Sukses

Deretan Pelatih Muda Potensial Sepak Bola Indonesia

TSC 2016 memunculkan nama-nama pelatih muda potensial.

Liputan6.com, Jakarta - Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo tak hanya menyajikan laga-laga seru di setiap pekannya. Sejumlah nama bermunculan dan mampu menunjukkan potensi mengesankan, terutama para pelatih dengan usia yang tergolong muda.  

Di antara pelatih-pelatih yang berkiprah di TSC 2016, terdapat beberapa sosok yang dianggap sebagai pelatih muda potensial. Namun, mereka memiliki masa depan yang cukup cerah.



Kiprah mereka di persepakbolaan Tanah Air juga tak diragukan lagi. Mereka mencuat di antara pelatih-pelatih asing dan tentunya pelatih lokal yang telah masuk kategori senior.

Regenerasi pelatih memang diperlukan. Itu untuk menjaga agar Indonesia tak kekurangan pelatih berbakat. Alangkah lebih indah dan membanggakan andai semua tim sepak bola di Indonesia ditangani pelatih lokal.

Lantas, siapa saja pelatih lokal yang terbilang masih muda dan memiliki masa depan cerah? Berikut daftarnya:

2 dari 4 halaman

Aji Santoso

Aji Santoso (Persela Lamongan)

Nama Aji Santoso saat ini tak lagi dikenal sebagai bek kiri tangguh timnas Indonesia era 1990-an. Eks pemain Persebaya Surabaya dan Arema Malang ini kini adalah salah satu pelatih bertangan dingin.

Dia tercatat sebagai juru racik Persela Lamongan dan mulai bertugas saat Persela menahan imbang Persija Jakarta 1-1 pada pekan ke-20. Dari 5 laga menukangi Persela, pencapaian Aji cukup gemilang.

Dia berhasil memberikan 1 kemenangan, 3 seri, dan 1 kalah. Kemenangan didapat saat menjamu Bali United dengan skor 3-0.

Aji bukan pelatih sembarangan. Sebelum menukangi Persela, dia merupakan arsitek timnas U-23 pada 2013-2015. Aji berhasil membawa timnas U-23 Indonesia melaju ke semifinal SEA Games 2015 di Singapura.

Aji yang lahir pada 6 April 1970, memulai karier kepelatihan bersama SSB Arema. Kemudian dia dipercaya menukangi Akademi Arema pada 2004. Pada 2005, Aji mendapat kesempatan melatih timnas U-17.

Selanjutnya dia dipercaya menukangi tim PON Jawa Timur. Dia berhasil membawa tim PON Jatim meraih medali emas PON 2008. Setelah itu, dia berturut-turut kemudian menukangi sejumlah klub elite di Indonesia mulai Persik Kediri, Persebaya, Persisam, dan Persema.

3 dari 4 halaman

Eduard Tjong

Eduard Tjong (Persegres Gresik United)

Eduard Tjong mungkin pelatih yang unik di TSC 2016. Bagaimana tidak, dia tercatat menukangi dua tim yakni PS TNI dan kini Persegres Gresik United.

Sejak awal musim Edu - sapaan akrabnya, yang lahir pada 1 Januari 1972, dipercaya menukangi PS TNI. Tapi, dia kemudian mundur karena merasa tidak bisa memberikan yang terbaik untuk PS TNI. Dari 7 laga awal, PS TNI belum pernah meraih kemenangan.

Usai kalah 1-3 dari Persipura Jayapura di Stadion Pakansari, Cibinong, Edu pun memutuskan mundur.

Anak dari kiper legendaris Indonesia, Harry Tjong, ini tak lantas menganggur. Dia dipercaya menukangi timnas U-19 Indonesia di Piala AFF U-19 2016. Hanya saja, dia gagal membawa timnas U-19 melangkah lebih jauh.

Selepas itu, manajemen Persegres GU akhirnya mengontraknya. Debutnya ditandai dengan kekalahan di kandang mantan tim asuhannya, PS TNI. Namun, saat pertama kali mendampingi Persegres GU di Stadion Tri Dharma, Edu berhasil membawa timnya meraih kemenangan atas Arema Cronus. Terakhir, dia membawa Persegres GU menang 2-1 atas Pusamania Borneo FC.

Edu mulai menimba ilmu kepelatihan untuk mengambil Lisensi C. Kemudian, dia bertahap mengambil Lisensi B hingga Lisensi A pada 2008 di AFC. Edu resmi memulai karier kepelatihannya sejak 2002. Ketika itu, ia menjadi asisten pelatih Persikabo Bogor.

Karir Edu mulai melejit di dunia kepelatihan. Dia sempat melanglang buana melatih ke berbagai klub, seperti Persija IPL, Persela Lamongan, Persiram Raja Ampat, Persiba Balikpapan, dan PS TNI, sebelum akhirnya ditunjuk menjadi pelatih timnas U-19 dan kini menukangi Persegres GU.

4 dari 4 halaman

Jan Saragih

Jan Saragih (Asisten Pelatih Persija Jakarta)

Sosok satu ini memang bukan pelatih kepala. Statusnya adalah asisten pelatih bagi M Zein Al Haddad. Tapi, dia cukup fenomenal karena umurnya baru 30 tahun. Jan pernah menjadi karteker saat Persija ditinggalkan Paulo Camargo.

Jan telah menjalani kursus kepelatihan B UEFA di Inggris. Jan menjadi asisten pelatih termuda di Macan Kemayoran di bawah Satia Bagdja, Francis Wewengkang, dan Mahyudan. Tugasnya saat itu mengumpulkan data dan statistik secara visual sebagai bahan analisis bagi pelatih saat itu, Rahmad Darmawan.

Lisensi C AFC sudah dikantongi Jan sejak lima tahun silam. Selain itu, dia pun pernah menimba ilmu bidang football analysis di London, Inggris, pada 2012.

Jan yang pernah melatih klub amatir Inggris, London Town FC, ini mengawali kariernya dengan menjadi asisten Pelatih Villa 2000, klub Divisi Utama. Mulai dari Mei hingga November 2014, dia menjalani pekerjaan sebagai asisten Ricky Nelson di Villa 2000.

Pada Desember 2014, Jan bergabung ke Persija. Dia dijadikan asisten Rahmad Darmawan dengan tugas utama menganalisa kekuatan tim lawan. Ketika Camargo menjabat sebagai Pelatih Persija, jasa Jan tetap dipakai hingga akhirnya dia ditunjuk sebagai pelatih sementara Macan Kemayoran. Kini, statusnya kembali sebagai asisten pelatih.

(Penulis: I. Eka Setiawan)