Liputan6.com, Jakarta - Calon Ketua Umum PSSI 2016-2020, Djohar Arifin Husin sesumbar kalau dia paling siap memimpin PSSI daripada kandidat lain. Klaim itu disampaikan dalam  Debat Calon Ketua Umum PSSI 2016-2020 di Kantor SCTV, Senayan, Jakarta, Selasa (4/10/2016).
Bermodal pengalaman memimpin PSSI 2011-2015, Djohar optimistis PSSI bisa lebih baik lagi empat tahun mendatang di bawah komandonya."Barangkali yang paling siap jadi ketua PSSI saya. Karena langsung on, tidak pakai belajar dulu," ujar Djohar.
Advertisement
Baca Juga
Ketika memimpin PSSI, salah satu masalah yang muncul adalah dualisme federasi dan kompetisi. Di masa Djohar, muncul Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI) serta dua kompetisi ISL dan Liga Premier Indonesia (LPI).
Djohar ingin meneruskan program di periode sebelumnya. Menurut pria berusia 66 tahun ini, program-program di periode sebelumnya gagal terlaksana lantaran banyaknya gangguan.
"Karena di periode sebelumnya, Â saya tidak penuh 4 tahun itu untuk membangun. Waktu saya terganggu oleh keributan-keributan. Nah sekarang, masa-masa damai ini saya ingin sepak bola Indonesia on the track," kata Djohar.
Memperbanyak Pelatih
Bila terpilih jadi Ketua Umum PSSI periode 2016-2020, Djohar mengaku bakal memaksimalkan pembinaan usia dini. Caranya, ia bertekad memperbanyak pelatih bersertifikat FIFA di Indonesia.
Menurut Djohar, saat ini pembinaan usia muda di Indonesia belum maksimal. Banyak anak-anak Indonesia yang tidak memiliki teknik bermain sepak bola yang benar. Â "Ini sedang kami kejar. Caranya, memperbanyak kualitas pelatih level FIFA. Minimal satu kecamatan satu pelatih. Inilah cara agar sepak bola kita berprestasi," ujar Djohar.
Debat Calon Ketua Umum PSSI 2016-2020, yang diinisiasi oleh Forum Wartawan PSSI (PSSI Pers), dihadiri oleh enam dari sembilan calon yang lolos verifikasi. Selain Djohar, calon yang hadir dalam debat itu adalah Edy Rumpoko, Sarman El Hakim, Toni Aprilani, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Moeldoko. Sementara, yang tidak hadir adalah Edy Rahmayadi, Bernhard Limbong, dan Erwin Aksa.
Advertisement