Liputan6.com, Jakarta Marc Marquez merengkuh gelar juara dunia MotoGP 2016. Pembalap Repsol Honda itu memastikan diri menjadi raja balap motor dunia  di sirkuit Motegi Jepang, pada Minggu (16/10/2016). Bagi Marquez ini adalah gelar juara dunia ketiga di kelas MotoGP.
Marquez menjadi juara dunia pertama kali pada 2013. Semusim berikutnya, Marquez kembali merebut gelar juara dunia.
Advertisement
Baca Juga
DNA juara sudah tertanam dalam diri Marquez. Mengawali karier di kelas primer balap motor di tahun 2008 pada usia 15 tahun, Marquez sudah jadi perbincangan ketika ia hanya butuh enam kali balapan untuk meraih podium pertamanya. Dua tahun berselang, Marquez  juara dunia kelas 125 cc di usia 17 tahun! menggeber KTM.
Marquez mendapatkan julukan The Baby Alien berangkat dari pencapaian itu.Kiprah gemilang Marquez ternyata tak terlepas dari Valentino Rossi. Ia menjadikan Rossi sebagai idola.
"Dia idola saya dan panutan, jadi Anda selalu belajar sesuatu dari dia," kata Marquez.
Honda kemudian mempromosikan Marquez naik ke kelas MotoGP. Pabrikan asal Jepang ini menarik pemuda kelahiran Cervera, Spanyol ini ke kelas MotoGP di tahun 2013. Selain karena prestasi Marquez, Honda sedang mencari pengganti Casey Stoner yang memutuskan pensiun.
Keputusan Honda menurunkan Marquez di kelas MotoGP berbuah manis. Kendati harus bersaing dengan nama-nama besar seperti Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo, Marquez tidak gentar. Dia langsung meraih gelar juara dunia di kelas MotoGP pada musim pertama.
Naik Turun dan Kontroversi
Meski bergelimang prestasi, karier Marquez juga pasang-surut. Sejumlah kontroversi dan cedera parah pernah menimpa Marquez.
Saat berkiprah di Moto2 misalnya, Marquez pernah terkena cedera serius di bagian mata. Masalah itu mengganggu penglihatannya. Karier Marquez terancam karena dia tidak mengetahui kapan sembuh.
Namun operasi yang dilakukan akhirnya berhasil menolong Marquez. Setelah sembuh, Marquez merengkuh gelar juara dunia Moto2 di tahun 2012.Â
Sebagai pembalap papan atas, Marquez dikenal punya gaya balap yang sedikit urakan. Dia kerap menunjukkan manuver-manuver berbahaya dan berani mengambil risiko."Saya akan memberikan segalanya, mencoba yang beresiko jika saya merasa percaya diri," kata Marquez mengakui.
Gaya balap Marquez sempat menimbulkan kritikan dari sejumlah pembalap MotoGP. Jorge Lorenzo yang sama-sama berasal dari Spanyol bahkan menyebut gaya balapan Marquez turut membahayakan pembalap lain.
"Saya katakan, dia pembalap yang agresif yang bisa membahayakan dirinya dan pembalap lain," ujar Lorenzo yang musim depan membela Ducati.
Advertisement
'Pelajaran' dari Rossi
Dari idola menjadi rival. Tapi, di antara sekian kontroversi yang menimpa Marquez, perseteruan dengan idolanya, Valentino Rossi di musim 2015 mungkin jadi yang paling panas.
Ya, perseteruan kedua pembalap bermula ketika Rossi menganggap Marquez sengaja bersekongkol dengan Lorenzo agar Rossi gagal merebut gelar juara dunia. Puncak perseteruan Marquez dan Rossi terjadi di sirkuit Sepang, Malaysia. Terlibat duel, Rossi dianggap bertindak tidak fair pada Marquez usai tertangkap kamera terlihat sengaja menendang Marquez.
Rossi mendapat penalti 3 poin. Penalti itu membuat Rossi harus membalap dari grid terakhir di seri terakhir di Valencia. Hasilnya sebagaimana diketahui, Rossi gagal jadi juara dunia usai gelar itu jatuh ke tangan Lorenzo.
Pengalaman adalah guru terbaik. Marquez sepertinya sangat paham dengan pepatah itu. Kiprah di musim lalu, termasuk insiden dengan Rossi tersebut rupanya jadi pelajaran baginya. Ia mengaku kini lebih memperhatikan soal konsistensi dalam membalap.
"Guna memahami masalah ini, saya kehilangan gelar juara dunia musim lalu. Tapi bukan masalah. Yang terpenting adalah, belajar dan saya menggunakan mencoba untuk menggunakan pengalaman ini," kata Marquez. Hasilnya, Marquez merengkuh gelar juara dunia MotoGP ketiganya pada musim 2016.