Liputan6.com, Jakarta - Proses regenerasi atlet bulu tangkis Indonesia memang sedikit terhambat. Belum ada pemain muda hebat yang muncul ke permukaan. Hal itu mendapat perhatian dari Mulyo Handoyo, mantan pelatih nasional.
Handoyo adalah sosok penting dalam kesuksesan Taufik Hidayat merebut medali emas Olimpiade Athena 2004. Tak heran jika sampai saat ini ia masih mencermati perkembangan bulu tangkis Indonesia.
Baca Juga
Salah satu hal yang disorot adalah belum adanya pebulu tangkis muda Indonesia yang bercokol di peringkat 10 besar dunia. Meski Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir baru menyumbangkan medali emas di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Handoyo melihat PBSI masih harus memperbaiki berbagai hal.
Menurutnya, PBSI harus mengaplikasikan program akselerasi untuk mengejar prestasi negara lain yang mulai melahirkan atlet-atlet muda berbakat. Handoyo pun menyebut Carolina Marin (Spanyol) dan Victor Axelsen (Denmark) sebagai contoh.
"Kita harus punya program itu. Jangan sampai kita malah semakin tertinggal. Lihat saja Marin dan Axelsen yang bisa mendapatkan medali Olimpiade di awal usia 20-an. Sedangkan Indonesia belum banyak yang menonjol di kejuaraan kelompok umur internasional," tutur Handoyo.
Handoyo yang juga sempat melatih di Singapura mengatakan turnaman kelompok umur saat ini memang sudah menjamur di Indonesia. Sayang, belum banyak atlet muda yang bisa diorbitkan PBSI. Karenanya, PBSI diharapkan bisa fokus pada hal tersebut.
"Infrastruktur sudah ada sehingga pembinaan bisa dilakukan secara merata. Jadi, tak hanya terpusat di pulau Jawa," jelas Handoyo.
Sekadar catatan, bulu tangkis adalah cabang yang paling banyak menyumbangkan medali Olimpiade buat Indonesia. Tercatat, sudah tujuh emas, enam perak, dan enam perunggu yang didapat Indonesia dari cabang bulu tangkis.
Advertisement