mengungkapkan kalau De Castro punya rasio gol lebih tinggi dibanding Pele,  yang kerap disebut sebagai pemain terbaik sepanjang sejarah tersebut.

Ya, De Castro punya rasio 1,95 gol per 100 pertandingan. Lebih banyak dari Pele yang mengoleksi 0,96 gol. Penyebab De Castro tak setenar Pele mungkin karena dirinya tak pernah membela timnas Brasil. Meskipun kesempatan itu pernah ia dapatkan ketika timnas menawarinya satu slot di Piala Dunia 1930.

De Castro sendiri bermain di klub Brasil, Atletico Mineiro. Ia dikenal sebagai salah satu striker paling berbahaya saat itu. Tapi karier De Castro berumur pendek setelah pada usia 26 tahun ia memutuskan pensiun.

De Castro pensiun usai direktur Mineiro menembak seorang fan Villa Nova. Kejadian bermula ketika Mineiro tertinggal 0-3 di babak pertama. Mineiro berhasil menang 4-3 usai De Castro memborong empat gol tersebut. Saat selebrasi, tiba-tiba direktur Mneiro menembak mati seorang fan Villa Nova.

Sebagai protes, De Castro pensiun dan meneruskan sisa hidupnya dengan bekerja sebagai dokter. De Castro meninggal di usia 92 tahun pada 1998.

5 dari 7 halaman

4. Peter Knowles

Peter Knowles merupakan salah satu striker bertalenta yang pernah dimiliki Inggris dan Wolverhampton Wanderers. Namun karier Knowles hanya seumur jagung usai pensiun di usia 23 tahun!

Knowles pensiun karena ingin mendalami agama. Itu terjadi setelah ia mendapat kunjungan dari pegiat agama Nasrani saat tur ke Amerika Serikat. "Meski saya masih tetap melakukan yang terbaik di lapangan, saya butuh lebih banyak waktu untuk belajar Bibel dan menyerah dari sepak bola," ujar Knowles.

Knowles mengaku tak menyesal meski secara finansial ia tak berkecukupan. Sebaliknya, Knowles mengaku bersyukur dengan hidupnya selepas dari sepak bola.

"Saya melihat standar hidup saya dan bagaimana itu telah menurun dalam beberapa tahun belakangan. Tidak masalah. Saya masih sehat dan menikah. Jika saya masih di sepak bola, mungkin ini tak akan terjadi," kata Knowles.

6 dari 7 halaman

5. Espen Baardsen

Pensiun di usia muda juga dilakukan Espen Baardsen. Ia pensiun dari sepak bola di usia 25 tahun setelah bermain bagi klub Sheffield United.

Bagi Baardsen keputusannya pensiun tepat. Usai pensiun, Baardsen berhasil memenuhi cita-citanya berkeliling dunia dan kini jadi analis bisnis di salah satu perusahaan. Kebutuhan finansialnya pun tercukupi.

"Anda mungkin tidak akan berpikir, bekerja di  sebuah kota kecil bisa seperti ini. Tapi saya lebih santai dan sehat dibanding saat penghujung karier sepak bola saya," ujar Baardsen.

"Sepak bola penuh tekanan. Mencoba bermain di depan puluhan ribu penggila sepak bola yang kesenangan atau kekecewaannya bergantung pada performa Anda di lapangan," kata Baardsen menambahkan.

7 dari 7 halaman

6. Carlos Roa

Alasan paling konyol di balik keputusan pensiun mungkin dimiliki Carlos Roa. Ya, Roa pensiun karena ingin bergabung dengan perkumpulan religius yang percaya, dunia akan kiamat dalam waktu dekat.

"Di dunia, ada perang, kelaparan, kemiskinan, dan bencana. Saya bisa meyakinkan Anda bahwa orang-orang tersebut tidak punya hubungan dengan Tuhan," kata Roa.

Sebelum pensiun, Roa sebetulnya punya karier yang gemilang. Ia sempat masuk ke timnas Argentina dan bermain di Piala Dunia 1998. Di sana, ia membuat Inggris tersingkir usai menggagalkan penalti David Batty.

Tak betah dengan perkumpulannya itu, Roa memutuskan untuk kembali bermain sepak bola dan balik ke Real Mallorca. Namun ia tak pernah tampil maksimal seperti sebelumnya.

Video Terkini