Liputan6.com, Sleman - Jersey bola lokal era 1980-an hingga 1990-an mungkin tidak menarik untuk dikoleksi. Namun tidak bagi Dimas Wihardiyanto warga Jalan Kaliurang, Yogjakarta. Baginya jersey memiliki nilai dan semangat sendiri.
Baca Juga
Sebab jersey bola yang didapatnya memiliki cerita dan sejarah di persepakbolaan Indonesia. Sehingga saat ini ia mempunyai jersey bola sebanyak 500-an potong yang disimpan di lemarinya.
"Koleksi serius kira-kira mulai 1997-an, Waktu masih SMA. Awalnya senang nonton bola di stadion. Sering nonton latihannya lalu kenal pemain akrab. Minta kausnya lalu dikasih jadi keterusan. Sampai sekarang masih koleksi," ujarnya kepada Liputan6.com.
Dimas mengaku masih ingat kapan pertama kalinya mendapatkan jersey bola. Saat itu ia mendapatkan kaus milik pemain Persebaya Hartono saat bertanding melawan PSIM tahun 1999. Saat itu, ia masih duduk di tingkat SMA dan membuatnya keranjingan untuk mengkoleksi jersey bola.
"Paling lama kaus almarhum Iswadi Idris di Timnas, anaknya pernah satu sekolah di SMA 3 Jogja. Akrab kan, lalu iseng iseng minta, Om kalau ada mau saya, lalu dikasih. Itu tahun 1986," ujar pria 34 tahun ini.
Dimas mengaku mendapatkan kaus saat itu masih dalam kondisi seadanya dan kebanyakan bekas jatuh usai pertandingan. Namun begitu semuanya masih layak dan bagus jika dipakai. Ia bisa mendapatkan kaus-kaus tersebut melalui barter atau ganti uang. Bahkan ada diantaranya diganti dengan beras 10 kg.
"Saya dapat setelah pertandingan, turun ke bawah waktu itu saya kontributor foto habis wawancara lalu minta kausnya, pergi ke hotel dan kausnya saya dapatkan. Tapi ada juga yang barter, saya ganti uang," ujarnya.
Advertisement
Pengalaman Paling Unik
Dari sekian banyak jersey yang didapatkannya, dia mendapatkan pengalaman paling unik saat mendapatkan jersey Widodo C Putro dan Marcelo Braga yang masih bermain untuk PSS Sleman.
Ia mendapatkan kaus jersey Braga berwarna hijau di Lampung tahun 2005 lalu. Saat itu, ia membimbing KKN di Lampung lalu melihat seorang anak memakai kaos Braga. Ternyata anak tersebut pernah kuliah di Jogja dan bertetangga dengan Marcelo Braga. Usai selesai sekolah kaus itu dibawa ke Lampung. Lalu ia mengganti kaos itu dengan beras 10 kg.
"Yang paling sulit itu pas pra-Olimpiade tahun 2000, dapatkan kausnya Widodo Cahyono Putro. Saya lihat kausnya waktu diposting di Facebook. Saya hubungi orang yang menjual, lalu kita sering kontak tapi belum dapat. Setelah dua tahun enggak kontak, orangnya malah menelepon dan bilang butuh uang. Saya tebus kaus itu dengan harga Rp 5 juta," ujarnya.
Dia mengaku tak mengoleksi jersey semua klub. Dia hanya mengoleksi klub yang ada ikatan dengan dirinya seperti Persija, Persib, Arema, PSIS, tim bola di Jogja dan Persis Solo.
Advertisement